NovelToon NovelToon
Little Girl And The Secrets Of The World

Little Girl And The Secrets Of The World

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Horror Thriller-Horror / Epik Petualangan / Dunia Lain / Perperangan
Popularitas:168
Nilai: 5
Nama Author: YareYare

menceritakan seorang anak perempuan 10tahun bernama Hill, seorang manusia biasa yang tidak memiliki sihir, hill adalah anak bahagia yang selalu ceria, tetapi suatu hari sebuah tragedi terjadi, hidup nya berubah, seketika dunia menjadi kacau, kekacauan yang mengharuskan hill melakukan perjalanan jauh untuk menyelamatkan orang tua nya, mencari tau penyebab semua kekacauan dan mencari tau misteri yang ada di dunia nya dengan melewati banyak rintangan dan kekacauan dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YareYare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 5. Kekuatan Persahabatan

Di pagi hari setelah munculnya pohon harapan, terlihat Levia yang sedang membangunkan Hill. Hill pun terbangun. Setelah melakukan persiapan, Hill dan Levia melanjutkan perjalanan mereka dan pergi meninggalkan pohon harapan. Waktu pun berlalu, dan mereka semakin dalam memasuki hutan.

"Levia, aku merasa ada yang aneh."

"Aneh kenapa?"

"Pohon-pohon di hutan ini rasanya tidak sesempit seperti malam tadi. Apakah semakin dekat dengan kota, semakin berbeda?"

"Hmm, aku tidak tahu."

"Bukankah kamu peri di hutan ini? Waktu itu kamu bilang kamu mengetahui semua tentang hutan ini."

"Hmm, sebenarnya, banyak hal yang berubah. Seperti yang ku katakan sebelumnya, masa depan yang terlihat berbeda, dan hutan ini terasa asing bagiku."

"Asing bagaimana maksudmu?"

"Aku juga tidak tahu, sulit untuk ku jelaskan. Aku merasa seperti berada di tempat yang asing."

"Jika kamu tidak tahu hutan ini, berarti kamu juga tidak tahu kita saat ini berjalan ke arah mana?"

"Tentu saja aku tahu kalau itu. Hutan yang asing tidak bisa membuatku tersesat."

Hill dan Levia terus berjalan menuju ke arah timur. Waktu pun berlalu, dan semakin mereka berjalan, sebuah dataran mulai terlihat di depan mereka.

"Levia, lihat itu! Dataran!"

"Eh, kok bisa?"

"Apa maksudmu? Tentu saja kita sudah sampai, dan kita berhasil keluar dari hutan."

"Tunggu, seharusnya kita bisa sampai malam hari, itu pun jika tidak ada hambatan."

"Mungkin tanpa sadar, selama ini kita bergerak dengan sangat cepat."

"Tidak, tidak! Itu tidak mungkin. Kamu bahkan tidak bisa menggunakan sihir."

"Sudahlah, ayo kita berlari! Akhirnya kita sampai!"

"Tunggu Hill, sebaiknya kita kembali. Sepertinya kita salah jalan, firasatku buruk. Hill, tunggu!"

Hill terus berlari ke depan mengabaikan Levia. Dia semakin dekat dengan dataran yang ada di depannya. Semakin dekat, tak lama kemudian Hill keluar dari hutan, dan tiba-tiba...

...Tidak ada apapun di sini. Ini hanya sebuah dataran yang sangat luas. Jauh mataku memandang ke depan, hanya ada rumput yang hijau, tidak ada apa-apa lagi. Di sini sangat sunyi, tidak ada suara angin sedikit pun. Semuanya sangat sunyi, tidak ada suara apapun. Tempat ini terang, tetapi aku tidak bisa melihat di mana matahari berada...

Hill dan Levia melihat ke depan dan merasa bingung dengan apa yang terjadi. Karena di depan mereka hanya ada sebuah dataran dengan rumput yang hijau dan tidak ada suara apapun. Angin pun tidak ada.

"Hill, ayo kembali! Kita pasti salah jalan."

Levia yang mulai melihat ke belakang tiba-tiba kaget dengan apa yang terjadi.

"Hill, lihat ke belakang!"

"Ini?"

