Gu Yinchen, dijuluki sebagai Kultivator Pedang Bulan oleh Raja Iblis yang menyerangnya bersama dengan ribuan orang dari lima sekte ternama. Julukan itu diberikan usai Gu Yinchen mati setelah jantungnya berhasil dihancurkan oleh Raja iblis.
mungkinkah Gu Yinchen akan kembali demi membalaskan dendam rekan seperguruannya dan kelima tetua Sekte yang mati sia-sia demi membunuh Raja iblis yang memiliki lima jantung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Huacheng Imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 03 - RACUN ULAR
”Kenapa dia jadi seperti ini?!” ucap Gu Yinchen terkejut usai dia melihat keadaan Guru besar mereka yang tampak begitu kritis.
”Apa yang kau lihat?! Cepat obati dia! Apakah kau mau aku yang melakukannya?!” bentak murid di belakangnya dengan tatapan marah dan tidak sabaran.
Gu Yinchen masih tidak mengetahui apa kemampuan anak ini. Dia hanya sekedar menumpang di dalam tubuhnya tanpa tahu apa kemampuannya. Ia hanya mendengar kalau darah dan dagingnya sangat berharga. Itu artinya, kemampuannya adalah untuk mengobati seseorang. Tetapi, dia merasa tidak berani untuk melukai dirinya sendiri. Rasa sakit yang ada di tangannya bahkan belum hilang dan sekarang dia harus menambah rasa sakit itu.
”Sungguh, aku tidak ingin melakukannya untuk mereka. Lagipula, mereka sudah hampir membunuhku di kehidupanku yang lalu dan telah membunuh adik Perempuanku. Aku masih belum bisa memaafkannya.” batin Gu Yinchen sembari memejamkan matanya, menolak untuk menyembuhkan guru besar mereka.
Beberapa saat setelahnya, derit pintu mulai terdengar. Seseorang berjalan masuk ke dalam dengan dibarengi oleh beberapa orang di belakangnya. Salah satu dari mereka, pasti adalah Patriark sekte Matahari dan seorang tabib yang bertugas mengobati guru besarnya.
”Ada apa ini? Kenapa dia tidak melakukan tugasnya?” tanya sosok laki-laki yang muncul di belakangnya saat Gu Yinchen ragu untuk melukai dirinya sendiri.
”Ketua! Sepertinya anak ini menolak untuk mengobati guru besar. Saya telah mengawasinya beberapa saat lalu.” jawab sang murid yang mengawasinya tadi.
”Kalau begitu, mengapa tidak kau paksa saja?” ucap Patriark sekte memerintahkan beberapa murid yang ada di belakangnya untuk segera mendekati Gu Yinchen dan melakukan pengobatan. Begitu pula dengan sosok tabib wanita yang mengikutinya dari belakang.
Beberapa orang murid Sekte mulai mengelilinginya. Mereka memiliki tubuh yang besar dan tinggi, jauh melebihi dirinya. Gu Yinchen merasa dirinya terkepung, setelah terjebak dalam lamunannya kala dia mengingat kembali masa lalunya ketika bertemu dengan kutukan ular yang menimpa desa Fuin.
”Tunggu! Apa yang kalian lakukan?! Kalian tidak bisa memaksa ku begitu saja!” celetuk Gu Yinchen terkejut usai salah seorang murid mulai menarik tangannya dan mengambil sebuah pisau yang tersimpan dibalik jubahnya.
Gu Yinchen benar-benar lupa kalau murid-murid di sekte Matahari lebih mengandalkan kekuatan dibandingkan hati nurani. Mereka bekerja dengan bayaran lebih sementara, jika mereka tidak mendapatkan bayaran, mereka akan memaksa mengambil semua harta yang orang itu miliki.
Mereka mendapatkan julukan sebagai sekte yang tidak memiliki perasaan.
”Akh!!!”
Gu Yinchen mendesis kesakitan saat orang itu mulai merobek lengannya hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak. Usia dia melukainya, orang yang disebut sebagai murid yang berbakti pada gurunya itu meletakkan tangan Gu Yinchen yang terluka ke dalam mulut Guru besarnya agar mudah untuk ditelan dibandingkan dia harus meletakkannya dalam sebuah mangkuk.
Mereka tidak tahu kalau mengobati luka racun ular sama saja dengan memindahkan racun ular ke dalam tubuhnya. Laki-laki itu langsung menggigit lengannya yang terluka dan menyedot darahnya. Perlahan saat itu terjadi, racun ular yang ada di tubuh laki-laki itu mulai berpindah ke tubuhnya. Dia mulai merasa lemas dan pusing. Bahkan rasanya kedua kakinya tidak sanggup menopang berat badannya yang tidak seberapa ini.
Kulit dari laki-laki itu mulai terlihat segar dan jauh lebih baik dari sebelumnya. Bibirnya bahkan tidak terasa kering lagi dan isi tubuhnya mulai kembali seperti semula. Tidak kurus kering seperti tadi.
Saat pengobatannya hampir selesai, Gu Yinchen memuntahkan seteguk darah dari dalam tubuhnya. Racunnya benar-benar berpindah tubuh. Ini adalah tugas pertama bagi Gu Yinchen untuk mengeluarkan racun ular dari dalam tubuhnya.
Beberapa saat setelahnya, laki-laki itu perlahan membuka matanya, menampilkan manik mata berwarna kuning keemasan yang menjadi ciri khasnya. Sorot matanya bersinar indah. Tidak disangka, sepertinya dia memiliki kehidupan sempurna dengan dikelilingi oleh wanita dan mengandalkan wajah tampannya.
