Aku adalah seorang pacar dari pengusaha kaya dan terkenal di kota ku. Bahkan aku mampu mengalahkan cinta suami orang kepada ku daripada ke istri sah nya. Dendam memang lah sudah terpendam di dalam hati kecil ku yang paling dalam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
membujuk
Ersya masih tetap bingung haruskah dirinya menggapai cita atau cinta terlebih dahulu. Pilihan yang sulit baginya. Ia terus berpikir bagaimana supaya menemukan jalannya atau akankah pasrah menjalani sampai waktu yang menjawab? Bagi Ersya, ia juga masih memiliki banyak waktu untuk memikirkan ini. Namun secara kritis, waktu yang dimiliki Ersya sangat singkat. Entah harus bagaimana?
Ersya sudah mengadu kepada sahabatnya dan juga sudah meminta masukan serta saran. Namun jawaban semua temannya tetap sama, bahwa dirinya harus memikirkan cita-cita terlebih dahulu daripada cinta yang belum berujung pasti. Atau akankah Ersya akan meminta kepastian kepada Rega?
Mengingat Rega sedang berubah sikap kepadanya. Ia tentu enggan untuk menanyakan keseriusannya bahkan untuk menegurnya. Tak seperti biasa, Ersya kali ini sangat acuh terhadap perubahan Rega. Hal ini sudah sering terjadi, namun Ersya tampak abai di depan semua orang. Bahkan banyak yang mengira Ersya tak mempedulikan Rega, sang kekasih.
Harus bagaimana Ersya? Maju atau mundur? Bertanya atau malah menjadi momok pikiran diri sendiri? Berpikir sendiri tentu tak mampu bagi Ersya. Ia menyadari bahwa dirinya lemah dan tak sekuat yang orang lain kira. "Memang benar kita semua akan terlihat kuat di mata banyak orang, namun tak banyak orang tahu bahwa diri kita lemah," kata Ersya.
Mengingat sahabatnya sangat baik, yaitu Ersya, telah memberikan saran yang sama dengan semua orang atau banyak orang. Akankah Ersya menuruti kata-kata yang diberikan kepadanya? Atau malah semakin menjadi-jadi untuk memberatkan cinta? Sebenarnya itu semua hak ada di diri Ersya, namun tetap saja kembali kepada Ersya karena ini adalah hak Ersya.
Dan Renata yang juga kebingungan dengan sahabatnya. Ia takut jika sahabatnya salah jalan dan berujung menyesal. Walaupun diketahui bahwa Ersya bukan orang yang mudah menyesal segagal apa pun rencana dan ceritanya. Namun yang ditakutkan ini adalah kali pertama Ersya akan merasakan kegagalan dalam hidupnya.
Renata: "Gimana ya kalau Ersya ternyata cuma dipermainkan oleh pacarnya itu?"
"Mana mereka kenal belum lama juga kan, ibarat kata hanya kenal nama saja."
"Tapi kenapa ya Ersya seperti sangat yakin dengan Rega?"
"Apa gue ikut cari tahu ya tentang sebenarnya Rega itu seperti apa?"
"Tapi kalau gue cari tahu nanti, kalau ketahuan bisa-bisa dikira gue stalking si Rega lagi."
"Duh, bingung amat nih, punya bestie yang ngeyelan-nya super duper dan nggak bisa dibilangin."
"Kalau nggak bisa dibilangin, diilangin aja kali ya?"
Renata bertanya-tanya sendiri di benaknya. Ini menjadi salah satu beban pikiran Renata. Kali ini beban pikiran Renata bukan hanya tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang ulah temannya yang sangat sulit untuk diarahkan ke jalan yang benar. "Walaupun terkadang jalanku berlubang, tapi aku pengennya bestie-ku ke jalan yang benar," kata Renata.
Renata bukanlah pribadi yang suka mengurus hidup orang, apalagi mengusik hidup orang. Namun kali ini benar-benar menjadi hal paling puncak yang dipikirkan oleh Renata karena orang lain dan bukan karena dirinya sendiri.
"Duh, gimana ya aku bilang ke Rega?"
"Aku takut banget mau negur dia."
"Eh, tapi kenapa ya dia bisa tiba-tiba seperti itu?"
"Padahal sebelumnya tidak pernah Rega begitu sama aku."
"Seperti diiris hati aku rasanya."
"Entah wanita mana atau salahku kah yang membuatnya seperti itu, aku tak tahu."
"Kali ini aku harus berani negur dia duluan."
"Coba ah, aku minta maaf duluan ke Rega, siapa tahu aku yang salah."
Kali ini, Ersya benar-benar harus memaksa dirinya untuk menjadi wanita yang penuh kesabaran serta kelembutan. Jika biasanya dirinya yang dibujuk ketika marah, kini akhirnya Ersya memberanikan diri untuk memerankan peran yang biasanya diperankan oleh Rega. Entah hanya kali ini saja atau seterusnya, yang jelas Ersya hanya bermodal nekat untuk memberanikan diri seperti ini.
Entah akan mendapatkan respons yang seperti apa dari Rega. Namun, niat tulus Ersya sangatlah besar dan tidaklah bermain-main. Tidak ada kata bermain bagi Ersya untuk urusan hati, karena hati juga bukan tempat bermain; itulah prinsip yang dipegang oleh Ersya. Namun, sering dikompori oleh Renata agar memainkan perasaan orang lain, tetap saja tidak membuat goyah prinsip yang ia pegang. Jika prinsip yang ia pegang goyang, sudah tentu saja Ersya akan bersaing dengan Renata.
Atau kah belum saatnya bagi Ersya untuk melakukan saran yang diberikan oleh Renata? Renata selalu saja menyarankan Ersya untuk mempermainkan orang lain, namun belum pernah terpikirkan oleh Ersya untuk melakukan itu semua. "Mempermainkan hati seseorang hanya akan mendapatkan kesenangan sementara, namun selanjutnya akan merasakan penyesalan selamanya," kata Ersya.
Tak hanya karena alasan itu, tetapi juga didikan dari orang tua Ersya yang tak pernah mengizinkan anak-anaknya menyakiti hati orang lain atau bahkan mempermainkan hati seseorang. Menyadari bahwa tak semua hati manusia sekuat yang orang lain bayangkan, selain harus pandai menjaga diri sendiri, kita juga harus pandai menjaga perasaan orang lain. Itulah yang diajarkan oleh orang tua Ersya.
Karena itulah Ersya dan kakaknya tumbuh dengan prinsip anti untuk menyakiti orang lain. Hal baik akan kembali baik, dan hal buruk akan kembali buruk juga. Jadi, jangan pernah coba-coba melakukan keburukan jika kita tak mau ditimpa keburukan pula. Yang menanam itulah yang memanen. Dan tetap pada ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.
Ilmu rendah hati, namun jangan sampai kita terlihat dan dipandang rendah oleh orang lain. Miskin harta boleh saja, namun miskin hati jangan sampai. Hanya orang yang tak manusiawi yang merendahkan manusia lain, padahal dirinya juga manusia. Jangan lupa asalnya, jangan lupa bahwa kodrat kita semua di hadapan yang Maha Kuasa
Hanya punya nyawa, lantas apa yang akan disombongkan? Bukankah malah akan ditertawakan oleh Sang Kuasa jika merendahkan sesamanya? Jadilah manusia yang pandai, tak hanya pandai untuk mencari harta, tetapi juga mengolah pikiran. Pikiran yang tak diolah bersama rasa hanya akan mengucapkan kata-kata yang menyakitkan bagi orang lain.
Ersya sudah memutuskan bahwa esok sore dirinya akan menemui Rega.
Coming soon.