Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Pov Mia
Aku begitu benci dengan mbak Arin, dengan tega nya dia mengusir ku dan membiarkan aku tinggal di gudang belakang rumah nya. Gudang itu terpisah dari bangunan rumah dan sangar kotor serta berdebu.
Mas Randi hanya menuruti perintah dari mbak Arin tanpa berani membantah. Padahal status ku dan juga mbak Arin sama - sama istri nya mas Randi. Beda nya mbak Arin istri sah sedang kan aku istri sirih nya mas Randi.
"Mas, aku tidak mau tinggal di sini!" Aku merengek sambil memegang tangan mas Randi.
"Sudah lah Mia, ini hanya sementara saja, nanti aku akan cari cara agar kau bisa kembali ke rumah!" Mas Randi menenangkan aku.
"Mas, pembantu itu benar - benar sombong ya, masa dia tidak mau membantu membersihkan tempat ini. Padahal itu tugas nya sebagai pembantu!" Aku menyalahkan pembantu sialan itu yang tidak mau membersihkan gudang ini.
"Sudah lah Mia, ayo mas bantu bersih kan tempat ini agar kau bisa segera beristirahat!" Mas Randi mengambil sapu dan alat pel untuk membersihkan tempat ini.
Tidak ada barang berharga di tempat ini, hanya ada sebuah kasur lantai yang tipis di dalam nya.
"Awww, ada tikus!" Aku langsung melompat saat ada seekor tikus yang berukuran besar keluar dari tumpukan barang.
"Mana?" Mas Randi bertanya dan dia memukul tikus itu dengan gagang sapu.
Tapi tikus itu bergerak dengan lincah nya sehingga gagang sapu itu hanya mengenai lantai dan patah menjadi 2.
"Mas, tikus nya lari keluar mas!" Aku berteriak pada Mas Randi saat tikus itu sudah berlari dengan genit keluar dari dalam gudang.
"Aduh, sapu nya patah lagi! Padahal mas belum selesai nyapu!" Mas Randi berkata sambil memegang sapu yang sudah patah menjadi 2 bagian.
"Mas, di sini pasti banyak nyamuk. Aku gak mau tinggal di sini. Pokok nya mas harus bawa aku pergi dari sini secepat nya!" Aku berkata lagi pada mas Randi.
"Iya sayang, nanti mas akan lakukan sesuatu yang bisa membuat mu kembali ke rumah!" Mas Randi berkata pada ku sambil tersenyum.
Aku hanya duduk dan tidak melakukan apapun, Mas Randi yang menyapu dan mengepel lantai nya. Setelah selesai, mas Randi menggelar kasur lantai yang tipis sebagai alas untuk ku beristirahat.
"Mas, badan ku bisa sakit semua jika aku tidur menggunakan kasur tipis ini!" Aku duduk di atas kasur tipis ini.
Mas Randi tampak terdiam dan dia berpikir keras bagai mana cara nya agar bisa membawa ku keluar dari tempat ini. Beberapa saat kemudian dia tersenyum pada ku.
"Mas ada ide agar kau bisa tidur di kamar tamu lagi!" Mas Randi berkata dengan serius pada ku.
"Apa mas?" Aku menunggu ide dari ms Randi dengan senyum bahagia.
"Mas tahu Arin tidak akan membiarkan mas tidur kembali di kamar nya, pasti mas di suruh tidur di kamar tamu. Nanti malam setelah Arin tidur, mas akan puka pintu belakang dan kamu bisa kembali ke kamar tamu lagi!" Mas Randi memberi tahu kan ide nya pada ku.
"Boleh juga mas, mbak Arin tidak akan tahu jika aku kembali tidur di kamar tamu!" Aku menyambut ide mas Randi dengan senyum bahagia.
"Tapi ingat ya, besok pagi sebelum Arin turun ke bawah kau harus kembali ke gudang ini dan pura - pura tidur. Dengan begitu dia tidak akan curiga bahwa kau tidur di kamar tamu malam ini!" Mas Randi berkata lagi.
"Siap mas, aku setuju dengan usul mas!" Aku memeluk mas Randi karena aku merasa bahagia.
