Keidupan normal Karina gadis 17 tahun yang baru saja putus cinta seketika berubah, Dengan kedatangan Dion yang merupakan artis terkenal, Yang secara tidak terduga datang kedalam kehidupan Karina, Dion yang telah mempunyai kekasih harus terlibat pernikahan yang terpaksa di lakukan dengan Karina, siapakah yang akan Dion pilih?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Lama
Saat suasana mulai terasa tegang, bel rumah berbunyi, "Ting, Tong." "Nah, itu mereka datang," ucap Bu Mira buru-buru membuka pintu untuk menyambut tamu spesialnya. Karina mengikuti ibunya, penasaran dengan siapa yang akan datang.
Di depan pintu, Bu Mira disambut oleh seorang wanita berparas cantik dan ceria yang sebaya dengannya. "Miraaa, apa kabar!" teriak wanita itu, memeluk Bu Mira dengan hangat.
"Sindy! Yaampun, pangling banget lo, makin cakep aja," ujar Bu Mira sambil bertukar cipika-cipiki dengan Sindy.
Sindy adalah teman lama Bu Mira yang terakhir kali bertemu ketika Sindy menikah dan langsung pindah ke Jepang mengikuti suaminya. "Yaampun, Mir, terakhir kapan sih kita ketemu? Kangen banget gue," kata Sindy sambil memeluk Bu Mira.
"Eh, ini anak lo, Mir? Wih, cantik banget," puji Sindy saat melihat Karina.
"Iya, ini anak gue. Ya, kurang lebih mirip lah sama gue cantiknya," jawab Bu Mira dengan percaya diri. "Yaudah, yuk masuk dulu. Kita ngobrolnya di dalam," ajak Bu Mira, mempersilakan Sindy masuk ke ruang makan.
Sindy duduk di meja makan, diikuti oleh Bu Mira dan Karina yang duduk berhadapan dengannya.
"Eh, anak lo nggak ikut, Sin?" tanya Bu Mira, penasaran karena Sindy tidak membawa anaknya.
"Dia bakal kesini. Tadi katanya masih di jalan," jawab Sindy. Bel rumah berbunyi lagi,
“Ting, Tong” suara bel berbunyi lagi, memecah keheningan rumah. “Nah, itu kayaknya anak gue deh,” ujar Sindy dengan senyuman penuh harap saat mendengar suara bel.
Bu Mira segera berdiri untuk membuka pintu. Namun, ketika pintu terbuka, ekspresi Bu Mira berubah kaget saat melihat seorang pria berdiri di depan pintu.
“Eh, kok Dion?” Bu Mira kebingungan melihat laki-laki di hadapannya.
“Oh, ini rumah ibu?” tanya Dion, tampak sama bingungnya dengan situasi tersebut.
“Kamu mau kesini mau ngambil baju ya?” tanya Bu Mira, masih tidak mengerti mengapa Dion tiba-tiba ada di rumahnya.
“Eh, enggak, Bu. Mamah saya ada di dalam, kan?” Dion bertanya memastikan. “Mamah kamu?” Bu Mira semakin bingung. “Oh, Sindy mamah kamu?” Bu Mira mulai menyadari bahwa Dion adalah anak dari temannya, Sindy. “Hehe, iya Bu,” jawab Dion dengan senyum ramah.
Bu Mira, yang akhirnya memahami situasinya, mempersilakan Dion untuk masuk. Dion melangkah masuk ke rumah dan langsung diajak menuju meja makan, di mana ada dua orang yang sedang menunggu di sana.
Ketika Dion duduk di meja makan, dia merasa ada sesuatu yang familiar dengan seorang gadis di meja tersebut. "Itu cewek kayak pernah liat," batin Dion sambil duduk dengan penuh rasa penasaran.
Di meja makan, suasana semakin hangat saat mereka melanjutkan obrolan.
“Sin, lo kok enggak ngomong anak lo artis sih?” tanya Bu Mira, masih terkejut mengetahui bahwa Dion adalah anak dari temannya Sindy.
“Aduh, gimana ya. Gue sebagai orang tua Dion yang sekarang lagi naik daun banget ini, enggak mau terlalu terekspos. Ribet kemana-mana dikejar-kejar wartawan,” ujar Sindy, dengan ekspresi sombong.
“Yah, ga seru dong. Tadinya gue mau pansos sama lo buat promosiin butik gue, biar bisa dipakai sama artis-artis gitu,” keluh Bu Mira.“Udahlah, jangan bahas itu dulu. Mendingan kenalin anak lo yang cantik ini,” ujar Sindy, sambil melirik Karina dengan penuh minat.
“Oh iya, lupa. Kenalin, ini anak gue, namanya Karina Faranisa. Umurnya baru 17 tahun, sekarang kelas 3 SMA,” Bu Mira memperkenalkan Karina dengan bangga. Karina hanya tersenyum tipis saat di perkenalkan oleh ibunya, sementara matanya terus mencuri pandang ke Dion yang terlihat sangat tampan.
“Oalah, seumuran Dion dong,” ujar Sindy dengan antusias. “Jadi, kalian bisa berteman nih. Eh, pacaran juga boleh deh,” tambahnya, menggoda sambil tersenyum.
“Eh, sekolah di mana? Baru pindah dari Jepang, kan?” tanya Bu Mira dengan tatapan penasaran, matanya berbinar-binar saat menatap Dion. “Aku baru daftar seminggu yang lalu, Bu. Di SMA Maju Bangsa,” jawab Dion dengan senyum ramah, menampakkan lesung pipinya.
“SMA Maju Bangsa? Wah, Freya juga sekolah di situ!” seru Bu Mira dengan ekspresi senang. “Cocok tuh! Bisa temenan, atau… siapa tahu, pacaran juga boleh,” canda Mama Sindy sambil terkekeh, mengedipkan mata.
“Mah, apaan sih…” Dion menggelengkan kepala sambil menyenggol lengan ibunya, merasa malu. Wajahnya sedikit memerah. Dion, yang sedikit malu, hanya tertawa kecil. “Iya, bu, kita seumuran,” jawabnya sambil menoleh ke Karina.
Bu Mira, yang sudah siap untuk makan, segera mengalihkan perhatian mereka. “Yaudah, obrolannya dilanjut nanti. Sekarang kita makan dulu, yuk!” serunya dengan semangat.
Selama makan malam, Karina tidak bisa berhenti mencuri pandang ke Dion, yang tampak menawan dengan wajah blasterannya. Dion, dengan kombinasi ketampanan dari ayahnya yang orang Jepang dan kepribadian yang baik dan ramah, membuat Karina semakin tertarik padanya. Karina merasa sangat kagum dengan Dion, dan suasana malam itu semakin terasa istimewa baginya.
Di meja makan, suasana semakin santai dan hangat. Bu Mira dan Sindy terlibat dalam percakapan yang penuh tawa, sementara Dion dan Karina duduk saling berhadapan. Karina terus mencuri pandang kepada Dion dengan rasa kagum yang sulit disembunyikan. Dion, yang menyadari perhatian Karina, sesekali membalas pandangan tersebut dengan senyum ramah.
POV Dion
Dion duduk gelisah, menatap percakapan tanpa henti antara orang tua kami. Rasanya tidak ada ujungnya. "Kapan sih ini selesai? Gue harus jemput Alisha," gumamku dalam hati. Pikiranku melayang ke janji dengan Alisha. Aku harus menemukan cara untuk pergi dari rumah Bu Mira, tapi apa alasannya?
"Maaf Bu Mira, kayaknya saya harus pergi duluan. Ada kerjaan mendadak," ujarku dengan senyum terpaksa, mencoba melepaskan diri dari suasana makan malam yang kaku.
“Kerjaan apaan malam-malam begini?” tanya Mama Sindy dengan nada curiga. "Ini, Boim bilang ada pemotretan mendadak," jawabku, menggunakan nama manajerku sebagai tameng.
Bu Mira hanya tersenyum maklum. “Gak apa-apa, Dion. Maklum orang sibuk."Maaf banget ya, Bu. Besok saya mampir ke butik buat ambil baju," kataku seraya berdiri, mengakhiri obrolan yang membuatku semakin gelisah.