5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!
Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.
Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻♀️ Yang setuju buat bikin sekuel atau lanjut vote di grup chat author ya 🙏 masih berlaku untuk hadiah saldo Dana untuk gift terbanyak bulanan. bisa gift lewat iklan juga ya 🥰 maksimal 10 iklan/hari = 100 dukungan. Hadiah akan diberikan pada dukungan terbanyak dalam setiap bulan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Tugas Mbels
"Woiii! Anjaaayy! Kenalin dong!" goda Zaki sembari menggeber motornya di parkiran.
"Yang mana sih cewenya?" tanya Haris.
"Itu pas kita balik dari basecamp kan, Ki?" tanya Angga.
"Iya. Anjaaay!" ejek Zaki lagi.
Toleh tak menghiraukan mereka dan berlalu ke kelas lebih dulu.
"Halo, Para Paduka," sapa Jesika sambil membungkuk dan cengengesan.
"Eh!" tunjuk Angga pada gadis itu tanpa melanjutkan kalimatnya.
"Sini, biar Mbels bawain tasnya," ejek Jesika.
Dengan senang hati, mereka langsung memberikan tas pada gadis itu. Tidak dengan Toleh yang langsung duduk di tempatnya.
"Bawain! Awas sampe tas gue kena debu! Ini tas mahal!" tegas Angga.
"Ooww, mahal!" ejek Jesika berjalan ke luar kelas dan membuang tas mereka di tong sampah. "Makan tuh mahal!"
"Woi woiiiiii! Anjing! Lo main-main ya sama gue!" teriak Angga.
Jesika tersenyum dan menepuk-nepuk punggung Angga pelan. "Ga bisa bawa tas sendiri? Jangan nyuruh orang, jangan ya dek ya!" ejeknya dengan logat Jawa.
Haris berdiri di depan pintu kelas menghalangi langkah gadis yang sering mencari masalah dengannya itu.
"Mau lo ambil tas gue, atau gue masukin lo ke tong sampah?" tanya Haris.
"Mau .... Guruuuuuu!" tunjuk Jesika pada angin dan membuat mereka berlima kalang kabut masuk ke kelas. Jesika ikut masuk sambil cengengesan.
***
Istirahat kali ini Jesika bersama Cia duduk di kantin menunggu pesanan mereka. Tiba-tiba seorang gadis memberinya kotak hadiah.
"Kasih ini ke Angga!" ucap gadis itu.
Jesika terdiam sejenak dan menatap ke arah Cia.
"Maksudnya?" tanya Cia.
"Kasih ini ke Angga! Temen lo budek ya? Dia kan Mbelsnya FAB. Tau kan maksudnya apa?!" balas cewek tersebut.
Jesika merampas kotak itu dan membukanya tanpa peduli si empunya ngereog sebab tidak boleh ada yang tau isinya.
"Surat? Kotak segini gede isinya cuma selembar kertas? Kenapa nggak pake amplop aja? Biar nggak makan tempat! Lo kira tangan gue sudi bawa kotak segede ini cuma buat selembar kertas nggak penting kayak gini?" oceh Jesika dan membuka suratnya.
"EH JANGAN DIBUKA!!" teriak gadis itu. Lagi-lagi Jesika tidak mempedulikannya.
"Halo, Angga. Gue Dila kelas 11F. Gue udah lama suka sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?" ucap Jesika membaca isi tulisan dari surat tersebut. "What? Sesingkat itu lo pake selembar kertas? Dikirim lewat sms juga masih terlalu pendek, Anjir!" komentar Jesika.
Tiba-tiba gadis itu menangis dan mengundang perhatian. Perhatian itu semakin lama menatap sebab kelima member FAB datang ke kantin dan menghampiri mereka.
"Lo nggak lagi ngelanggar tugas lo sebagai Mbels kan?" tanya Angga pada Jesika.
"Nih!" Jesika ngasih kotak beserta isinya pada Angga. "Baca tuh! Kalo lo buta huruf, biar gue yang bacain!"
Angga merampas kotak itu dengan kesal dan membaca isi surat tersebut.
"Lo kakak kelas gue?" tanya Angga.
Dila mengangguk sambil mengusap air matanya.
"Halah, sok-sokan nangis. Tadi aja pas baru dateng belagak kayak anak raja. Ngomong lagi lo kayak tadi coba! Sok lemah, Anjir. Jijik banget gue ngeliatnya!" ketus Jesika.
