Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Sementara itu, setelah Geni menyampaikan hal ini pada Randy, anak angkat Bu Yusi itu tampak mengerutkan dahinya.
“Mungkin yang dimaksud ibu itu adalah, ibu angkat, bukan ibu kandung,” ujar Randy optimis.
“Kalau itu saya kurang tahu, Tuan. Tapi, Bu Puri mengatakan bahwa Gio masih punya ibu meski tak punya ayah. Kalau menurut saya, itu ibu kandungnya. Kata beliau, Gio dan ibunya memang tinggal di sana. Mungkin, sepeninggal ayahnya,” jelas Geni.
Tampak berpikir, Randy mulai kecewa. Ia sangat ingin bertemu dengan Gio. Bahkan, ia sudah berharap Gio bisa ia bawa ke rumahnya.
“Apa tidak bisa kamu bernegosiasi dengan pemilik panti? Maksudnya, dengan uang. Siapa tahu, ibunya mau melepaskan anaknya untuk diadopsi?” tawar Randy membuat Geni menghela nafas panjangnya.
Mengatakan bahwa tidak semua bisa diatasi dengan uang, Geni merasa tak etis bila tuannya itu ingin memisahkan Gio dari ibunya.
Sejujurnya, Randy pun juga merasakan hal yang sama. Ia tak mau berbuat setega itu. Tapi, ia masih ingin berusaha, siapa tahu ibu Gio justru bersedia karena tak mampu mengurus sang anak.
“Lalu, soal Pak Antonio bagaimana?” lanjut Randy.
“Dua dari lima kuasa hukum yang bernama Antonio sudah meninggal. Sementara tiga lainnya yang sudah kami datangi ke rumahnya, 1 sudah berpindah alamat yang kami tak tahu di mana beliau sekarang,” terang Geni.
Randy lalu menanyakan 2 lainnya yang sudah anak buahnya datangi.
“1 orang mengaku dulunya beliau tak pernah mengurus masalah warisan dan hanya berfokus pada persoalan tindak pidana sampai pensiun. Sedangkan 1 lainnya, tak pernah memiliki klien bernama Luki Atmaja. Beliau sendiri yang menunjukkan daftar klien yang pernah ia tangani soal kepengurusan warisan, dan memang benar tak ada nama ayah Tuan Randy di sana,” tutur Geni membuat Randy semakin pusing.
Geni lalu mengatakan akan terus mencari tahu di mana keberadaan Antonio yang telah berpindah alamat tersebut.
Menganggukkan kepalanya, Randy akan menunggu, tapi ia meminta agar anak buahnya bisa bergerak lebih cepat. Selain itu, Randy juga memberikan tugas baru lagi. “Tolong cari tahu sejarah perusahaan ini, melalui karyawan yang sudah purna tugas. Lebih tepatnya, pada karyawan dengan masa jabatan 25 sampai 30 tahun.”
Hanya melongo mendengar tugas baru dari tuannya, Geni pun mau tak mau menyanggupinya, meski ia tahu sulitnya menggali sejarah.
***
Pagi ini di panti, ada sepasang suami istri yang telah menikah 15 tahun lamanya, tapi belum juga dikarunia momongan. Mereka datang untuk mengadopsi salah seorang anak perempuan di panti milik Bu Puri. Setelah segala persyaratan terpenuhi dan Bu Puri juga melihat pasangan tersebut begitu sayang pada anak asuhnya, ia mengizinkan membawa pulang Agni.
“Ma, Agni mau ke mana? Dijemput siapa?” tanya Gio begitu cerewet.
Gio memang baru kali ini melihat ada salah seorang temannya yang akan diadopsi.
“Agni akan tinggal sama papa mama barunya. Agni ‘kan tidak punya orang tua, jadi, dia akan punya orang tua sekarang,” jawab Alya dengan sabar.
“Gio juga mau, Ma, punya papa. Biar Gio juga sama seperti Agni, punya mama dan papa. Apa tidak ada yang mau jemput Gio?” Gio tampak menggemaskan saat menanyakannya.
Meminta sang anak untuk bicara demikian, Alya kembali menjelaskan bahwa teman-temannya yang dijemput itu adalah mereka yang tak punya orang tua, sedangkan Gio masih punya mama.
“Tapi ‘kan Gio tidak punya papa, Ma,” lanjut Gio.
“Tidak semua hal harus kita punya, Sayang. Sudah, sekarang berangkat sekolah dulu, Tante Nana dan teman-teman yang lain sudah menunggu Gio.” Alya memakaikan tas punggung Gio.
Saat ini, Gio tengah bersekolah di taman kanak-kanak dekat panti. Hampir semua anak panti bersekolah TK di sana, karena pemiliknya tak lain adalah kerabat Bu Puri sendiri. Sehingga, mereka bersekolah secara gratis di sana.
Memandangi anaknya yang semakin besar, entah bagaimana jika nanti Gio terus menanyakan di mana dan siapa ayahnya. Saat ini saja, ia masih harus terpaksa berbohong dan mengalihkan perhatian ketika sang anak menanyakannya. Masalahnya, Alya sendiri pun tak pernah menikah, entah jawaban apa yang akan ia berikan untuk sang anak nantinya.
Sementara itu, Geni yang mendatangi ruangan HRD, tengah meminta data terkait beberapa karyawan purna tugas di kantornya. Sayangnya, Yolanda, adik Alex itu tiba-tiba mendatanginya. Terpaksa, Geni berbohong saat menanyakan tujuan Geni mencari data karyawan tersebut.
“Oh, tidak, Pak Yolan. Ini, saya ada rencana memberikan bingkisan pada para sesepuh kantor. Agar mereka tak terlupakan begitu saja setelah tak lagi bekerja di sini,” jawab Geni mantap.
Merasa hal itu tak perlu dilakukan karena akan menambah anggaran belanja perusahaan, Yolanda mengingatkan bahwa mereka semua sudah mendapatkan pesangon dan juga haknya sebelum pensiun.
Mengangguk paham, Geni undur diri.
...****************...
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu