NovelToon NovelToon
Assalamualaikum, Pak KUA

Assalamualaikum, Pak KUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Dijodohkan Orang Tua / Pengantin Pengganti / Cintapertama
Popularitas:44.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Di hari pernikahannya, Andi Alesha Azahra berusia 25 tahun, dighosting oleh calon suaminya, Reza, yang tidak muncul dan memilih menikahi sahabat Zahra, Andini, karena hamil dan alasan mereka beda suku.

Dipermalukan di depan para tamu, Zahra hampir runtuh, hingga ayahnya mengambil keputusan berani yaitu meminta Althaf berusia 29 tahun, petugas KUA yang menjadi penghulu hari itu, untuk menggantikan mempelai pria demi menjaga kehormatan keluarga.

Althaf yang awalnya ragu akhirnya menerima, karena pemuda itu juga memiliki hutang budi pada keluarga Zahra.

Bagaimanakah, kisah Zahra dan Althaf? Yuk kita simak. Yang gak suka silahkan skip!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panen Raya

Akhirnya pengajian pun selesai. Seperti rutinitas setiap Jumat subuh, para ibu-ibu dan bapak-bapak langsung bergotong royong membersihkan masjid.

Suasana terasa hangat dan akrab, seolah lelah tidak pernah menjadi alasan untuk meninggalkan kebiasaan baik itu.

Mak Mia mengambil penyemprot dan kain lap. Baru saja ia hendak mulai, Zahra langsung meraih peralatan itu.

“Biar aku aja Mak.”

Mak Mia menatap menantunya ragu. “Bisa jeki nak?”

Zahra mengangguk mantap. “Bisa.”

Sebagian ibu-ibu terlihat sudah pulang karena memang bukan jadwal mereka hari itu. Kebetulan yang mendapat giliran adalah Mak Mia, Althaf, Anida, dan beberapa ibu lain, termasuk Bu Siti, Bu Lija, serta Bu Lena. Mereka mengerjakan tugas masing-masing ada yang menyapu, mengepel lantai, mengelap lemari, hingga merapikan sajadah.

Zahra memilih mengelap kaca jendela masjid. Tangannya bergerak cekatan meski keringat mulai membasahi pelipisnya.

Saat itulah pandangannya jatuh pada Anida yang tampak kesulitan mengangkat beberapa Al-Qur’an. Tumpukan itu terlihat cukup berat untuk dibawa sendiri.

Kebetulan, Althaf lewat tak jauh dari sana. Baru saja Anida hendak membuka mulut memanggilnya, Zahra sudah lebih dulu melangkah mendekat.

“Sini aku bantu.”

Tanpa menunggu jawaban, Zahra langsung mengangkat tumpukan Al-Qur’an itu. Anida terdiam sejenak, sedikit terkejut.

Althaf yang melihat pemandangan itu spontan berkata, “Kamu bisa?”

Zahra mengangguk ringan. “Bisa kok. Ringan aja ini.”

Meski begitu, Althaf tetap mendekat dan membantu menopang sebagian beban. Zahra tersenyum kecil, sempat melirik ke arah Anida yang kini hanya bisa terdiam memperhatikan.

Setelah itu, Anida beralih membersihkan bagian plafon masjid. Namun, sapu yang digunakannya tak cukup panjang. Ia kembali tampak ragu, hendak meminta bantuan pada Althaf lagi.

Belum sempat ia bersuara, Zahra lagi-lagi sudah mengambil alih.

“Biar aku aja.”

Kebetulan Zahra memang lebih tinggi daripada Anida. Ia menjinjit sedikit, lalu dengan mudah membersihkan bagian plafon yang sulit dijangkau.

Anida tersenyum lembut. “Terima kasih.”

Zahra hanya mengangguk singkat, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Tak lama kemudian, semua pekerjaan selesai. Masjid terlihat bersih dan rapi. Zahra, Mak Mia, dan Althaf pun bersiap pulang bersama.

Di perjalanan, Zahra bertanya, “Emang emak gak panen ke sawah lagi?”

Mak Mia menjawab, “Mamak sudah izin sama Pak Samsul kemarin, mau datang jam delapan.”