Mas Randi adalah mantan kekasih ku saat kami masih sekolah di kampung dulu, kami terpisah karena mas Randi melanjutkan kuliah nya di Jakarta. Sedang kan aku tetap berada di desa, bahkan aku hanya tamat SMA.
Beberapa bulan yang lalu ibu nya mas Randi mendatangi ku, dia meminta aku menjadi istri nya mas Randi karena katanya istri nya mas Randi mandul. Bapak nya mas Randi menderita penyakit struk sejak beberapa tahun yang lalu, dan ibunya berkata lagi bahwa bapak nya mas Randi ingin mempunyai cucu dari mas Randi sebelum dia tiada.
Ibu nya berkata pada ku bahwa mas Randi adalah lelaki yang sukses, dia punya usaha rumah makan dan juga rumah nya sangat besar. Aku percaya dengan ucapan ibu nya mas Randi, karena dia mengatakan bahwa semua kebutuhan mereka di tanggung oleh mas Randi begitu juga dengan biaya kuliah Kinan, adik nya mas Randi.
Aku yang terbiasa hidup miskin pun tergiur dengan ucapan ibu nya mas Randi, aku tidak perduli sekalipun mas Randi sudah punya istri. Yang terpenting aku bisa hidup nyaman tanpa kekurangan uang lagi.
Tapi rupanya semua itu hanya cerita karangan ibu nya saja, memang benar mas Randi seorang PNS. Tapi mengenai rumah besar dan rumah makan itu, semua nya milik istri nya bukan milik nya.
"Aku tertipu!" Aku berkata dengan keras.
"Tertipu apanya dek?" Mas Randi yang kaget mendengar ucapan ku langsung bertanya.
"Eh,,, gak kok mas. Aku tertipu dengan sosok istri mu yang seperti nya lemah lembut, padahal hati nya busuk seperti bangkai!" Aku berkata dengan geram karena aku ingat kembali perlakuan dari mbak Arin.
"Kamu tenang saja Mia, mas tidak akan diam saja. Mas akan melakukan apa saja agar kita bisa menguasai harta nya Arin, untuk saat ini lebih baik kita mengalah saja dulu agar Arin tidak curiga!" Mas Randi berkata sambil mencium kening ku.
"Mia, keluar kau!" Terdengar teriakan dari suara cempreng pembantu sialan itu.
"Ada apa?" Aku bertanya dengan ketus dari pintu gudang.
"Mbak Arin minta kau sapu halaman ini!" Bi Sri menyerah kan sebuah sapu lidi dan juga serok sampah pada ku.
"Aku bukan pembantu nya di sini!" Aku berkata lagi dengan ketus.
"Kalau begitu silah kan kau pergi dari tempat ini jika kau tidak mau menuruti perintah ku!" Tiba- tiba Arin keluar dari pintu dapur sambil melipat tangan di dada.
"Rin, kok kamu tega banget sama Mia. Dia juga istri ku!" Aku tersenyum puas karena mas Randi membela ku di hadapan si wanita mandul.
"Mas, jika kau tidak suka aku memperlakukan istri mu seperti ini, silah kan bawa dia keluar dari tempat ini. Sekalian sama diri mu juga pergi dari rumah ku!" Arin berkata dengan lantang nya.
"Rin, jangan lupa aku ini suami mu!" Mas Randi tampak kesal dengan Arin.
"Ya kau adalah suami benalu di dalam hidup ku, aku tidak rugi kehilangan laki - laki mokondo seprti mu!" Arin berkata lagi dengan nada penuh ejekan.
"Berani nya kau Rin!" Mas Randi mengangkat tangan nya ingin menampar wajah Arin.
Aku tersenyum puas melihat mas Randi ingin menampar Arin, tapi mendadak tangan nya berhenti di udara.
"Kenapa berhenti mas? ayo tampar aku, dengan begitu aku bisa melapor kan mu dan membuat diri mu di penjara!" Arin berkata dengan sinis nya.
"Ayo Mia, kita bersih kan halaman ini!" Mas Randi langsung mengambil sapu lidi dan juga serokan sampah dari tangan bi Sri.
Kami berdua mulai menyapu halaman belakang yang di penuhi dengan daun mangga yang berserakan, di sini memang terdapat pohon mangga yang cukup rindang, aku tetap membantu membersihkan daun - daun itu dengan perasan jengkel.