...Ada apa ini? Hutan itu menghilang. Tadi hutan itu tepat berada di belakangku, tetapi setelah aku menoleh ke belakang, tidak ada apa-apa di belakangku. Aku seperti berada di tengah dataran hijau yang tidak ada batasnya. Kemana pun aku menatap, hanya ada sebuah dataran. Tidak ada suara apapun. Sampai-sampai aku bisa mendengar detak jantungku. Matahari pun tidak ada...

"Levia, di mana kita sekarang?"

"Aku tidak tahu, dan aku tidak melihat ini di penglihatan masa depan ku. Semenjak aku terbangun dari tidurku tadi, semua hal yang ku lihat tidak ada di penglihatan ku."

"Untuk sekarang kita harus berjalan ke depan. Kita tidak boleh membuang waktu di tempat ini."

"Baiklah."

Hill dan Levia mulai berjalan lagi. Mereka terus berjalan.

"Hill, apakah kamu sudah melihat sesuatu?"

"Belum."

Hill dan Levia terus berjalan, waktu terus berlalu. Mereka sudah tidak tahu sudah berjalan berapa lama, tetapi...

...Tidak ada apa-apa di sini. Tidak peduli berapa lama aku berjalan, ini terasa seperti aku sedang berjalan di tempat...

"Hill, aku haus. Tempat ini semakin lama semakin panas sekali, padahal tidak ada matahari."

"Kalau begitu, kita duduk dulu di sini. Aku pun merasa haus dan lapar."

Hill dan Levia pun duduk di tengah dataran hijau yang tidak ada batasnya. Hill mulai membuka tas kelincinya dan mengambil kantong sihirnya.

...Oh tidak, hanya tersisa satu buah dan airnya sedikit lagi. Selama perjalanan, aku tidak menemukan makanan atau air. Ini gawat...

"Hill, gawat! Buahku tersisa satu lagi, dan airku tersisa sedikit."

"Itu sama dengan aku."

Hill dan Levia mulai memakan sisa buah mereka. Terlihat badan mereka mengeluarkan banyak keringat karena tempat yang sangat panas. Tidak ada satu pun tempat berteduh.

"Levia, apakah kamu sudah selesai?"

"Aku sudah selesai. Ini gawat, kita harus cepat pergi dari sini. Airku sudah habis, dan tidak ada makanan lagi."

"Aku juga. Tetapi ini terasa aneh. Kamu tidak banyak makan dan minum, seharusnya persediaanmu masih banyak."

"Aku tidak ingat, mungkin tanpa sadar aku memakannya saat di perjalanan."

...Ada yang aneh. Levia selalu berada di sampingku, terkadang dia di depanku. Aku bisa melihatnya, seharusnya persediaan dia masih banyak...

Hill dan Levia terus berjalan di tengah dataran hijau ini. Mereka sudah tidak tahu ke arah mana mereka berjalan. Timur, barat, selatan, utara, semuanya terlihat sama. Hanya ada dataran yang tidak ada batasnya. Waktu berlalu, mereka sudah tidak tahu berapa lama mereka berjalan.

"Hill, aku sudah tidak kuat terbang. Semakin lama aku merasa semakin panas."

"Tahanlah Levia, kita harus terus berjalan. Jika kita diam saja, itu akan semakin parah."

Hill berjalan sudah tidak karuan, seakan dia menahan dirinya agar tidak terjatuh. Levia terbang tidak seimbang. Terlihat banyak sekali keringat yang keluar di wajah mereka hingga menetes.

...Aku merasa haus dan lapar lagi, aku harus menahan diri...

"Rasanya di sini tidak ada malam hari. Kita sudah lama berjalan, seharusnya ini sudah malam, tetapi... ahhh, ini panas sekali, aku sudah tidak kuat terbang."

Levia yang berbicara tiba-tiba terjatuh dan sudah tidak kuat lagi untuk terbang.

"Hill..."

Seketika, Hill pun ikut terjatuh dan terbaring di dekat Levia.

...Aku sangat lapar, seandainya ada satu hal apapun yang bisa aku makan. Jika begini terus, aku akan mati kelaparan. Aku tidak bisa menolong ibu ku...

"Hill, apakah kamu baik-baik saja?"

Suara Levia terdengar sangat pelan karena dia sangat lemas. Hill yang mendengar suara Levia, seketika bangun dan duduk di dekat Levia.