Zahra mengerutkan kening. “Loh itu siapa Mak?”

Mak Mia menjelaskan dengan suara pelan, “Itumi yang punya sawah nak. Mamak sama Althaf cuman kerja sebagai buruh tani, lumayan nak tambah-tambah uang sekolahnya si kembar. Dulu bapak yang kerja di sawah dan digaji sama Pak Samsul. Sekarang bapak sudah pergi, jadi mamak yang gantikan.”

Mata Mak Mia berkaca-kaca saat menyebut suaminya. Langkahnya sempat melambat. Zahra langsung menggenggam tangan mertuanya, memberinya kehangatan.

Mak Mia tersenyum tipis, lalu bertanya lirih, “Ndag malu jeki punya mertua miskin seperti mamak?”

Zahra menggeleng cepat. “Harta itu cuman titipan Mak. Allah bisa ambil kapan saja kalau Allah mau. Lagi pula Zahra gak butuh suami kaya kan papa Zahra sudah kaya. Jadi ya nikmatin aja hartanya. Siapa yang mau habisin kalau bukan Zahra.” Zahra terkekeh kecil, bercanda.

Nun jauh di sana, di sebuah rumah megah, Papa Sultan yang sedang sarapan tiba-tiba tersedak.

“Uhuk!”

Rani buru-buru menyodorkan segelas air pada suaminya. Papa Sultan meneguknya, lalu mengelus dadanya.

“Siapa yang ghibahin papa ya?” gumamnya dengan wajah curiga.

Sedangkan Althaf menatap Zahra dengan tatapan yang tak bisa ditebak.

*

*

Beberapa hari kemudian, musim panen pun resmi berakhir. Seperti tradisi turun-temurun di kampung itu, pesta rakyat akan digelar—mappadendang, perayaan panen raya sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan.

Di dapur rumah Mak Mia, aroma ketan yang sedang dikukus memenuhi ruangan. Mak Mia tampak sibuk mengaduk sokko putih dan sokko hitam, ketan putih dan ketan hitam yang dimasak pulen. Lisa membantu di sampingnya, sesekali mengipas tungku agar api tetap stabil.

Zahra masuk ke dapur sambil mengikat rambutnya.

“Mak, mamak buat apa?” tanyanya sambil mengintip ke dalam panci.

Mak Mia tersenyum. “Mamak buat sokko untuk mappadendang nanti orang.”

Zahra mengerutkan kening. “Mappadendang itu apa?”

Lisa yang sedang mengaduk sokko hitam menjawab ceria, “Pesta panen raya kak. Seru sekali nanti karena banyak acaranya juga. Di situ diingat sebagai rasa syukur taa.”

Zahra mengangguk pelan, tampak tertarik. “Oh begitu, ya sudah, Zahra bantu.”

Mak Mia melirik menantunya dengan senyum hangat. “Ayo sini.”

Zahra pun ikut mengambil sendok kayu, membantu mengaduk sokko dengan penuh semangat.

*

*

Di sisi lain seberang rumah Mak Mia, suasana berbeda terlihat di rumah Bu Mirna. Di dapur, wanita paruh baya itu juga tengah menyiapkan sokko, ditemani sepanci ayam lengkuas yang aromanya menggoda. Namun, tak seperti di rumah Mak Mia, suasana di sini terasa lebih dingin.

Tiara hanya duduk di ruang tamu, bersandar di sofa sambil memainkan ponselnya. Sesekali matanya melirik ke arah dapur, tempat mamaknya sibuk bekerja sambil sesekali menonton televisi kecil.

Tiara akhirnya bersuara, “Mak, itu Althaf sudah betulanmi menikah?”

Bu Mirna menjawab tanpa menoleh, “Sudah mi na bilang si Mia. Kenapa memang ii?”

Tiara cemberut. “Susah sekali didekati kak Althaf kalau ada itu perempuan. Selalu menempel sama kak Althaf. Bikin emosi saja.”

