Savira tidak sengaja bertemu dengan seorang pemuda. Dia menolongnya sampai membiarkan dia tinggal di rumahnya. Namun, seiring waktu berjalan, dia merasakan hal berbeda dengan pemuda ini. Hingga benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya.
Namun, mengetahui jika pemuda yang dia tolong ternyata bukanlah orang biasa. Dia adalah seorang pewaris utama dari Perusahaan besar tempatnya bekerja.
Bagaimana setelah ini? Savira hanya merasa dibohongi oleh pemuda itu. Apa dia akan memaafkannya? Atau mungkin segala rintangan akan membuat dia menyerah begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Dicintai Shandy, Cuma Kamu!
Suara ketukan pintu menyadarkan Savira dari tangisan yang berlarut-larut. Dia mengusap sisa air matanya, mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Meski tidak tahu siapa yang datang ke rumahnya hari ini. Karena dia tidak merasa mempunyai janji dengan siapa pun.
Savira membuka pintu, dan seketika dia langsung ingin menutup pintu kembali. Namun, segera di tahan oleh Shandy. Dia ikut masuk saat Savira menghempaskan tangannya dari gagang pintu dan memilih masuk ke dalam rumah.
"Sayang, dengerin aku dulu"
Savira tidak menggubris Shandy disana, karena seharusnya hari ini adalah hari bahagia untuk Savira. Ketika saat ini dia melihat Shandy kembali, pria yang dia rindukan selama ini. Namun, karena kebohongan yang pria itu lakukan, membuat Savira benar-benar kecewa, sampai tidak ingin berkata apapun lagi.
Savira masuk ke dalam kamar yang ditempati Shandy saat masih tinggal di rumahnya. Melempar semua barang milik Shandy yang masih tertinggal disana.
"Bawa semua barang-barang lo dari sini. Gue udah gak mau lihat muka lo lagi!"
Shandy menghela nafas pelan, dia tidak akan menyerah begitu saja. Shandy masuk dan mencoba menghentikan Savira. Memegang tangannya dan menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Tentu Savira tidak terima, dia memberontak dalam pelukan Shandy saat ini. Namun, pria itu tidak membiarkannya lepas dari pelukan.
"Sayang, dengarkan aku dulu. Aku bisa jelaskan semuanya"
"Lepasin! Gue udah gak mau dengar apapun penjelasan lo. Semua yang lo lakuin cuma buat gue kecewa. Lo udah bohongi gue, khianati gue. Gue benci sama lo. Lepas! Hiks.. hiks.."
Savira berteriak dan terus berontak, sampai akhirnya dia menangis dalam pelukan Shandy. Tangisannya kembali pecah. Shandy terus memeluknya dengan erat. Tahu jika perasaan Savira saat ini pasti sedang hancur. Namun dia juga tidak bisa merubah apapun. Karena sebenarnya dia juga tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi.
"Lepasin aku!"
Savira mendorong tubuh Shandy dengan keras, membuat pria itu langsung terjatuh ke atas lantai. Tidak memperkirakan Savira akan kembali berontak sampai mendorongnya sekeras itu.
"Sebaiknya kita putu saja. Gue gak mau punya pacar tukang bohong kayak lo!"
Shandy cukup terkejut mendengarnya. Dadanya tiba-tiba terasa begitu sesak dan sakit. Mulai terbatuk-batuk dengan nafas yang sesak. Dadanya begitu sakit sampai dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Melihat itu membuat Savira begitu terkejut. Dia langsung berlutut depan Shandy, memegang tangannya dengan panik.
"Shandy, kamu kenapa? Apa aku melukaimu? Shandy!"
Hembusan nafas Shandy semakin tak beraturan, dadanya semakin sakit dan sesak. Tidak mampu berkata apapun lagi, sampai dia kehilangan kesadarannya.
"Shandy, kamu kenapa? Tolong!!"
Savira berteriak dengan panik melihat keadaan Shandy sekarang. Lalu, Gilang yang sejak tadi memilih menunggu di dalam mobil. Tiba-tiba merasa khawatir dengan keadaan sepupunya itu. Dia pun langsung keluar dari mobil dan berjalan ke arah Rumah Savira. Namun, baru juga sampai di teras depan, Gilang sudah mendengar teriakan Savira. Membuatnya langsung berlari masuk ke dalam Rumah.
"Ya ampun, apa yang terjadi?"
Savira mendongak, dia bersyukur karena ada Gilang disana. "Tolong bantu dia, aku tidak tahu dia kenapa. Tiba-tiba sesak dan pingsan"
"Kita harus ke Rumah Sakit sekarang"
Mereka menggotong tubuh Shandy dan membawanya keluar dari rumah. Pergi menuju rumah sakit. Savira yang duduk di kursi belakang dengan memangku kepala Shandy yang tak sadarkan diri, hanya bisa menangis dengan perasaan bersalah. Dia memegang wajah pria itu yang begitu pucat, bahkan bibirnya sedikit membiru.