"Hill?"

Hill memandangi Levia yang berbaring lemas.

"Hill, apakah kamu baik-baik saja? Kenapa kamu memandangku terus?"

...Jika aku memakan Levia, mungkin lapar ku akan berhenti sementara...

"Levia, kamu bicara padaku, akan membantu aku."

"Tentu saja, kenapa kamu berkata seperti itu sekarang?"

"Kalau begitu, biarkan aku memakanmu agar aku punya tenaga lagi untuk berjalan."

Seketika Hill memegang tubuh Levia dan mengangkatnya.

"Tunggu Hill, sadar lah!"

Genggaman Hill semakin lemah, namun Levia tetap tidak bisa berbuat apa-apa karena dia juga merasa lemas.

"Hill, jangan! Hillllll..."

Hill terus mendengar teriakan Levia, tetapi dia mengabaikannya. Mulut Hill mulai terbuka, dan kepala Levia mulai masuk ke dalam mulut Hill. Hill pun hampir menggigitnya.

...Maafkan aku, Levia...

Tiba-tiba, kenangan masa kecil Hill muncul.

"Ibu, aku mau bermain di belakang rumah."

"Baiklah, jangan terlalu jauh ya, Hill."

Beberapa waktu kemudian, Hill mendengar suara tangisan yang meminta tolong. Hill pun segera mendekati sumber suara yang berada di dekat kebun belakang rumahnya.

"Siapa saja, tolong aku!"

Saat itu, Hill melihat makhluk kecil yang terjepit oleh batu besar, darah mengalir deras dari perutnya. Tanpa pikir panjang, Hill segera menolongnya.

"Hei, kamu nggak apa-apa? Tunggu di sini ya."

Hill pergi ke rumah untuk membuatkan obat, lalu kembali secepatnya.

"Tahan sakitmu, aku buatkan obat. Ayah bilang semakin kamu merasakan sakit, semakin lama penyembuhannya. Eh, pokoknya begitu deh, diam aja dulu, biar aku obati."

Hill mengobati makhluk kecil itu.

"Tidak usah takut, makhluk kecil. Ini obat untuk menyembuhkan lukamu. Aku buat dari tanaman yodium. Ayahku sudah mengajari caranya. Normalnya, sulit menyembuhkan luka sebesar ini, tapi ayahku mengajari cara yang berbeda. Tumbuhan yodium ini mengandung banyak hal seperti alpha-amirin, kampesterol, 7-alpha-diol, stigmaterol, HCN, dan banyak zat lainnya. Luka ini nggak akan sembuh cepat, mungkin butuh waktu lima hari agar bisa sembuh. Tapi aku sarankan jangan banyak bergerak, ya."

Makhluk kecil itu berterima kasih dan tersenyum, lalu pergi. Hill tidak pernah melihatnya lagi.

"Hill, jika ini memang keinginanmu, aku akan menerima semuanya. Kamu boleh memakanku."

Tiba-tiba, Hill teringat akan makhluk kecil itu, yang ternyata adalah Levia.

Seketika Hill menurunkan Levia dan melepaskan genggamannya. Hill pun berbaring dan mulai menangis.

"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku."

Levia pun ikut menangis, lalu berkata.

"Hill, aku tidak keberatan jika kamu memakanku. Tapi kamu adalah gadis yang baik. Aku tidak ingin melihatmu menjadi pembunuh."

"Maafkan aku, Levia, maafkan aku."

"Tidak apa-apa, Hill. Pada akhirnya, kamu hanyalah seorang anak kecil biasa. Kamu pasti melakukan hal ceroboh. Selama kamu tidak menyakiti makhluk yang tidak bersalah, itu tidak masalah. Kalau kamu ingin makan, kita bisa berburu hewan nanti, lalu kita makan bersama, hahaha! Kita bisa bekerja sama. Kamu kan punya belati dari Ratu Peri. Sudah, jangan menangis lagi. Kamu kan sudah berjanji tidak akan menangis lagi."

"Tapi aku hampir saja membunuhmu. Aku hampir kehilangan orang yang aku sayangi lagi."

"Mendengar kamu berkata seperti itu membuatku senang."

