Cerita anak Alana dan Devan. Ini versi terbarunya jadi cerita yang ada di dalam kisah adiknya nggak dibuat.
...
Karena kesalahan orangtuanya yang mengenali anak lain sebagai dirinya. Hidup Bella sangat menyedihkan di keluarga orang lain. Namun tiba-tiba saja identitasnya terungkap dan ia akhirnya mengetahui orang tua kandungnya.
Sayangnya kehadirannya tidak pernah di terima oleh orang tua dan kakak laki-lakinya. Mereka lebih mencintai anak salah itu dan mengabaikannya.
Belum juga mendapatkan kasih sayang orang tua. Bella di paksa menikah dengan pria misterius yang mengaku sudah menikah dan tua.
Ikuti cerita Bella yang penuh dengan lika-liku kehidupan dan balas dendam pada orangtuanya terutama anak perempuan yang sudah menempati posisinya pulihan tahun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa sitepu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diculik
Sebulan sudah Bella tinggal di kediaman Alexander. Kondisi tubuhnya juga membaik, tidak ada tanda-tanda kekurangan asupan makanan dan kulitnya juga semakin cerah.
Selain mengkonsumsi makanan bergizi, Bella juga melakukan perawatan tubuh di rumah layaknya seperti di Spa mahal.
Hanya saja, Bella masih belum bisa bertemu dengan suami rahasianya. Al tidak pernah kembali ke rumah, dia selalu sibuk dengan pekerjaan di perusahaan. Terkadang juga melakukan perjalanan bisnis hingga rumah menjadi nomor terakhir yang dia pikirkan.
Awalnya Bella merasa sedikit tidak nyaman. Mungkin saja suaminya jijik atau sedang berusaha mempermainkannya. Tapi, semua pemikiran buruk itu terkubur ketika melihat bagaimana para pelayan sangat memanjakannya.
Kini, Bella tidak pernah lagi memegang bangun sangat pagi untuk bekerja. Hidupnya benar-benar berubah total.
Mulai dari sarapan, membersihkan kamar dan urusan mandi. Bella dibantu oleh para pelayan, mereka juga akan memberikan pelayanan Spa terbaik. Dia bahkan tidak pernah memikirkan dunia luar atau menikmati dunia luar seperti kebanyakan wanita kaya lainnya.
Hanya saja, setiap keberuntungan pasti akan ada yang iri. Salah satu pelayan wanita di kediaman Alexander, selalu menatap benci pada Bella.
Melihat bagaimana hidup Bella sekarang, dimanjakan, dijadikan seorang ratu oleh semua pelayan di rumah. Membuat sepasangan mata menatap iri. Dia merasa bahwa dia yang seharusnya ada di posisi Bella. Alexander hanya miliknya, sudah dua tahun dia melakukan banyak hal agar pria itu jatuh ke pelukannya namun semuanya gagal, bahkan sekarang hadir wanita lain.
"Ini tidak bisa terjadi, seharusnya akulah yang menjadi nyonya rumah ini. Alexander hanya untuk ku," ucapnya dengan penuh kemarahan.
"Kenapa wajah ku menjadi seperti itu Lara? Kau bahkan menatap benci pada nyonya Bella." Tegur rekannya.
"Apa urusanmu! Kau tidak pernah tahu bagaimana rasanya ketika melihat milik mu diambil oleh wanita lain."
"Lagi! Kau masih belum menyerah. Astaga, aku sudah lelah menasehati mu namun kau masih saja percaya pada mimpi tidak tahu dirimu itu."
"Stop menghina ku! Ini urusanku, bahkan jika itu bodoh dan tidak masuk akal. Kau tidak berhak menghentikannya."
"Kau sepertinya tidak takut akan kemarahan tuan Al. Hidup mu masih panjang, jangan sampai keinginan terlalu tinggi mu itu membuat mu berakhir menyedihkan."
"Aku akan berhasil, dan ketika Alexander menjadi milik ku! Kau orang pertama yang akan ku siksa."
"Silahkan, tapi ingat satu hal. Jika nanti kau menyesal jangan pernah salahkan aku. Hidup mu, kau sendiri yang menentukan."
Sampai di kamar, Lara masih sangat marah. Ia merasa bahwa rekannya terlalu ikut campur dan mungkin juga iri. Lara masih berpikir kalau ia akan berhasil mendapatkan Alexander lalu menjadi nyonya resmi.
"Sepertinya aku tidak bisa menunda lagi. Aku harus menyingkirkan wanita itu dari rumah ini dan menjadikan Alexander milik ku."
Saat sedang berpikir tiba-tiba saja Lara mengingat seseorang yang bisa membantunya. Ya, dia yakin pria itu bisa membantunya menyingkirkan Bella tanpa harus mengotori tangannya.
"Halo, Sayang. Apa kau merindukan ku?"
Meskipun merasa jijik saat mendengar suara pria yang ia hubungi. Tapi Lara menahannya demi bisa melancarkan rencananya.
"Ya aku sangat merindukan mu. Apa kau bisa datang ke rumah tuan Alexander besok pagi?"
