BOCIL MINGGIR DULU
MOHON BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN!!!!
Rihana seorang gadis berusia 22 tahun yang baru saja lulus kuliah, menolak kenyamanan bekerja di perusahaan keluarga. Ia memilih untuk mengasah kemampuannya sendiri di dunia kerja yang sebenarnya. Tak disangka, lamaran magangnya diterima di sebuah perusahaan multinasional ternama di Kota X.
Kegembiraannya mendadak sirna ketika ia dipertemukan dengan CEO muda dan karismatik perusahaan itu. Pria itulah yang merenggut keperawanannya tepat 3 hari lalu dan berhasil menjadi suaminya tepat 1 hari setelah kejadian itu. Lebih mengejutkan lagi, pria itu adalah teman dekat ayahnya, hanya berselisih lima tahun dari sang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arasa Aurelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cium Saya Dulu
"Iya, kenapa kau sangat terkejut Rihana?"
"Jadi aku sudah tidur bersama bapak-bapak, pah? iiihhhhh geli banget, masa aku jadi istri kedua sih. Papah aku ga mauuu." Rengek Rihana sembari mendekati sang ayah
"Dasar anak nakal, jaga bicaramu. Tadi Kan papah sudah bilang jika Mahendra ini sudah melajang selama 37 tahun."
"Bisa saja om Mahendra punya istri atau pacar diluaran sana tapi papah tidak tau kan? aku tidak mau pah." Bukannya tidak mau menikah dengan pria tampan yang ditemuinya semalam tapi Rihana takut jika dirinya disangka pelakor karena menikahi milik orang.
Masih saja Rihana menganggap bahwa Mahendra sudah berkeluarga kenyataannya Mahendra masih melajang diusianya yang memasuki 37 tahun.
"Ayolah Rihana, Papah ini mengenal Mahendra bukan hanya 1 tahun atau 2 tahun tapi puluhan tahun. Papah bisa mengenalnya dengan sangat baik. Lagi pula kalian sudah tidur bersama bukan?"
"Ya tapi kan-" belum sempat melanjutkannya Mahendra sudah terlebih dulu memberi penjelasan pada Rihana
"Saya masih lajang Rihana, jika tidak percaya kamu bisa memeriksakan semua data tentang saya. Apa kamu berniat tidak ingin bertanggung jawab hm?"
"Bukan begitu om, aku hanya-" lagi-lagi ucapannya terpotong
"Hanya apa?"
"Aku takut menikah muda, aku takut jika tidak bisa membangun karirku setelah menikah. Hanya itu, aku tidak berniat kabur dari tanggung jawabku tapi aku tidak ingin melepaskan karirku."
"Hanya itu alasanmu?"
"Iya" jawab Rihana sembari menundukkan kepalanya
Melihat interaksi antara anaknya bersama teman baiknya Pak Prabu memilih untuk menyaksikan tidak ingin terlibat dalam obrolan intens antara keduanya.
"Jika saya mengizinkan bekerja apa kamu ingin menikahi saya?" Tanya Mahendra setelah beberapa detik terlihat berfikir
"Apa om tidak malu jika menikah dengan gadis seperti saya?"
"Apa kamu tidak malu jika menikah dengan pria tua seperti saya?" bukannya menjawab pertanyaan Rihana justru Mahendra melemparkan pertanyaan yang sama kepada Rihana
"Iish nyebelin banget sih, kenapa balik nanya sih." keluh Rihana
"Saya tidak merasa malu baby. justru saya senang jika kamu bersedia menikah dengan saya."
"Jangan panggil aku seperti itu. Ada papah disini, apa om tidak tau malu?"
"Untuk apa saya malu. Lagi pula calon mertua saya sangat mendukung saya." ucapnya dengan penuh percaya diri sembari melirik Pak Prabu. Tentunya pak prabu membalas lirikan itu dengan senyum ramah
"Terserah om saja deh. Toh jika aku nasehati percuma saja rasanya, om tidak akan mendengarnya juga."
"Hahaha, kau pintar sekali baby." Tanpa sadar senyum tipis terukir saat panggilan 'baby' terucap dari mulut Mahendra membuat debar di dada Rihana semakin menjadi-jadi.
Keduanya terhanyut dalam pikirannya masing-masing dalam beberapa menit saat mata mereka saling pandang hingga suara Pak Prabu menyadarkan mereka.
"Jadi kapan kalian akan menikah?" Tanya pak prabu
" Mungkin 1 atau 2 tahun lagi pah, lagi pula aku harus mengenalnya lebih dalam lagi bukan?"
"Kau ini bodoh atau bodoh Rihana? Kalau menunggu selama itu bisa saja Mahendra sudah menemukan wanita lain yang jauh lebih menggoda daripada dirimu."
"Ya bagus dong pah, artinya kita ga jodoh."
"Aiish, aku sangat pusing meladeni mu. Mahendra urus dia, aku sudah pusing dengannya. Angkut saja ke rumah mu jika perlu." Pak Prabu sudah memijat kepalanya dengan sangat halus mendengar jawaban dari sang anak, lalu berdiri sembari meninggalkan anaknya bersama teman dekatnya.