Waktu pun berlalu, dan Hill mulai berhenti menangis. Hill dan Levia berbaring bersama, membuka mata mereka, dan memandang ke arah langit.

"Levia, apakah kita akan mati di sini?"

"Jangan berbicara seperti itu. Kamu kan belum berhasil menolong ibumu."

"Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Tidak peduli seberapa lama kita berjalan, kita hanya berada di tempat ini."

Dengan tubuh yang sudah lemas, merasa haus dan lapar, Hill dan Levia hanya bisa berbaring melihat ke arah langit. Tak lama kemudian, sebuah getaran terjadi, dan suara yang tidak asing mulai terdengar. Hill dan Levia pun langsung terduduk dan melihat ke sekitar.

"Levia, suara dan getaran ini..."

"Getaran ini sangat besar. Kita tahu ini."

"Ini adalah monster yang memiliki jejak kaki sebesar rumah bangsawan itu!"

...Ini aneh, suaranya terasa semakin dekat, tetapi aku tidak melihat apapun...

"Hill, lihat di belakang."

...Oh tidak, yang benar saja! Monster itu mulai terlihat sangat jauh di belakang sana, dan dia sedang berlari ke arah sini. Bagaimana ini? Aku sudah tidak punya tenaga untuk berlari...

"Hill, kita harus segera bergerak! Dia terus berlari ke arah kita."

"Tetapi aku sudah tidak kuat, dan bumi terus bergetar. Akan sangat sulit bagiku untuk bergerak."

"Paksakan dirimu, jika tidak kita akan mati!"

Hill pun berusaha bangun, lalu berlari. Pijakannya tidak stabil, Hill terus berlari meski sesekali terjatuh.

...Aku kesulitan berlari. Saat aku berlari, aku pun terjatuh lagi...

"Hill, berusahalah! Saat ini monster itu masih jauh, tetapi dia bisa dengan mudah mengejar kita!"

Hill terus berusaha berlari.

...Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Tidak seperti monster kemarin, aku beruntung bisa mengalahkannya dengan bantuan pohon raksasa, tetapi sekarang aku tidak memiliki apa-apa. Tenagaku sudah habis, sedangkan monster itu sangat besar. Kakinya raksasa. Aku seperti semut di depannya. Bagaimana aku bisa bertahan?

"Hill, monster itu semakin mendekat!"

...Getarannya semakin besar...

Karena getaran yang disebabkan oleh monster raksasa itu, Hill sudah tidak bisa berlari lagi. Tidak peduli seberapa keras Hill berusaha, dia terus terjatuh.

"Hill, dia semakin dekat! Aku hanya bisa melihat perutnya, bagian atasnya tidak terlihat jelas. Perutnya sangat menjijikkan."

...Aku sudah tidak kuat lagi...

Hill terjatuh dan terdiam, menatap monster itu.

...Dia sangat besar. Di tempat terang ini, aku hanya bisa melihat perut dan kakinya saja. Bagian atasnya terhalang oleh awan. Monster ini jauh lebih menjijikkan dibandingkan dengan yang kemarin. Banyak sekali bulu hitam di kakinya, dan ekornya yang panjang. Perutnya memiliki lubang besar, aku bahkan bisa melihat bagian dalamnya...

"Hueeekk..."

"Hilllll, jangan melihat ke atas! Fokus saja pada kakinya!"

"Levia, apa yang harus kita lakukan? Aku sudah tidak bisa berlari. Monster itu semakin dekat, langkahnya sangat cepat."

Levia terus berpikir cepat, mencari cara untuk menyelamatkan diri, namun di tempat ini hanya ada dataran hijau yang tidak ada habisnya.

...Monster itu semakin dekat, semakin dekat. Setiap langkahnya membuat tubuhku terlonjak...

"Hilllll!"

Monster itu tepat berada di depan Hill dan Levia. Sebelum mereka sempat bergerak, monster itu tiba-tiba berhenti. Hill dan Levia terdiam karena ketakutan, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Beberapa detik berlalu, kemudian Levia mengeluarkan suara pelan.

"Hill, bergerak perlahan."

Saat Hill bergerak sedikit, tiba-tiba monster itu mengeluarkan suara yang sangat keras. Hill dan Levia langsung menutup telinga mereka, namun suara itu tetap terdengar menggema, membuat telinga mereka sakit. Tiba-tiba...