"Besok pagi? Apa yang ingin kau berikan pada ku?"
"Tentu saja sebuah ke*ikmatan. Aku jamin kau tidak akan menyesal."
"Baiklah, aku tidak sabar menunggu besok."
"atolong bawa juga teman-teman mu. Semakin banyak semakin bagus."
"Untuk apa? Apa kau ingin mencoba rasa baru?"
"Datang saja. Aku menyiapkan hadiah untuk kalian."
"Aku semakin penasaran. Bisakah malam ini saja?"
"Tidak. Harus besok pagi."
"Baiklah."
Setelah memutuskan sambungan telepon. Lara tersenyum bahagia ketika memikirkan sebentar lagi akan menjadi nyonya Alexander. Melayaninya di ranjang seperti yang sudah dia impi-impikan sejak pertama kali menjadi pelayan di mansion tersebut.
Sejak pertemuan pertama tersebut, sang pelayan yang memiliki nama Lara sudah mulai berfantasi liar bersama Al. Dia bahkan dengan terang-terangan menggunakan cara-cara kotor dengan memakai pakaian yang cukup mini setiap kali mendapatkan tugas membersihkan lantai 2 tempat sang majikan tinggal. Namun sayangnya hal itu gagal karena Al sama sekali tidak meliriknya, pria itu bahkan menatapnya jijik tak kala dirinya sengaja membuat gerakan-gerakan seksi.
***
Entah kenapa, Alexander yang biasanya enggan untuk pulang tiba-tiba ingin pulang ke rumah. Mungkin dia bisa melihat perubahan Bella yang sering kali Jacob laporkan padanya.
Sebenarnya, ada sedikit rasa ingin bertemu dengan Bella, meskipun itu tidak sebanyak perasaan ingin ketika bekerja.
Jadi, hari ini. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Alexander kembali ke rumah, Jacob yang mengetahui hal tersebut menjadi sangat antusias hingga menurunkan kewaspadaannya.
Bella yang sedang menonton televisi tiba-tiba diganggu oleh Lara yang merasa sudah waktunya untuk menghancurkan Bella.
Dia juga sudah meminta Lita menyiapkan beberapa pria untuk bekerja di tengah hutan bersama Bella.
Senyumnya tidak bisa dia sembunyikan ketika membayangkan nasib naas Bella yang akan terjadi dalam waktu beberapa jam kedepan.
"Nyonya, tolong bantu aku," ucap Lara dengan wajah sedih.
"Apa yang kau ingin aku bantu?"
"Temani aku memetik bunga di halaman belakang, aku harus mengganti bunga di setiap vas bunga dan aku tidak memiliki teman untuk membantu." Jika itu orang lain, mungkin mereka akan menganggap Lara tidak sopan karena sudah meminta bantuan pada sang nyonya rumah. Tapi sayangnya Bella bukan wanita seperti itu sehingga tidak keberatan dengan permintaan Lara.
"Baiklah." Bella tidak bisa melihat kebohongan Lara dan juga rasa bencinya. Dia bersedia membantu karena merasa itu bukan hal merepotkan. Bagaimanapun Bella juga suka bunga dan sedang bosan.
Lara sangat bahagia karena Bella mudah di bodohi, "Terima kasih, Nyonya. Mari ikut dengan ku." Setelah mengatakan hal itu, Lara mengajak Bella keluar rumah tanpa sepengetahuan para pelayan. Lara sengaja melakukan hal tersebut agar saat Bella di lecehkan dan Alexander mengetahuinya namanya tetap bersih.
Sesampainya di luar rumah, Lara meminta Bella memetik bunga yang ada di dekat hutan, sedangkan dirinya memetik di dekat pintu gerbang. Melihat wanita itu telah mengikuti keinginannya, Lara langsung menghubungi pria yang tadi malam hubungi untuk membantu rencananya hari ini. Para pria itu sudah menunggu untuk di perintah di dalam hutan yang tidak jauh dari Bella.
"Halo, cepat lakukan. Wanita itu sedang lengah."
"Baiklah." Meskipun awalnya pria itu bingung dengan perintah Lara, namun setelah melihat sosok Bella, ia langsung tertawa bahagia.
Saat Bella sedang asik memetik bunga, tiba-tiba saja beberapa pria menghampirinya lalu membawa paksa ke dalam hutan untuk di perkosa. Mereka juga sudah menyiapkan beberapa alat seperti tali dan kursi serta alat rekaman untuk menjalankan aksi bejat mereka.
"Lepaskan aku," ucap Bella berusaha melepaskan diri.
"Dia sangat cantik, Bos. Kita akan benar-benar puas dengan wanita ini."
"Tentu, aku bahkan ingin menikmati tubuhnya hingga besok pagi."
Bella yang mendengar percakapan kelima pria itu menjadi sangat takut. Salah satu dari mereka bahkan mulai menyentuh bagian sensitifnya, dan sesampainya di tempat, sudah ada tenda yang di persiapkan jika hujan turun serta alat pendukung untuk aksi bejat mereka.
"Ikat wanita ini, aku yang akan menikmatinya terlebih dulu," perintah sang ketua.
"Baik, Bos."