Di tengah reruntuhan planet Zefia, Arez terbangun dari tidur panjangnya—sebuah dunia yang hancur akibat bencana besar yang dikenal sebagai Bang. Setiap seratus tahun, planet ini mengalami Reset, sebuah siklus mengerikan yang membawa kehancuran, memunculkan monster, dan membangkitkan kejahatan dari masa lalu. Dunia di mana perdamaian tak pernah bertahan lama, di mana peradaban selalu bangkit hanya untuk jatuh kembali.
Arez, seorang pahlawan yang terlupakan, bangkit tanpa ingatan tentang masa lalunya. Digerakkan oleh naluri untuk melindungi Zefia, ia harus bergabung dengan para Refor, pejuang pilihan yang memegang kekuatan elemen untuk menjaga keseimbangan dunia. Namun, Arez tidak menyadari bahwa ia adalah kunci dari siklus kehancuran yang terus berulang. Monster dan musuh dari masa lalu mengenali jati dirinya, tetapi Arez terjebak dalam kebingungan, tak memahami siapa dirinya sebenarnya.
Apakah di@ adalah penyelamat dunia, atau justru sumber kehancurannya? Apakah Arez akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daffa Rifky Virziano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Elemen
Saat Arez dan Elara tiba di lantai dua, mereka disambut oleh pemandangan antrian panjang orang-orang yang menunggu giliran untuk menjalani pengecekan kekuatan magis mereka. Suasana di sana penuh dengan antisipasi dan kegugupan, namun juga ada rasa bangga yang melingkupi mereka yang telah selesai dan keluar dari ruangan dengan ekspresi puas dan percaya diri.
Arez duduk di salah satu bangku, menunggu gilirannya, sementara Elara berdiri di sampingnya. Mereka berdua memperhatikan orang-orang yang keluar dari ruangan pengecekan dengan kepala tegak dan senyum lebar, seolah-olah baru saja memenangkan suatu pencapaian besar.
Namun, tak lama kemudian, seorang pria muda dengan pakaian yang mencolok dan postur yang angkuh mendekati mereka. Pria itu memiliki rambut hitam yang disisir rapi, dengan mata tajam yang memancarkan kepercayaan diri. Dia berhenti di depan Arez dan Elara, menatap Arez dengan tatapan penasaran sebelum akhirnya memperkenalkan diri.
"Nama saya Zaj," katanya dengan suara yang tegas dan penuh percaya diri. "Aku adalah calon ksatria kerajaan dari Panggea. Sebentar lagi, aku akan masuk ke dalam dan menunjukkan kepada mereka betapa hebatnya kekuatan yang kumiliki."
Arez hanya mengangguk singkat, tidak terlalu terkesan dengan sikap sombong Zaj, sementara Elara hanya memandangnya dengan pandangan datar. Namun, Zaj tampaknya lebih tertarik pada Elara, karena dia langsung beralih dan mulai menggoda dengan nada meremehkan.
"Kau tahu, Nona, jika kau butuh perlindungan, aku bisa mengatur sesuatu. Lagipula, dengan kekuatanku, aku bisa menjagamu dari bahaya apa pun," kata Zaj sambil mengedipkan mata, jelas berusaha menarik perhatian Elara.
Namun, Elara sama sekali tidak terkesan. Dengan nada sinis, dia menjawab, "Kau bising sekali, Zaj. Aku lebih suka jika kau menjaga jarak dan berhenti mengganggu."
Zaj tampaknya tidak terbiasa dengan penolakan, karena dia sedikit tersentak mendengar respon Elara. Namun, dia dengan cepat menutupi rasa tersinggungnya dengan tertawa kecil dan melanjutkan percakapan seolah tidak terjadi apa-apa.
"Ah, seorang wanita dengan sikap yang kuat. Menarik. Kau pasti seorang Refor juga, kan? Namamu siapa?" tanya Zaj, masih mencoba menggoda meskipun jelas bahwa Elara tidak tertarik.
Elara menghela napas dengan malas sebelum akhirnya memperkenalkan diri. "Namaku Elara, dan ini Arez, saudara jauhku.. Aku yakin kami tidak butuh perlindungan dari seorang yang begitu… berisik sepertimu."
Arez, yang sejak tadi hanya diam, memperhatikan interaksi mereka dengan rasa canggung. Meski Zaj jelas menyebalkan, Arez mencoba bersikap sopan. "Senang bertemu denganmu, Zaj," katanya dengan nada datar.