"Hill, hindarilah!"

Tangan monster itu menyerang Hill dari atas dengan kekuatan yang luar biasa. Pergerakan monster itu terlihat lambat, namun cukup besar untuk menimbulkan kehancuran. Hill berhasil menghindarinya, namun pukulan monster itu menghantam tanah dengan sangat kuat, menghasilkan hembusan angin yang dahsyat. Hill dan Levia pun terhempas jauh.

"Hillllll!"

"Aaaaaaaaaa!"

Hill dan Levia terlempar hingga terpisah sedikit. Levia yang berada di belakang Hill berteriak dan bergerak cepat menuju ke arah Hill.

"Hill, apakah kamu baik-baik saja?"

...Aaaahhh, badanku sangat sakit...

"Hillll!"

"Badanku hanya sedikit sakit saja."

Levia sudah sampai di sisi Hill.

"Hill, monster itu meskipun bisa berlari cepat, tapi pergerakan tangannya lambat."

"Monster itu mulai bergerak lagi!"

"Oh tidak!"

Tak lama kemudian, monster itu mulai berlari lagi ke arah Hill dan Levia.

...Monster itu mendekat lagi. Oh tidak, dia akan melakukan hal yang sama...

Hill berhasil menghindari pukulan monster itu sekali lagi, tetapi kali ini Hill dan Levia terhempas jauh sekali ke belakang.

"Hillllll!"

"Aaaaaaaa!"

Ketika terhempas, tanpa sengaja kaki Hill terkilir.

"Aaaaaa! Kaki kuuuuu!"

...Sakit, kaki ku sakit...

"Hilllll!"

Levia berusaha mendekat lagi, tidak peduli betapa sulitnya. Tak lama kemudian, Levia sudah berada di samping Hill.

"Hill, tahanlah!"

"Jangan khawatir, aku bisa menahan ini."

"Monster itu mulai bergerak lagi, kita tidak mungkin bisa bertahan, Hill!"

"Levia, pegang erat-erat bajuku."

Hill pun segera mengambil belati dari tasnya dan memegangnya dengan erat.

"Hill, apa yang akan kamu lakukan?"

"Pegang saja erat-erat bajuku, monster itu mulai menyerang lagi."

Ketika tangan monster itu hampir mengenai Hill, ia dengan cepat menghindar lalu menusukkan belati itu ke tanah, tepat di antara rumput hijau. Hill menggenggam belati itu erat-erat dengan kedua tangannya. Seketika, hempasan angin besar keluar. Hill berusaha sekuat tenaga menahan belati yang menancap di tanah, berusaha menghalau angin kencang dari pukulan monster itu.

Lalu monster itu menyerang lagi. Hill melakukan hal yang sama, namun kali ini hembusan angin jauh lebih kuat. Levia berteriak, khawatir.

"Hill, kamu tidak bisa terus seperti ini! Tenagamu sudah habis, jika begini terus tubuhmu akan hancur!"

"Tapi hanya inilah cara agar kita tidak terhempas."

Levia terus berpikir, berusaha mencari cara agar bisa keluar dari situasi ini. Tak lama kemudian, monster besar itu kembali bergerak, kali ini dengan kedua tangannya.

"Hill, ini buruk, dia menggunakan kedua tangannya!"

Monster itu mulai menyerang, dan saat hampir mengenai Hill, ia lagi-lagi menghindar dan menusukkan belatinya ke tanah. Namun kali ini, hembusan angin sangat besar, dan Hill sudah sangat lemah untuk menahan belati itu. Akhirnya, Hill dan Levia terhempas lagi.

"Aaaaaaaaa!"

Badan mereka terdorong ke belakang, dan akhirnya berhenti.

...Aaaahhh, ini sakit sekali...

"Hillll..."

Levia melihat Hill terbaring tak bergerak.

...Hill akan mati. Jika begini terus, tubuhnya akan hancur. Tubuhnya masih kecil. Dia sudah menahan rasa sakit dan terus berjuang untuk bertemu ibunya. Aku harus berusaha melindunginya...

Levia merasa putus asa, tapi ia tahu jika bukan dia, tidak ada yang bisa menyelamatkan Hill.

