Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Saat ini aku sedang duduk di depan jendela sambil menunggu mobil jemputan untuk kembali ke kota. Aku sebenarnya berat untuk meninggalkan rumah ini dan keluarga disini apa lagi mengingat pesan ayah terakhir.
"Kamu kenapa? " tanya bang Tara menepuk pundak ku lalu duduk di tempat tidur.
Aku pun meliriknya lalu berkata "aku gak rela ninggalin rumah ini dan masih khawatir pada mama".
" Denger sayang, aku janji akan bawa mereka ke kota tapi itu butuh waktu, apa lagi Alma dia tinggal berapa bukan lagi lulus sekolah, setelah Alma lulus mama, Alma dan kak Bella kita ajak semuanya"ucap bang Tara lembut.
Aku pun mengangguk dan tersenyum.
"Ayo" ajaknya untuk ke luar rumah. Aku pun menurutinya.
Saat di luar kamar aku melihat mama dan rasa berat untuk meninggalkannya semakin bertambah. Aku pun memeluknya dan bahkan aku meneteskan air mata.
"Tunggu Alma lulus, mama akan ikut kalian" ucap mama dan aku pun mengangguk.
"Sudah sana suami ku sudah menunggu" titahnya dan aku pun pergi dan langsung naik mobil.
Lambaian tangan ku tak henti sampai benar-benar tidak terlihat.
"Setelah di kota kita cari rumah, agar nanti jika keluarga mu datang kita sudah punya rumah" ucap bang Tara dan aku pun mengangguk senang.
Sesampainya di rumah aku di sambut hangat oleh bunda dan mbak Elisa. Setelah bicara sebentar aku langsung masuk kamar dan istirahat. Aku keluar saat makan malam dan semua orang sudah berkumpul termasuk Davin. Tumben dia ada di rumah biasanya dia jarang makan malam bareng.
"Ki, papa sudah coba cari rumah yang gak jauh dari sini nanti kalian bisa lihat cocok atau gak nya" ucap papa di sela kami makan.
"Baik pa" jawab bang Tara.
"Kalian mau pindah? " tanya Davin.
"Iya, kenapa? " tanya bang Tara.
"Bagus deh" ucapnya.
"Maksud lo? " tanya bang Tara dengan nada tinggi karena mendengar jawaban Davin.
"Ya biar gue bisa hidup tenang dan gak selalu di bandingin terus sama lo" ujar Davin sambil berdiri.
"Lo" aku langsung menahan bang Tara agar tidak terbawa emosi. Bang Tara pun tidak membalas ucapan Davin lagi. Sedangkan Davin langsung pergi begitu saja tanpa menghabiskan makanannya.
Aku tau alasan Davin berkata seperti itu bukan karena bang Tara tapi karena aku. Aku tidak tau kenapa dia bisa sangat membenciku padahal kami benar-benar tidak saling kenal. Aku pun melanjutkan makan dengan hati yang sedih kalau tidak menghargai bunda dan papa mungkin aku sudah meninggalkan meja makan.
Selesai makan bang Tara pamit untuk bicara dengan papa dan aku pun hendak menuju kamar namun tiba-tiba mbak Elisa memanggilku dan mengajak ku bicara.
"Ada apa mbak? " tanya ku.
"Mbak minta maaf atas sikap Davin" jawab nya.
"Loh, kenapa harus minta maaf pada ku mbak? " tanya ku bingung.
"Kamu pasti tau alasan Davin berkata seperti itu di meja makan" ucapnya dan aku diam saja.
"Davin bersikap seperti itu karena dulu dia pernah di kecewakan seorang gadis dan penampilannya seperti kamu" penjelasan mbak Elisa.
"Lalu"
"Davin berpikir jika gadis itu gadis baik-baik namun Davin salah karena ternyata gadis itu malah memilih jalan dengan sahabatnya yang lebih segalanya dari dia" lanjut mbak Elisa.
"Maksud mbak maaf lebih kaya? " tanya ku.
Mbak Elisa mengangguk dan berkata "Dulu Davin gak mau kelihatan seperti orang kaya karena dia pikir jika dia seperti itu teman-temannya tidak akan tulus mau berteman dengan nya" jawab mbak Elisa.
Aku terdiam membayangkan Davin yang dulu pasti berbeda dengan Davin yang sekarang.
