Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Julukan baru
Tuan Muda yang kesabarannya setebal tidur dibagi 1000 ini menghela nafas panjang. Rasanya ia seperti dipermainkan oleh si Bella yang kerandomannya mulai keluar. Ia heran menatap layar komputer dimana baris kode baru saja berhasil dipecahkan oleh Bella. "Terimakasih sudah membantu saya. Darimana kamu belajar soal kode seperti itu?" tanyanya, suaranya mencoba menyembunyikan rasa kagum yang mulai terbit.
Bella, dengan senyum yang tak bisa disembunyikan, merespon penuh percaya diri. "Nah, gitu dong. Darimana saya belajar? Saya punya orang tua angkat yang dulunya seorang militer, Tuan Muda. Saya diajari bagaimana memecahkan kode," jelasnya, matanya berbinar penuh kebanggaan.
"Oh," hanya itu yang mampu diucapkan Tuan Muda, suaranya datar, namun dalam hati, ia bergolak. Kecakapan Bella telah menantang kesabarannya yang sudah terkikis. Namun, kemarahan itu cepat diredam oleh rasa ingin tahu yang lebih besar.
"Ihhh! Oh doang?" Bella mencibir, tidak puas dengan reaksi singkat dari Tuan Muda. Sikapnya yang provokatif, jelas mencoba menantang lebih jauh kesabaran yang seolah hanya selembar tisu bagi Tuan Muda tersebut.
"Terus saya harus gimana? Salto" tanya Tuan Muda sinis. Ia tidak mau terlihat seperti orang yang sedang kagum dengan kemampuan Bella.
"Hahaha sok atuh, sok salto, mangga. Emangnya bisa, Tuan Muda?" tanya Bella membuat mata Tuan Muda sudah melotot kaya sundel bolong lupa bayar BPJS.
Melihat Tuan Muda yang sudah hampir mendekati marah, Bella segera meminta maaf. "Hehehe iya maaf Tuan, bercanda doang. Gimana silakan dicek lagi Tuan apakah sudah terkunci dengan rapat?" tanya Bella.
Eden langsung mengecek semua data perusahaan baik yang bersifat umum sampai privasi. "Gimana Den?" tanya Tuan Muda.
"Alhamdulillah sudah, Tuan. Semua aman terkendali, tidak ada kebocoran kembali."
Bella tersenyum merekah. Ia bangga karena ia bisa mempergunakan skillnya yang menganggur belasan tahun itu.
**********
Tuan menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 2 siang, keputusan untuk pulang dari kantor telah bulat di benaknya.
"Kapan sih pulangnya Tuan?" tanya Bella yang sudah makan siang dengan membawa makanan kesukaan anaknya, Lauren. Ia khawatir dengan keadaan Lauren di mansion.
"Kita pulang sekarang."
"Baik Tuan Muda, ayo Eden!" seru Bella mengajak Eden, asisten dari Tauke Muda yang masih setia di samping Tauke.
Tuan Muda menatap Bella dengan datar. "Kamu pulang bareng saya."
"Kenapa?"
"Mau pulang gak?" tanya Tuan tambah dingin. Udah udah bantengnya mau ngamuk dulu gaesss...
"Iya iya, ya udah ayo." Bella pun mulai mendorong kursi roda milik Tuan Muda.
"Siapa yang suruh kamu dorong kursi roda saya, Bella perkutut!" seru Tuan Muda yang sudah jengkel.
"Hehehe terus gimana dong?"
"Kamu ke mobil dulu, saya mau bicara dengan Eden."
"Siap Tuan Muda, byeeee!!!" Bella segera menuju ke mobil Tauke Muda. Sementara itu, Tuan Muda kini hanya dengan Eden di ruang kerjanya.
"Untuk hari ini segini saja, Den. Kamu tidak perlu ikut saya pulang ke mansion dengan alasan apapun," ujar Tuan dengan nada tegas dan dingin.
Eden mengangguk, memberikan hormat tunduk pada Tuan, bosnya yang dihormati.
"Baik Tuan Muda."
"Selidiki juga siapa yang melakukan hal ini, Eden. Selidiki siapa dalang di balik bocornya data perusahaan kita," perintah Tuan Muda, suaranya mengandung kekhawatiran yang mendalam.
"Baik, Tuan Muda, saya akan laksanakan," jawab Eden dengan semangat, seolah mendapat amanah besar yang harus segera dijalankan.