"Maafin aku, jangan kayak gini. Ayo bangun. Hiks.. Aku janji tidak akan marah lagi sama kamu"
Gilang yang sedang mengemudi, cukup tersentuh dengan ketulusan yang diberikan oleh Savira. Gadis itu begitu mencintai Shandy dengan begitu tulus. Namun sayangnya terlalu banyak rintangan yang keduanya harus lalui.
"Kak, tentang pertunangan itu..." Gilang merasa ragu untuk mengatakan. Tapi dia pikir saatnya untuk menjelaskan pada Savira. "...Tidak perlu khawatir tentang pertunangan itu. Karena yang dicintai Shandy, cuma kamu. Pertunangan itu gagal. Namun, entah siapa yang berani menyebarkan videonya. Karena sebenarnya tidak ada pertukaran cincin diantara Shandy dan Launa. Harus percaya pada Shandy, Kak. Karena yang dia cintai cuma kamu"
Savira terdiam mendengar itu, air mata berjatuhan mengenai wajah Shandy. Savira memegang wajah Shandy dengan tangisan yang semakin pecah. Jika benar yang diucapkan oleh Gilang, maka tidak seharusnya dia semarah itu sampai membuat Shandy seperti ini sekarang.
"Maafin aku Sayang, aku tidak marah lagi. Tapi tolong jangan pergi" lirih Savira dengan mengecup kening Shandy.
"Dan masalah untuk latar belakang keluarga kita. Semua itu bukan keinginan kita, Kak. Shandy punya alasan yang jelas kenapa dia menutupi tentang identitasnya. Sebaiknya nanti tanyakan saja padanya"
Mobil berhenti di depan Rumah Sakit, Gilang keluar duluan dan meminta perawat untuk segera datang dan membantu Shandy.
Suara derap langkah dan brangkar pasien yang di dorong di lorong Rumah Sakit. Savira hanya bisa memegang pintu ruangan yang di tutup oleh perawat setelah Shandy di bawa masuk ke dalam. Mengintip dari celah kaca yang berada di pintu, namun tetap tidak terlihat jelas.
Savira berbalik dan menatap Gilang yang duduk di kursi tunggu. "Sebenarnya Shandy sakit apa?"
Gilang terdiam mendengar pertanyaan itu. Tidak bisa mengatakan yang sebenarnya karena dia sudah berjanji pada Shandy.
"Sebaiknya nanti kamu tanyakan sendiri pada Shandy"
Savira hanya bisa duduk menunggu Dokter selesai memeriksa Shandy. Mencoba untuk tenang, meski pikirannya tidak karuan sekarang. Apalagi saat melihat pihak Rumah Sakit yang terlihat begitu panik saat Shandy datang dengan tak sadarkan diri. Hal itu membuat Savira berpikir, jika keadaan kekasihnya itu memang tidak baik-baik saja.
Apa dia sakit parah ya? Ya Tuhan, sembuhkan dia dari segala penyakitnya.
Savira menutup wajah dengan kedua tangannya. Begitu khawatir dengan keadaan Shandy saat ini.
"Berdoa saja semoga Shandy akan baik-baik saja, Kak" ucap Gilang.
Savira hanya mengangguk saja, tidak bisa mengatakan apapun. Karena pikirannya yang tidak stabil saat ini. Terus memikirkan tentang Shandy. Takut jika kekasihnya akan pergi meninggalkannya.
Hampir satu jam, Dokter baru keluar dari ruangan. Savira langsung berdiri dan menghampirinya, menanyakan keadaan Shandy pada Dokter.
"Tuan Muda ingin bertemu dengan anda, Nona. Dia sudah sadarkan diri"
Savira langsung menghembuskan nafas lega. Tanpa berkata apapun, dia langsung menerobos masuk ke dalam ruangan untuk melihat Shandy.
Sementara Gilang merasa heran dengan ucapan Dokter barusan. "Dia langsung sadar?"
"Keadaannya cukup lemah tadi, namun dia menahan kami semua di dalam agar tidak langsung keluar sampai keadaan dia cukup stabil lagi. Lalu, ingin bertemu dengan gadis itu"
Gilang menggeleng pelan dengan mengusap rambutnya. "Dia memang begitu mencintai Savira, sampai tidak ingin gadisnya benar-benar khawatir"
"Nanti kalau sudah datang keluarganya, tolong minta ke ruangan saya, Tuan Muda"
Gilang hanya mengangguk saja, karena dia belum menghubungi siapapun dari keluarganya. Semuanya karena dia mengerti bagaimana Shandy yang pasti akan marah jika dia langsung menghubungi keluarganya, sementara ada Savira disana.
"Mungkin sekarang aja gue hubungi Tante dan Om"
Bersambung
ditunggu kak karya selanjutnya tetap semangat 💪💪💪
lanjut kak tetap semangat upnya 💪💪💪