Mahendra yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala melihat interaksi antara keduanya "Dari dulu tetap saja sama" gumamnya pelan
Rihana mencoba mengimbangi langkah Ayahnya yang sudah menaiki tangga menuju lantai 2 "Iiihhhh, papah apaan sih. Masa aku diserahkan begitu saja sama om-om yang baru aku kenal semalam. Kalau aku dibunuh gimana pah? kalau aku dipukuli gimana pah? kalau aku diperkosa bagaimana pah? Jahat sekali papah, tidak berperi kemanusiaan sekali." keluhnya sembari memanyunkan bibir
"Diperkosa?" Tanya pak prabu sembari menyatukan kedua alisnya, dengan penuh percaya diri Rihana menganggukkan kepalanya.
"Dasar anak bodoh, bukankah semalam kmu yang memperkosa teman papah. Tanggung jawab Rihana jangan mempermalukan papa." ucapnya sembari menyentil dahi sang anak
"Tapi itu kan bukan kesalahanku saja. Harusnya om Mahendra bisa menolak saat aku mengajaknya tapi dia diam saja kaya patung. Jadi salah dia dong bukan salah aku. Harusnya tuh papah belain aku bukan om Mahendra."
"Cukup Rihana. Jangan ikuti papah, kamu perlu bicara berdua dengan Mahendra setelah itu suruh Mahendra menemui papah." ucapnya dengan tegas, jika sang ayah sudah berkata dengan sangat tegas mau tidak mau Rihana harus menurutinya kalau tidak bisa-bisa harta warisannya melayang begitu saja dari genggamannya.
"Tapi pah-"
"Tidak ada tapi-tapian, cepat pergi kebawah."
"Baiklah." Dengan wajah lesu Rihana menuruni anak tangga, rasa nyeri pada bagian intinya sudah dilupakan demi mengejar sang ayah.
Dari arah tangga Rihana dapat melihat dengan jelas pria yang sudah ditidurinya semalam, rasa tak enak masih ia rasakan tapi dirinya tidak mau menikah diusia muda takut jika karirnya tidak berjalan dengan semestinya.
'Tapi kalau aku nolak nikah sama dia rugi dong, kapan lagi dinikahin sama cowo ganteng kaya om Mahendra. ish, tapi aku masih ingin merasakan kebebasan dan juga ingin mengejar karir. Duh gimana yaa' Rihana bertengkar sendiri dengan batinnya, tanpa sadar tubuhnya sudah mendekati tempat dimana Mahendra mendudukkan diri
"Kau kenapa baby?" Keheningan yang Mahendra dapat, Rihana masih terlarut dalam pemikiran nya sendiri
"Baby?" Tanya Mahendra sembari menepuk bahu Rihana agar tersadar dari lamunannya
"Eh iya om, kenapa?"
"Kamu terlalu sering melamun baby, ada yang menganggu pikiranmu?"
"Ada." jawabnya singkat
"Tentang saya?"
"Iya"
"Boleh saya tau apa yang mengganggumu?" dengan hati-hati Mahendra mencoba mendekatkan diri pada Rihana
"Aku ga mau nikah dalam waktu cepet om, aku masih mau coba nyari kerja bukan jadi ibu rumah tangga."
"Kamu tenang saja baby, saya tidak akan melarang mu untuk bekerja. Kamu masih bebas baby. Saya tidak akan mengekang mu" ucap Mahendra sembari mengelus punggung tangan Rihana
"Aku tetap tidak mau om, jika om ingin menikah denganku tunggulah 2 atau 3 tahun lagi. Kalau tidak, nikahi saja gadis lain."
"Apa kau yakin baby? kamu akan menyesal jika pria setampan saya menikah dengan wanita lain."
"Cih, Percaya diri sekali." Sejujurnya Rihana merasa tidak yakin dengan keputusan sendiri terutama saat Mahendra menyetujui nya untuk bekerja.
"Jika kau ingin membatalkannya tidak masalah baby. Tapi jangan salahkan saya jika perutmu membesar dalam beberapa hari kedepan." Ucap Mahendra dengan raut wajah genitnya
"Om mau nyantet aku? emang zaman sekarang masih bisa?" Tanya Rihana dengan keheranan, pasalnya memang dirinya tidak tau maksud dari perkataan Mahendra. Yang dia tau Mahendra akan menyantet dirinya seperti difilm-film horor jika dirinya tidak menikah dengan Mahendra.
'pletak' suara nyaring terdengar dari sentilan yang dilayangkan Mahendra pada dahi mulus milik Rihana membuatnya meringis kesakitan
"Belum nikah aja sudah KDRT bagaimana jika sudah nikah. Dasar om-om ga jel-" belum sempat ucapannya terucap bibir mungil miliknya sudah dikecup oleh Mahendra membuat Rihana terdiam seribu bahasa
"Kenapa diam? kamu mau yang lebih? Jangan disini baby, papamu bisa mengomeli ku jika melihatnya." Pipi Rihana terlihat semakin memerah mendengar ucapan yang keluar dari mulut Mahendra, ada sensasi menggelikan ketika mendengarnya
"Apaan sih. Tadi papah mau ngomong sama om. Sana temui papah dulu." Usir Rihana sembari mendorong tubuh kekar yang duduk disebelahnya
"Cium saya dulu. Saya rasa tidak masalah jika papa mu tidak melihatnya."
"Dasar om-om genit, sana pergi" Rihana masih berusaha mendorong tubuh kekar itu agar tergeser dari duduknya namun tidak ada pergerakan sama sekali dari tindakan
"Saya serius Rihana, cium saya dulu."
JANGAN DIGANTUNGIN.....
imajinasi diluar nurul....
ada cermin janggih kaya film Star Wars aja