Takdirnya telah dicuri. Chen Kai, dulu jenius nomor satu di klannya, kini hidup sebagai "sampah" yang terlupakan setelah Akar Spiritualnya lumpuh secara misterius. Tiga tahun penuh penghinaan telah dijalaninya, didorong hanya oleh keinginan menyelamatkan adiknya yang sakit parah. Dalam keputusasaan, dia mempertaruhkan nyawanya, namun berakhir dilempar ke jurang oleh sepupunya sendiri.
Di ambang kematian, takdir mempermainkannya. Chen Kai menemukan sebuah mutiara hitam misterius yang menyatu dengannya, membangkitkan jiwa kuno Kaisar Yao, seorang ahli alkimia legendaris. Dari Kaisar Yao, Chen Kai mengetahui kebenaran yang kejam: bakatnya tidak lumpuh, melainkan dicuri oleh seorang tetua kuat yang berkonspirasi.
Dengan bimbingan sang Kaisar, Chen Kai memulai jalan kultivasi yang menantang surga. Tujuannya: mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa, dan membuat mereka yang telah mengkhianatinya merasakan keputusasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harta Para Serigala
Darah masih menetes dari sudut bibirnya. Rasa logam yang anyir memenuhi mulutnya. Setiap tarikan napas terasa perih, dan meridian di lengannya berdenyut-denyut seolah-olah akan robek.
Chen Kai berlari.
Dia tidak menggunakan 'Langkah Bayangan' dengan kecepatan penuh—dia tidak mampu—tetapi dia bergerak seperti hantu yang terluka menembus semak belukar yang lebat, mendorong tubuhnya yang kelelahan hingga batasnya.
Dia baru saja membunuh tiga tentara bayaran, salah satunya adalah ahli Puncak Tingkat Enam, satu tingkat di atasnya. Tapi kemenangan itu harus dibayar mahal.
Dia telah memaksakan 'Longsoran Gunung', teknik Alam Pembangunan Fondasi, menggunakan tubuh Alam Kondensasi Qi. Dantiannya kering kerontang. Menggunakan lima tebasan berturut-turut itu telah menghabiskan hampir sembilan puluh persen cadangan Qi-nya dan menyebabkan kerusakan internal ringan.
Dia tahu dia tidak bisa berhenti. Bau darah yang kuat dari pertarungan di air terjun akan segera menarik perhatian. Bukan hanya tentara bayaran lain, tapi juga binatang roh yang oportunistik.
Dia harus menghilang.
Selama satu jam penuh, dia berlari ke arah acak, berbelok tajam, melintasi sungai kecil untuk menutupi jejaknya, dan mendorong dirinya lebih dalam ke hutan. Dia bisa merasakan adrenalin dari pertarungan mulai memudar, digantikan oleh rasa lelah yang luar biasa.
Dia harus menemukan tempat berlindung. Sekarang.
Matanya yang tajam mengamati sekelilingnya saat dia bergerak. Akhirnya, dia melihatnya. Itu bukan gua yang nyaman. Itu adalah sebuah pohon kuno raksasa yang telah tumbang, mungkin berabad-abad yang lalu. Akarnya yang besar tercabut dari tanah, menciptakan lubang yang dalam dan gelap di bawahnya, tersembunyi oleh tirai lumut dan tanaman merambat yang tebal.
Itu adalah sarang yang sempurna. Cukup untuk satu orang, tersembunyi, dan defensif.
Dia mengamati area itu selama lima menit penuh, memastikan tidak ada binatang roh yang menjadikannya sarang. Aman.
Dia menyelinap ke dalam celah sempit di antara akar-akar yang kusut, masuk ke dalam kegelapan yang lembap dan berbau tanah. Dia berada di ruang sempit di bawah batang pohon yang tumbang.
Dia segera merogoh cincin Paman Liu dan mengeluarkan beberapa bendera formasi peringatan sederhana yang tersisa. Dia menempatkannya secara strategis di sekitar pintu masuk tersembunyi di balik tanaman merambat. Ini tidak akan menghentikan ahli yang kuat, tapi itu akan membangunkannya jika ada yang mendekat.
Akhirnya, dia bisa bernapas.
Dia bersandar di dinding tanah yang dingin, tubuhnya gemetar karena kelelahan. Dia memejamkan mata sejenak, membiarkan keheningan dan kegelapan menenangkannya.
"Itu... terlalu dekat," bisiknya pada dirinya sendiri.
Dia telah meremehkan para pemburu di hutan ini. Dia mengira mereka hanyalah gerombolan yang tidak terorganisir. Tapi pemimpin Puncak Tingkat Enam itu tangguh. Jika Chen Kai tidak memiliki 'Longsoran Gunung' sebagai kartu truf yang mengejutkan, dan jika pemimpin itu tidak meremehkannya, hasilnya bisa sangat berbeda.
"Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi lagi."
Dia tidak membuang waktu. Prioritas pertama: memulihkan diri.
Dia mengambil dua Batu Roh Tingkat Rendah dari cincin Paman Liu. Menggenggam satu di setiap tangan, dia menutup matanya dan mulai mengedarkan 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi'.
Seperti spons kering yang dicelupkan ke dalam air, tubuhnya yang kelaparan dengan rakus menyerap energi murni dari Batu Roh.
Aliran Qi yang sejuk dan murni membanjiri meridiannya. Dia mengarahkan energi itu terlebih dahulu untuk menyembuhkan kerusakan internal ringan yang disebabkan oleh penggunaan 'Longsoran Gunung' secara paksa. Dia bisa merasakan meridiannya yang tegang menjadi rileks, dan rasa sakit di dadanya mulai mereda.
Setelah luka internalnya stabil, dia mulai mengisi kembali dantiannya yang kosong.
Proses itu memakan waktu tiga jam penuh.
Ketika dia membuka matanya lagi, kedua Batu Roh di tangannya telah berubah menjadi debu abu-abu. Tapi dia telah kembali ke kondisi puncaknya. Dantiannya penuh, dan luka-lukanya telah sembuh.
Sekarang, saatnya untuk memeriksa hasil panennya.
Dia menenangkan pikirannya dan memfokuskan kesadarannya pada tiga cincin penyimpanan baru yang dia ambil dari para tentara bayaran.
Dia memulai dengan dua cincin milik anak buah Tingkat Lima. Seperti yang dia duga, isinya... menyedihkan.
"Benar-benar miskin," gumamnya sambil mencibir.
Cincin pertama berisi sekitar dua puluh keping perak, beberapa pakaian ganti yang kotor, dendeng kering, dan tiga inti roh Tingkat Tiga. Tidak ada Batu Roh sama sekali.
Cincin kedua sedikit lebih baik. Lima puluh keping perak, beberapa botol anggur berkualitas rendah, dan dua inti roh Tingkat Empat.
Dia memindahkan semua barang berharga (uang dan inti roh) ke cincin Paman Liu dan membuang kedua cincin kosong itu ke sudut sarangnya. Dia bahkan tidak tertarik pada senjata mereka yang berkualitas buruk.
Sekarang, untuk acara utama. Cincin milik pemimpin Puncak Tingkat Enam.
Dia menuangkan kesadarannya ke dalam.
Matanya sedikit melebar. "Jauh lebih baik."
Ruang di dalam cincin ini sedikit lebih besar. Di dalamnya ada tumpukan koin emas yang rapi, total sekitar seratus keping. Di sebelahnya ada kantong kulit yang berisi...
"Batu Roh!"
Ada seratus lima puluh tiga Batu Roh Tingkat Rendah. Bagi Chen Kai, ini adalah kekayaan yang signifikan, setara dengan lebih dari 15.000 koin perak di pasar.
Selain itu, ada beberapa tumpukan herbal. Sebagian besar adalah herbal umum untuk penyembuhan luka, tapi ada satu yang menarik perhatiannya: 'Rumput Bulan Perak', bahan utama untuk pil yang dapat membantu menstabilkan fondasi kultivasi.
Ada juga beberapa manual teknik. Chen Kai memindainya dengan cepat. Sebagian besar adalah sampah. Teknik kultivasi tingkat rendah, teknik kapak yang biasa-biasa saja...
Kecuali satu.
Itu bukan manual tempur. Itu adalah sebuah buku kecil yang terbuat dari kulit binatang yang sudah usang, dengan judul yang nyaris tidak terbaca: "Teknik Penahan Nafas Kura-kura."
Penasaran, Chen Kai memfokuskan kesadarannya pada manual itu.
Deskripsinya sederhana. Itu adalah teknik tambahan yang tidak memiliki kekuatan ofensif atau defensif. Satu-satunya tujuannya adalah untuk menekan dan menyembunyikan aura kultivasi seseorang.
Dengan mengedarkan Qi melalui serangkaian meridian yang unik dan rumit, seorang kultivator dapat meniru keadaan tidur nyenyak seekor kura-kura kuno, membuat aura mereka tampak jauh lebih lemah dari yang sebenarnya, atau bahkan seperti orang biasa.
Senyum dingin menyebar di wajah Chen Kai.
"Ini... ini sempurna."
Dia baru saja menyadari betapa berbahayanya kekuatannya. Seorang pemuda berusia enam belas tahun (meskipun wajahnya berbeda) yang berkeliaran di hutan dengan kultivasi Puncak Tingkat Lima adalah target yang mencolok. Itu menarik perhatian para 'Serigala Hutan' itu.
