Bukan Kamu

Teng...teng...teng...(Bel masuk)

Semua siswa kembali ke kelas masing-masing. Ketika Yumi hendak menaruh sepatunya di rak Ahdi sudah lebih dulu mengambil tempat pilihan Yumi.

" Yumi duluan yang mau disini!" Memindahkan sepatu Ahdi ke sembarang tempat.

"Tapi sepatuku sudah lebih dulu disini, lagian kamu ngapain sih ada disini jangan-jangan kamu ngikutin aku ya? " Menunjuk Yumi dengan tatapan tajamnya.

"Wah... Percaya diri sekali anda. Ini juga kelas Yumi jadi taruh sepatunya ya disini! Makanya kalo ada orang yang sedang berbicara di depan itu dengerin jangan sibuk ngerjain soal terus jadi gak tau kan"

"Oh jadi kamu murid baru. Kalau begitu tahu diri! Aku sekolah lebih lama disini jadi aku yang berhak mendapatkan tempat sepatu ini!"

"Enggak ! Yumi enggak mau mengalah pokoknya" Dengan nada ngotot.

"Kalian gak mau masuk untuk belajar? ".

Tanya Pak Agung yang hendak mengajar.

"Enggak!!" Jawab Yumi dan Ahdi serempak.

"Mau Pak" jawab Ahdi

Yumi membalas dengan menganggukkan kepalanya cepat. Ketika Ahdi masuk kelas duluan, Yumi diam-diam menukar rak sepatunya.

"Hehehehe akhirnya Yumi yang dapat" Senyum liciknya mengembang.

Semua murid belajar dengan serius mendengarkan materi yang dijelaskan Pak Agung. IPA merupakan Mata pelajaran yang sangat digemari Rezza, beberapa kali Pak Agung mengajukan pertanyaan dan dijawab oleh Rezza dengan jawaban yang benar. Hal itu membuat Yumi kagum ternyata teman satu meja ini sangat cerdas.

Teng...Teng....Teng...Teng... (Bel pulang berbunyi)

Saatnya para murid bersiap untuk pulang. Mereka berdoa menurut keyakinan masing-masing. Ahdi tampak buru-buru karena ayahnya sudah menunggu didepan sekolah menggunakan mobil mewahnya. Karena hari ini ada acara rutin yang diadakan tiap 4 bulan sekali di gedung Aula khusus wilayah ini. Ahdi baru pertama mengikuti acara ini dia diajak oleh ayahnya supaya mulai belajar dunia bisnis bertemu dengan orang-orang hebat. Pekerjaan Ayah Ahdi adalah asisten pribadi pemilik wilayah 2, dan mobil yang dibawa bukan miliknya pribadi melainkan milik bosnya. Keluarga Ahdi memang memiliki mobil namun tidak semewah ini.

"Eh.. Kenapa Rasanya sepatuku sempit sekali ya?"

Ahdi merasakan perbedaan dari sepatunya karena penasaran dia pun melepas sebelah sepatunya. Tertulis nama Yumi dibelakang bagian sepatu itu, karena sekolah memang membuat desain khusus untuk seluruh murid SMA BUMI 2 yang membedakan hanya ukuran dan terdapat nama pemilik sepatunya pada bagian belakang.

"Ternyata aku salah mengambil sepatu! Tapi...."

Sepatu SMA BUMI 2 hanya dijual di koperasi sekolah untuk pemberian nama pada sepatu harus melakukan pemesanan terlebih dahulu.

Kebiasaan Ahdi adalah mengambil segala sesuatu yang dia sudah yakin bahwa itu memang miliknya. Tanpa memeriksa kembali barangnya. Apalagi Ahdi tadi sepulang sekolah sangat tergesa-gesa mengambil sepatunya lalu memasang dan berlari kearah tempat ayahnya berada.

Dia sedang mengingat semua kejadian didepan kelasnya berebut rak sepatu dengan Yumi.

"Wah.. Pasti dia yang sudah menukar sepatuku."

Ukuran sepatu Yumi 39 sedangkan Ahdi 41. Setiap siswa memang memilih ukuran untuk dilebihkan supaya tidak kesempitan jika dipakai. Namun tetap saja ukuran sepatu Yumi masih sempit untuk ukuran kaki Ahdi.

"Pah ? Bawa sandal lain atau sepatu gitu buat Ahdi gak? ". Ahdi sudah melepas kedua sepatunya.

" Papah cuma bawa pakaian ganti buat kamu, kenapa dengan sepatumu?" Bertanya sambil fokus menyetir mobilnya.