Percakapan mereka terhenti ketika seorang petugas keluar dari ruangan dan memanggil dengan suara keras, "Zaj, giliranmu!"
Zaj, dengan sikap yang sangat percaya diri, menoleh ke arah Arez dan Elara. "Lihat saja nanti. Aku akan menunjukkan kekuatanku, dan kalian bisa menunggu di sini untuk melihatku keluar dengan bangga," katanya dengan nada sombong, sambil menyeringai lebar sebelum masuk ke dalam ruangan pengecekan.
Setelah pintu tertutup, Elara menghela napas dan menatap Arez dengan senyum kecil yang penuh arti. "Pria itu benar-benar penuh dengan dirinya sendiri, ya? Aku heran bagaimana orang-orang seperti dia bisa begitu sombong."
Arez tersenyum dan tertawa pelan, merasa lega bisa berbagi momen ringan ini dengan Elara. "Ya, dia pasti sangat percaya diri. Tapi siapa tahu, mungkin dia memang hebat."
Elara menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. "Mungkin. Tapi sikapnya yang terlalu berlebihan itu, kurasa tidak ada yang suka dengan orang yang terlalu menyombongkan diri. Aku bahkan tidak bisa membayangkan harus menghabiskan waktu bersamanya."
Mereka berdua tertawa kecil, berbagi sedikit kelegaan di tengah suasana tegang menunggu giliran pengecekan. Setelah berbincang bincang dan menunggu giliran akhirnya Zaj keluar.
Ketika pintu ruangan kembali terbuka dan Zaj keluar dengan penuh semangat. Zaj berteriak dengan gembira, "Ya! Elemanku adalah petir, persis seperti yang kuharapkan! Aku akan menjadi ksatria yang paling kuat di Panggea!"
Dengan penuh kebanggaan, Zaj kembali menghampiri Arez dan Elara, senyumnya tidak pernah pudar. "Bagaimana? Aku bilang juga apa, kan? Sekarang aku hanya tinggal menunggu pelatihan resmi untuk menjadi ksatria kerajaan. Kalian berdua beruntung bisa mengenalku sebelum aku menjadi terkenal!"
Arez dan Elara hanya tersenyum, berusaha tetap sopan. "Selamat, Zaj. Itu hebat," kata Arez dengan nada datar, sementara Elara menambahkan, "Ya, semoga berhasil."
Dengan bangga Zaj berterima kasih kepada Arez dan erlana. Zaj saat itu terus berada didekat mereka berdua dan menceritakan dirinya sambil menunggu sepertinya Zaj penasaran dengan kekuatan Arez. Satu persatu orang masuk dan keluar dari ruangan, Arez menunggu dengan sabar sambil mendengar cerita Zaj
Tak lama setelah itu, seorang petugas kembali keluar dan memanggil nama Arez. Zaj, yang masih berdiri di dekat mereka, tersenyum sinis dan berkata dengan nada meremehkan, "Akan aku nantikan hasilmu, Arez. Semoga kau bisa mengikuti jejakku."
Arez mengangguk tanpa berkata apa-apa, sementara Elara menepuk bahunya dengan lembut. "Jangan dengarkan dia. Semoga berhasil. Lakukan yang terbaik."
Arez tersenyum pada Elara, merasa sedikit lebih tenang berkat dukungannya. Dengan hati-hati, ia melangkah masuk ke dalam ruangan pengecekan, siap untuk menghadapi apa pun yang menunggunya di dalam sana. Di luar, Zaj hanya menonton dengan senyum sinis di wajahnya, sementara Elara tetap menatap pintu dengan harapan dan keyakinan bahwa Arez akan mengejutkan mereka semua.
Saat Arez melangkah masuk ke dalam ruangan pengecekan, dia langsung terkejut oleh luasnya ruangan tersebut. Ruangannya begitu besar, dengan langit-langit tinggi dan dinding yang dipenuhi dengan alat-alat canggih yang tampak futuristik. Cahaya lembut berwarna biru menerangi ruangan itu, memberikan nuansa tenang namun juga mengesankan.
Arez berjalan perlahan, matanya terus menjelajah ke sekeliling ruangan, penuh dengan rasa kagum dan heran. "Luar biasa... Aku tidak menyangka ruangan ini akan sebesar ini," gumamnya pada diri sendiri.