"Dulu dia penurut tapi sekarang dia berubah bahkan dia selalu melakukan apa yang dia mau tidak bisa di nasehati" lanjut mbak Elisa.
"Mbak yang sabar ya! mungkin nanti dia akan berubah lagi" ucap ku.
"Mbak mohon sama kamu jangan pernah membenci Davin" pintanya.
"Aku gak pernah membenci Davin karena aku tau dia belum sepenuhnya mengenal ku" balas ku.
"Makasih ya Erika".Aku pun tersenyum.
Setelah bicara dengan mbak Elisa aku pun masuk kamar dan langsung istirahat. Tak lama bang Tara juga masuk dan langsung ikut berbaring di samping ku.
Setelah beberapa hari kepulangan ku dari kampung bang Tara mulai bekerja lagi dan hari ini bunda mengajak ku jalan-jalan sekalian melihat rumah yang di rekomendasikan papa. Rumah itu masih satu komplek dengan rumah orang tua bang Tara karena mereka gak mau terlalu jauh dengan anak-anak nya. Mbak Melda juga rumahnya sama di komplek ini cuman saja saat ini mereka masih tinggal di Bandung karena nunggu anaknya yang masih sekolah.
Aku menyusuri komplek dan banyak juga warga komplek yang menyapa karena kenal dengan bunda. Saat sampai di tempat tujuan aku di buat kaget karena rumah ini lumayan gede dan halamannya pun luas banget.
"Bun, ini gak salah? " tanya ku.
"Loh memang kenapa? " tanya bunda sambil melihat-lihat dalam rumah.
"Ya terlalu luas dan gede" jawab ku.
"Lah keluarga kamu kan banyak, ya harus yang besar dong" jawab bunda.
"Tapi.. "
"Sudah jangan nolak, papa sudah kasih DP untuk rumah ini" ucap bunda dan semakin membuat aku merasa gak enak.
"Duh bun kok aku jadi gak enak ya" ucap ku.
"Kamu anggap saja sebagai uang seserahan saat kamu nikah" balas bunda.
"Makasih lo bun" ucap ku dan bunda tersenyum.
Selesai melihat rumah kami pulang namun di perjalanan pulang kami mampir ke tukang jualan ketoprak karena bunda ingin makan ketoprak. Selesai makan kami baru pulang dan saat baru masuk gerbang kami berdua kaget melihat banyak mobil dan sepertinya ada tamu. Kami pun segera masuk dan ternyata benar ada tamu.
"Ad apa ini? " tanya bunda dan semua orang melihat ke arah kami.
"Bunda" ucap mbak Elisa. Bunda pun berjalan mendekat.
"Mereka keluarga Anisa, mereka mau minta pertanggung jawaban Davin" beritahu bunda.
"Salah cucu saya apa? " tanya bunda pada sepasang suami istri dan seorang gadis.
"Anak saya hamil oleh cucu anda Davin" jawab ayah dari gadis itu.
"Yakin? " tanya bunda yang aku lihat itu bukan seperti bunda.
"Maksud anda apa? " tanya ayah gadis itu yang tak terima..
"Panggil Davin" titah bunda pada mbak Elisa.
"Dia lagi di jalan bun" jawab mbak Elisa.
Tak lama Davin datang dan dia kaget saat melihat gadis itu.
"Ngapain lo ke sini? " tanya Davin kasar.
Aku sampai kaget karena teriakan Davin. Bunda tersenyum seperti yang sudah tahu.
"Vin lo kok kaya gitu? " tanya gadis itu.
"Kami kesini mau minta pertanggung jawaban kamu" ucap ayah gadis itu.
"Tanggung jawab?, apa yang harus aku tanggung jawab sama putri bapak? " tanya Davin angkuh.
"Anisa hamil" beritahu mama gadis itu.
Aku langsung ingat cerita mbak Elisa semalam.
Davin tersenyum mengejek lalu berkata "Bapak yakin anak yang di kandung putri bapak anak saya? ".
" Ya karena kamu pacar dia"jawab Ayahnya.
"Bapak tanya sama anak bapak, siapa pria yang sudah menghamili anak bapak ini. Karena saya sudah tidak ada hubungan lagi dengan anak bapak satu tahun ini" ucap Davin kasar.
Ayah gadis itu melirik anaknya dan anaknya hanya nunduk.
"Jawab Anisa, benar yang di katan Davin? " tanya sang Ayah.
Gadis itu pun mengaku.