"Bagus. Kabari saya jika pelaku sudah ditemukan. Langsung tempuh melalui jalur hukum."
"Baik Tuan Muda!"
Sejenak kemudian, suasana menjadi hening sebelum Tuan mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan, "Dan saya memutuskan untuk kembali ke perusahaan menjadi CEO."
Eden terkejut, matanya membulat tidak percaya. Sebuah senyum sumringah terukir di wajahnya, "Tuan serius?" tanyanya, antara tidak yakin dan penuh harap.
"Hmm," jawab Tuan Muda singkat, namun nada suaranya mengandung kepastian yang tidak terbantahkan.
"Syukurlah! Apa ini karena Nona Bella, Tuan Muda?" tanya Eden. Selama ini Tuan Muda memang berencana tidak akan kembali ke perusahaannya lagi bahkan mengenai kelumpuhannya itu yang menjadi aib baginya.
Dan sekarang tiba-tiba mengajukan diri lagi untuk menjalankan perusahaan yang sudah membesarkan namanya itu.
Tuan Muda yang mendengar pernyataan dari Eden pun menatap asistennya itu dengan sinis. "Jaga bicara kamu, Eden. Mana ada saya mau kembali hanya karena Bella perkutut, pengasuh sok peduli itu," ungkap Tauke Muda gengsi parah.
*********
Setelah berbincang dengan Eden, Tuan Muda yang duduk di kursi roda, mengarahkan pandangannya ke mobil yang terparkir tidak jauh darinya.
Dengan suara yang berat namun tetap tenang, ia memanggil Eden, asisten pribadinya, "Sudah, antar saya ke mobil saya," ujarnya tegas. Eden, dengan cepat dan hati-hati, mendekati kursi roda Tuan Muda dan mulai mendorongnya menuju mobil.
Sesampainya di dekat mobil, Bella, yang selalu bersikap ceria, membantu Eden mengangkat Tauke Muda ke dalam mobil. Dalam suasana yang sedikit tegang, Bella mencoba meringankan suasana dengan bercanda, "Hati-hati Tuan Muda, ntar kalau jatuh jadi suster ngesot," katanya sambil tersenyum.
Tuan Muda, yang biasanya tidak terlalu responsif terhadap candaan, kali ini tampak sedikit terganggu. Setelah berhasil duduk dengan nyaman di dalam mobil, ia menoleh ke arah Bella dengan mata yang agak menyipit,
"Diam kamu, Bella perkutut," ucapnya dengan nada yang cukup serius. Bella, yang tidak menyangka akan respons tersebut, terkejut dan segera membela diri, "Astaga naga, apaan perkutut, emang saya burung perkutut?!" serunya dengan nada yang sedikit meninggi.
Suasana menjadi sedikit tegang karena Bella tidak terbiasa mendapat reaksi seperti itu dari Tuan Muda. Tuan Muda, dengan ekspresi datar, hanya menjawab singkat namun cukup menyakitkan, "Hmm, iya, persis." Jawaban itu membuat Bella memberengut, menunjukkan rasa tidak puas dan sedikit tersinggung.
"Ih kok gitu sih."
Tanpa menggubris Bella sama sekali, Tuan Muda memerintahkan supir pribadinya untuk segera melajukan mobilnya.
"Jalan Pak."
"Baik Tuan Muda." Akhirnya mereka pulang ke daerah pesisir tersebut. Tapi baru 10 menit perjalanan tiba-tiba Tauke Muda berceloteh.
"Kamu saya rekrut jadi staf keamanan data di perusahaan saya."
Bella yang tadinya melihat ke arah jendel, ia pun kian menatap Tuan Muda dengan heran sekaligus gak habis pikir.
"Ha?"
"Budeg kamu?" tanya Tuan Muda sarkas.
"Hehehe enggak kok. Ini beneran saya di rekrut?!" seru Bella kegirangan. Sedangkan Tuan Muda mengangguk.
"Asyik! Makasih Tuan." Bella mencium tangan Tuan Muda untuk menggambarkan rasa terimakasihnya pada kakak iparnya itu.
"Gak usah pegang pegang saya. Lepasin Bella... "
"Jangan bilang Bella perkutut?!" seru Bella kesal.
Tuan Muda yang sudah beberapa bulan ini tidak bisa tertawa sekarang ini menarik garis bibirnya melengkung ke atas tipis. Bella melihatnya.
"Tuan Muda bisa tersenyum?" tanya Bella membuat ambyar mood Tuan Muda.
"Brisik!!"
**********