Seorang petugas kemudian menghampirinya dan memandu Arez ke tempat pengecekan pertama, yang berfokus pada kekuatan fisik. Arez diminta untuk berdiri di depan sebuah alat yang dipasang di dadanya. Alat itu segera mulai memeriksa kekuatan fisiknya dengan teliti. Setelah beberapa saat, alat itu mengeluarkan bunyi bip dan layar di sampingnya menampilkan hasilnya.
Para petugas yang melihat hasil tersebut langsung terkejut. Salah satu dari mereka berbisik kepada rekannya, "Kekuatan fisiknya jauh di atas rata-rata... Ini luar biasa."
Arez yang mendengar percakapan mereka merasa bingung, namun dia tetap diam dan mengikuti petunjuk petugas berikutnya.
Tahap kedua adalah pengecekan IQ. Arez diminta untuk berbaring di atas sebuah tempat tidur, dan sebuah mesin besar di atasnya mulai bekerja. Arez merasakan sedikit getaran saat mesin itu memindai otaknya, dan dalam waktu tiga menit, prosesnya selesai.
Hasilnya pun sama mengejutkannya. Salah satu petugas yang melihat layar hasil pemeriksaan bergumam, "Ini tidak mungkin... IQ-nya juga luar biasa tinggi."
Arez semakin merasa aneh dengan situasi ini, namun dia belum sepenuhnya memahami apa yang terjadi. Petugas kemudian membawanya ke tahap terakhir—sebuah pengecekan magis yang paling menentukan.
Di hadapan Arez, berdiri sebuah bola sihir raksasa yang memancarkan cahaya indah dan penuh warna. Bola itu tampak menyilaukan, seolah-olah menyimpan energi besar di dalamnya. Petugas meminta Arez untuk menjulurkan tangannya dan menyentuh bola tersebut.
Dengan sedikit keraguan, Arez perlahan menjulurkan tangannya ke arah bola sihir. Begitu tangannya menyentuh permukaan bola, tiba-tiba ruangan itu bergetar keras. Gemuruh terdengar di sekeliling mereka, dan gelombang energi memporak-porandakan isi ruangan. Bola sihir itu tampak seperti berontak, dan tanda segitiga di pergelangan tangan Arez menyala terang, seakan merespon energi yang terpancar dari bola tersebut.
Aura kilatan cahaya mulai muncul dan mengelilingi tubuh Arez, membuat para petugas yang menyaksikan menjadi panik dan bingung. Salah satu dari mereka berseru dengan penuh ketakutan, "Ini tidak mungkin! Kekuatan ini... Mustahil dan sangat jarang terjadi!"
Arez yang terjebak dalam kekacauan itu merasa kebingungan. Dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, namun bisa merasakan energi besar yang mengalir melalui tubuhnya. Setelah beberapa saat yang penuh dengan kegemparan, bola sihir itu akhirnya menenangkan diri, dan di depannya muncul sebuah tulisan yang terpampang jelas:
Cahaya dan Kegelapan
Semua orang di dalam ruangan terdiam, terkejut dengan hasil tersebut. Kekuatan ganda ini sangat langka, bahkan mungkin lebih langka dari yang mereka bayangkan. Arez, yang masih terkejut dengan apa yang terjadi, hanya bisa berdiri terpaku, berusaha memahami makna dari hasil pengecekan yang baru saja dia alami.
"Apa... maksudnya ini?" Arez bertanya pelan, tidak yakin apakah dia ingin mengetahui jawabannya. Tapi satu hal yang pasti—dirinya bukanlah orang biasa di dunia ini.
Untuk tulisan bagus dan rapi melebih standar tulisan author2 di sini kebnyakan. Pendeskripsian juga sudah bagus namun aku saran lebih menerapkan showing ke konten yg ada di cerita.
Untuk Alur termasuk lambat, World Building ada untuk pengenalan cukup, ada beberapa narasi yg janggal namun untuk tidak terlalu mengganggu keseluruhan bacanya.
Saranku, lebih eksplor setting Post Apocalyptic-nya dlu baik sebelum bertemu Elara ataupun ketika baru bertemu dengannya.
Feelnya menurutku bukan seperti novel Post Apocalyptic kebnyakan dan malah seperti Novel isekai pada umumnya.
Skrng jadi emas /Facepalm/