Levia dengan sekuat tenaga terbang mendekati monster itu. Hill, dengan kesadaran yang mulai hilang, berusaha membuka matanya dan melihat Levia terbang cepat menuju monster itu.

"Levia, Levia..."

Levia terus mendekati monster tersebut, lalu terbang ke arah belati yang telah ditusukkan Hill ke tanah. Dengan sekuat tenaga, Levia menarik belati itu, mengangkatnya, dan terbang tinggi. Monster itu berusaha menangkapnya dengan tangan raksasanya, namun Levia yang lebih kecil bisa menghindari serangan tersebut dengan lincah.

Levia terus terbang ke atas, melewati perut monster itu, dan akhirnya sampai di depan wajahnya.

"Hey, kamu punya wajah yang buruk, rasakan ini!"

Levia bergerak dengan sangat cepat, menusukkan belati ke mata kiri monster itu lima kali, kemudian beralih ke mata kanan, melakukan hal yang sama. Setiap tusukan membawa rasa sakit bagi monster itu, dan ia mulai berteriak keras. Getaran akibat teriakan monster itu membuat darah mengalir dari telinga Levia, yang masih berusaha bertahan.

Kemudian kedua tangan monster itu menutupi matanya, dan ia berteriak lagi. Gerakan tangannya sangat besar, menyebabkan angin kencang yang membuat Levia terhempas jauh.

...Apakah aku akan mati di sini? Aku sudah tidak bisa bergerak atau terbang. Mungkin ini waktuku berpisah dengan Hill...

Levia hanya bisa tersenyum, meskipun tubuhnya lemah. Ia memeluk erat belati milik Hill.

"Hill, selamat tinggal. Terima kasih atas segalanya. Meskipun hanya beberapa hari saja aku bersamamu, itu sangat berarti bagi aku."

Levia semakin dekat dengan tanah, dan perlahan sebuah tangan halus menahan tubuhnya. Tangan itu dengan hati-hati mencegah tekanan akibat jatuh dari ketinggian. Levia membuka matanya dan melihat Hill tersenyum, air mata mengalir di wajahnya.

"Levia, kamu tidak boleh mati di sini! Aku belum menemukan ibuku, kamu harus selalu bersama aku."

Dengan kelelahan yang teramat sangat, Levia pun ikut tersenyum dan berbisik dengan suara pelan.

"Hill, kamu masih bisa bergerak, hahaha."

"Levia, kamu boleh beristirahat di tangan ku. Kali ini aku tidak akan menjatuhkanmu lagi."

Hill terus berlari, dengan tangan terulur ke depan, memegang Levia dengan hati-hati. Ia tidak tahu apa yang telah Levia lakukan, tapi ini adalah kesempatan untuk melarikan diri. Monster itu hanya berteriak dan tidak bergerak.

Hill harus berlari. Dia mengabaikan rasa sakit dan kelelahan yang menghantui, hanya fokus pada keselamatan mereka berdua.

Tak lama kemudian, Hill melihat sebuah lubang hitam di sampingnya, cukup jauh dari tempat monster itu berdiri. Hill langsung mengubah arah dan berlari menuju lubang tersebut.

Dia semakin mendekat, dan akhirnya sampai di sana. Tanpa berpikir panjang, Hill melompat ke dalam lubang hitam itu.

"Aaaaaaaaaa!"

Hill merasa dirinya seperti terbawa oleh arus yang kuat, seolah-olah terbenam dalam air. Ia menggenggam erat tubuh Levia, merasa dirinya tertarik masuk lebih dalam.

Tak lama kemudian, Hill terjatuh keluar dari lubang hitam itu, sangat lelah dan hampir tak bisa membuka matanya.

...Aduh, bahkan untuk membuka mata pun terasa sangat sulit. Hmm, suara berisik, dan aku merasakan air... Apakah sedang hujan?

Kemudian kesadaran Hill hilang, dan banyak orang yang terlihat di sekitarnya. Mereka mengenakan jas hujan dan terdiam terkejut melihat Hill dan Levia tiba-tiba muncul.

"Siapa itu?"

"Aku tidak tahu."

"Dia anak kecil."

Orang-orang itu segera membawa Hill dan Levia, mencoba menyelamatkan mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!