Sungguh dunia ini tidak adil! Mengapa harus ada di jelek dan si tampan atau cantik?!
Begitu melihatnya sadar dan mulai membuka matanya, murid teladan tadi langsung melempar Gu Yinchen ke belakang hingga membuatnya nyaris terjatuh. Beruntung, salah satu murid termuda diantara murid yang ada di sana langsung menahannya agar dia tidak terlalu membentur lantai cukup keras.
”Kau baik-baik saja?” tanya murid termuda.
Gu Yinchen terkejut. Ia kira ia akan terjatuh dan membentur lantai lalu tewas di sana. Tidak disangka, diantara murid jahat yang ada di sini, ada satu orang murid yang terlihat baik dan langsung menolongnya. Meski dia merasa tidak baik-baik saja, Gu Yinchen tetap mengangguk untuk menghargainya.
”Guru! Kau sudah sadar! Bagaimana perasaanmu?” laki-laki yang menyeretnya masuk ke dalam ruangan ini langsung menghampiri sosok guru besarnya yang telah mengambil posisi duduk sembari memijat kepalanya sendiri.
Pandangan pertama guru besar mereka dilemparkan pada sosok Gu Yinchen yang berdiri di samping seorang murid termuda yang ada di sana. Wajahnya tidak lagi seperti orang sakit tetapi, sakitnya berpindah ke tubuh Gu Yinchen yang diam-diam menyimpannya.
Di rasa semua orang sedang merayakan kembalinya guru besar mereka, Gu Yinchen memilih untuk berbalik, meninggalkan ruangan itu menuju tempat lain. Ia tidak perlu heran dengan sikap orang-orang di sini. Sekte Matahari memang tidak pernah berterima kasih dan mementingkan harga diri mereka yang sangat tinggi. Berbeda jika kejadian ini terjadi di Sekte Bulan tempat kelahirannya. Dia tentu akan mempertanyakan hal ini. ”... Mereka ini seperti kelompok anjing!” batinnya.
”Tunggu!” ucap murid termuda sembari berlari mengejar Gu Yinchen yang masih berdiri di ambang pintu.
”Ada apa? Apakah ada perlu lagi? Guru besar kalian sudah sadar, bukan? Kenapa kau tidak merayakannya seperti yang lain?” tanya Gu Yinchen.
Murid itu tersenyum padanya kemudian menjawab, ”... Aku akan menemanimu.”
”Ahhh, tidak perlu. Tidak penting. Aku akan langsung pergi ke pemakaman saja.” ucap Gu Yinchen sembari berjalan meninggalkannya. Dia tahu, tidak ada satupun orang yang bisa diandalkan olehnya di sekte Matahari. Mereka semua adalah penipu. Jangan pernah percaya dengan wajah mereka.
”Tunggu! Aku akan tetap menemanimu!” ucap murid yang tetap mengikutinya di sampingnya hingga keduanya benar-benar keluar dari paviliun.
”Oh, ya. Ngomong-ngomong, bukankah kau baru saja mengobati guru besar? Kulihat wajahmu juga terlihat pucat tidak bertenaga.” ucap Murid itu memperhatikannya penuh tanya.
”Sebenarnya aku merasa mati rasa. Mana mungkin aku harus mati 2 kali dan sia-sia seperti ini! Aku tidak mau menyia-nyiakan kekuatan terakhir yang diberikan guru besar padaku!” batin Gu Yinchen meringis, membayangkan dirinya yang tidak bisa sembuh dari racun ular dalam tubuhnya.
”Apakah aku boleh bertanya siapa namamu?”
Gu Yinchen terkejut usai mendengar pertanyaan ini. Dia tidak bisa menolak ketika ada seseorang yang menanyakan tentang namanya. Karena itu, dengan langsung dia menjawab, ”... Namaku, Gu Yinchen.”
Murid itu tampak terkejut begitu namanya disebut olehnya. 'Gu Yinchen'! Siapa yang tidak mengenalnya? Meski sudah 50 tahun lalu, julukannya sebagai Pedang Bulan tidak pernah pudar. Dia adalah sosok yang berhasil menghancurkan salah satu jantung Raja iblis dan mendapatkan pujian darinya bahkan Raja iblis juga sempat memberi tahu nama aslinya sebelum akhirnya Kultivator Pedang Bulan itu meninggal di tempat.
”B- bagaimana kamu bisa memakai nama itu?! Apakah kau tidak pernah dengar tentang kisahnya?! Gu Yinchen itu adalah orang yang dijuluki sebagai Kultivator Pedang Bulan dan orang yang hampir berhasil membunuh Raja iblis! Bagaimana kamu bisa menggunakan nama itu sekarang?” canggungnya.
Gu Yinchen memberinya tatapan datar seakan mengatakan kalau murid itu tidak perlu menunjukkan kesan yang berlebihan begitu mengetahui namanya. Lagipula, julukan Kultivator Pedang Bulan hanyalah nama yang diberikan oleh Raja iblis yang telah membunuhnya. Bukankah ini adalah sebuah penghinaan baginya?
”Biasa saja. Itu hanyalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Lagipula, aku tidak bisa menggantinya begitu saja. Aku sudah menyukainya.”
Mendengar jawaban itu, membuat murid Sekte berusia 14 tahun ini tersenyum hangat. ”... Kamu sudah menyukainya dan aku juga tidak memiliki hak untuk menyuruhmu mengganti nama.” jawabnya sembari memberi jeda selama beberapa saat. ”... Namaku Li Jinyun. Senang bisa bertemu dengan pengobat hebat sepertimu.”