Alih-alih menegur, Bu Mirna justru mendengus ringan. “Makanya harus ko ekstra sabar dan dekati terus. Masa kalah ko sama perempuan tidak ada pendidikannya. Kau itu bidan, pasti bisa dapat itu Althaf.”

Tiara menatap mamaknya dengan mata berbinar.

Bu Mirna melanjutkan, “Asal mu tau, Althaf sudah mapanmi. Ndag kayak dulu miskin. Kemarin saja na belikan istrinya kulkas sama freezer.”

Mata Tiara membulat sempurna. Nafasnya sedikit tercekat, ambisinya kian menguat.

“Tapi Mak,” katanya menurunkan suara, “curiga ka saya sama itu perempuan. Jangan-jangan belum pi menikah, cuman living together saja seperti kebanyakan anak Jakarta.”

Bu Mirna berhenti mengaduk. “Apa itu liping togeder?”

Tiara berdecak kesal melihat kebingungan ibunya. “Living together itu satu rumah tapi belumpi menikah, Mak.”

Bu Mirna mengangguk-angguk. “Oh .…”

Tiara makin bersemangat. “Buktinya ndag ada foto pernikahannya itu toh?”

Bu Mirna menggeleng. “Iyo, belum pernah pi ada yang lihat. Iyo, jangan-jangan belumpi itu menikah. Astaga!”

Tiba-tiba, dari dalam kamar terdengar suara laki-laki menyela, “Weh, bagusnya itu Althaf dapat cewek cantik tidak mau diajak nikah. Kalau begitu saya juga mau. Nanti kutanya Althaf kalau mau mi na buang itu perempuan.”

Yang berbicara adalah Tono, anak bungsu Bu Mirna, pengangguran yang kerjanya hanya rebahan.

Tanpa pikir panjang, Bu Mirna langsung melempar remot ke arah anaknya. “Beleng (bodoh) sekali ko! Kalau mau perempuan tidak perawan mi!”

Tono mengaduh sambil tertawa kecil, sementara Tiara justru tersenyum tipis.

1
Miss Typo
Coppeng = Duwet dikampung ku
Bunne tuh buah Buni ya thor
naima
kalau di kampungku buah yang atas itu namanya juwet, yang bawah itu namanya keplayu kak😁
Siti Aisyah
di desa aku itu juwet kak
naima: hai, orang mana kak? btw di tempatku buah yang atas itu juga namanya juwet😁
total 1 replies
Miss Typo
kotoran kucing diusapkan ke wajah Bu Mirna 🤢
kapok sukurin kau hahaha
pak sul sul ketauan juga kan heh
Miss Typo
ini baru keren luar biasa top markotop
awas kau pak sul sul ketauan baru tau rasa wkwkwk
Tiara Bella
ceritanya bagus aku suka
Tiara Bella
Zahra Dilawan gk tanding annya.....gadis barbar yg suka bikin ulah dikota....
🏡s⃝ᴿincha f⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ◌ᷟ⑅⃝ͩ●●⑅⃝ᷟ
makasih kak double up ny 🙏🙏🙏
Shee
nunggu di mana Samsul ke tahuan punya foto zahra. biar di dorr sekalian sama zahra
Shee
nah denger gk tuh, yang punya yang bakar itu lumbung. jadi g usah merasa di rugi kan karena kesalahan sendiri
Tiara Bella
pd kapok gk tuh orng² kampung
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣Zahra bisa aja ngelesnya
Shee
syukur 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
aku ngebayangin nya aja enek loh, apa lagi yang jadi bu mirna pingsan dah🤣🤣
Dewiendahsetiowati
mampus mereka salah lawan boz
ChikoRamadani
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ Sangat menarik
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...

terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Terima kasih kak 🙏🫶🫶
total 1 replies
mama_im
moga ke tahuan althaf tuh pak samsul udah omes ke zahra 😤😤😤
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
nah gitu Althaf tegas dukung Zahra yg melindungi mamak mu dr mereka yg suka merendahkan dan menindas mamak mu jd mereka th diri 😤😤😤
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kapok mu kapan
vj'z tri
😳😳😳😳😳 mank mlu mau ngasih kado atau ampau berapa pengen di undang pesta pernikahan mereka 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!