Dia perlu menjadi tidak terlihat.
Jika dia bisa menguasai teknik ini, dia bisa menyembunyikan kekuatannya, mungkin membuatnya tampak seperti Tingkat Tiga atau Empat. Dia akan diremehkan. Dan di Hutan Binatang Roh ini, diremehkan adalah keuntungan terbesar yang bisa dia miliki. Musuh-musuhnya akan menurunkan kewaspadaan mereka, sama seperti yang dilakukan pemimpin botak itu.
Dia menyingkirkan manual itu untuk dipelajari nanti. Masih ada satu item lagi di cincin penyimpanan pemimpin itu.
Itu adalah selembar kulit binatang yang digulung. Sebuah peta.
Dia membukanya di pangkuannya. Itu bukan peta harta karun, melainkan sesuatu yang jauh lebih praktis: peta rinci dari Area Luar Hutan Binatang Roh.
Peta itu digambar dengan tangan, mungkin disalin dari sumber yang lebih baik. Itu menunjukkan jalur utama yang digunakan para tentara bayaran, sumber air bersih, dan area yang ditandai dengan berbagai nama.
Matanya memindai peta itu. Ada 'Wilayah Monyet Lincah', 'Rawa Kabut', dan 'Bukit Serigala'.
Dan kemudian dia melihat sesuatu yang membuatnya berhenti.
Sebuah tanda 'X' merah kecil dengan tulisan "Titik Aman - Serigala Hutan."
Itu adalah sebuah pos terdepan, mungkin sebuah kamp tersembunyi, hanya berjarak sekitar dua puluh mil dari lokasinya saat ini.
"Jadi... mereka punya markas," gumamnya. "Mungkin ada lebih banyak dari mereka."
Ini membuat pelariannya dari air terjun tadi semakin penting.
Dia terus memindai peta. Matanya tertuju pada satu lokasi lagi, yang dilingkari dengan tinta hitam. Lokasi itu berada di tepi area luar, hampir memasuki area dalam yang lebih berbahaya.
Tulisannya: "Goa Ular Api."
Di sebelahnya, ada catatan kecil: "Binatang roh Tingkat Enam. Sangat teritorial. Menjaga... Sesuatu?"
Chen Kai menatap tanda itu untuk waktu yang lama.
Dia buntu di Puncak Tingkat Lima. Pertarungan sampai mati melawan pemimpin tentara bayaran Puncak Tingkat Enam telah mengguncang fondasinya, membuatnya merasakan sedikit kelonggaran pada penghalang ke Tingkat Enam.
Dia membutuhkan satu dorongan lagi. Satu pertempuran hidup-mati lagi.
Dia membutuhkan lawan yang kuat.
"Ular Api Tingkat Enam..."
Itu adalah risiko yang sangat besar. Binatang roh Tingkat Enam jauh lebih kuat daripada kultivator manusia Tingkat Enam. Mereka memiliki tubuh fisik yang superior, kemampuan bawaan (seperti racun api), dan kecerdasan yang licik.
Melawan pemimpin tentara bayaran Puncak Tingkat Enam saja sudah menghabiskan seluruh kekuatannya dan hampir membunuhnya. Melawan binatang roh Tingkat Enam sendirian... itu adalah bunuh diri.
Kecuali... dia tidak lagi sama.
Dia sekarang memiliki 'Longsoran Gunung', teknik pedang yang bisa meledakkan kekuatan di atas levelnya. Dia memiliki 'Langkah Bayangan' untuk kelincahan. Dan yang terpenting, dia memiliki pemahaman baru tentang pertempuran.
Dan dia memiliki 'Teknik Penahan Nafas Kura-kura'. Dia bisa mendekatinya tanpa terdeteksi.
Rencana yang berbahaya dan gila mulai terbentuk di benaknya.
"Jika aku bisa membunuh Ular Api Tingkat Enam itu... inti rohnya saja sudah cukup untuk memberiku energi yang kubutuhkan untuk mencoba terobosan," pikirnya.
Dan jika ada 'sesuatu' yang dijaganya, itu mungkin harta karun yang bisa membantunya.
Dia menutup peta itu. Keputusannya sudah bulat.
Tapi pertama-tama, dia perlu menguasai kartu truf barunya.
Dia mengambil manual kulit 'Teknik Penahan Nafas Kura-kura'. Dia tidak akan keluar dari sarang pohon ini sampai dia bisa menyembunyikan auranya dengan sempurna.
Dia menutup matanya dan mulai mempelajari jalur meridian yang rumit, melatih dirinya untuk menjadi hantu yang sesungguhnya di hutan yang mematikan ini.