"Surat cuma seumprit gini ngapain lo pake kotak segala?" tanya Angga membuat Dila kembali menangis.
"Tuh kan! Gue bilang juga apa! Surat seumprit pake kotak segede gaban. Terus nyuruh gue ngasih ini ke Angga?! Lo kira kantong gue bakalan muat? Udah gitu isi suratnya cuma segede upil lagi," oceh Jesika.
"Buang!" perintah Angga pada Jesika.
Sambil tersenyum Jesika mengambil alih kotak tersebut dan membuangnya ke kotak sampah. Tak lupa isi surat dari Dila ia sobek perlahan menjadi serpihan kecil agar lebih dramatis. Dengan senyuman mengejek, Jesika berjalan menghampiri FAB. "Kalo lo nggak cacat, lo kasih aja sendiri! Kalo lo cacat, jangan sekolah di sini, SLB masih nerima murid kok!"
Kalimat Jesika itu membuat kelima anggota FAB merasa bangga karena memang inilah yang mereka inginkan. Harga diri geng yang harus dijunjung setinggi angkasa.
"Lagian ya, lo itu manusia. Masa iya sih lo mau sama monyet? Lo mau kawin silang?" Yang satu ini mampu membuat Angga mengubah ekspresinya dalam hitungan detik menjadi jengkel.
Di tengah menikmati makan siang di kantin, lagi-lagi Jesika didatangi seorang gadis yang membawa coklat dan bunga. "Woi Mbels! Kasih ini ke Haris. Tapi jangan bilang dari gue!" Kemudian gadis itu pergi.
Jesika menoleh pada para member FAB yang sedang menatap ke arahnya. Ia menghampiri dan memberikan bunga itu pada Haris. "Buat lo! Kalo lo nggak suka buang aja. Ini ada coklat dari cewek yang tadi, tapi kayaknya lo harus diet, makan lo banyak banget. Jadi ini buat gue aja. Okey? Makasih Haris. Sama-sama, Jes!"
Jesika langsung melahap coklat tersebut dan memotek sebagian untuk Cia.
"Mbels tergila yang pernah kita punya," gerutu Haris.
***
Sepulang sekolah, Jesika langsung menarik tas yang tengah Zaki sandang di punggungnya. "Sini! Gue bawain. Gue kan Mbels!" ucap Jesika.
Dengan cepat Zaki menahannya. "Nggak usah nggak usah! Gue bisa bawa sendiri!" bantahnya.
"Lo mau gue bawain, Wan?" tanya Jesika berlari menghampiri Wandra.
"Nggak usah! Ini aja bau sampahnya belum ilang!" balas Wandra.
"Atau lo? Lo mau gue bawain Ris?"
Haris tak memberikan jawaban apapun.
"Lo?" tunjuk Jesika pada Angga.
Pria itu malah menyenggolnya dan berjalan mendahului. Diikuti oleh ketiga temannya yakni Haris, Zaki dan Wandra.
"Lo mau gue bawain tasnya, Tol?" tanya Jesika. Toleh tersenyum ke arahnya namun sekuat tenaga ia berusaha menyembunyikan hal tersebut. Nama panggilan yang lucu bagi Toleh.
Dengan cepat Toleh memberikan tasnya agar Jesika tidak melihat ekspresi menahan senyumnya itu.
"Oke! Sampe parkiran kan?" tanya Jesika yang berjalan lebih dulu.
Anggota FAB yang lain melihat Jesika membawa tas Toleh dengan baik dan benar tanpa masalah. Mereka menoleh pada Toleh.
"Dia yang mau," ucap Toleh dengan singkat.
"Sialan! Tas gue tadi dicemplungin tong sampah. Sekarang tas Toleh malah dibawain sampe parkiran!" omel Angga yang gemas rasa ingin menjambak rambut gadis di hadapannya tersebut, namun ditahan oleh Zaki.
"Woi!!!" teriak Haris pada punggung Jesika namun gadis itu tak peduli sama sekali. "Lo itu Mbelsnya 5th Avenue Brotherhood! Bukan Mbelsnya Toleh!"
"Loh, tadi gue mau bawain, lo nggak jawab, ya gue anggep ga mau. Sekarang malah protes. Ribet hidup lo!" balas Jesika.
"Mbels laknat!" umpat Haris.