"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Itu Cuma Mesin
Akhir pekan pun tiba, hati yang kemarin terluka parah kini mulai agak mengering. Meski sesekali teringat hal-hal kecil dan tersayat lagi rasanya tidak semenyakitkan sebelumnya. Bangun pagi rasanya terasa lebih ringan dan penasaran akan hal baru yang mungkin saja sudah menantinya, terlebih nanti malam akan ada cara gibah di Jessie Cafe dengan Oppa Korea yang tidak sengaja dipeluknya.
Jung Joon Young adalah dokter dengan dua spesialisasi yang kini menetap bekerja di sebuah rumah sakit besar di Seleste Ville. Tampan, berpendidikan, berkepribadian baik, ia murni berkebangsaan Korea dan berkampung halaman di daerah pantai sebelah timur laut Korea Selatan, Sokcho.
Ia lulus dari Seoul National University, kemudian memutuskan memulai karir di Westminster, lalu bertahun-tahun kemudian pindah ke Seleste Ville, dan ia berencana menetap disini selamanya.
Ia pergi jauh dari negaranya bukan tanpa alasan, ada hal mengerikan yang terjadi di masalalu, sesuatu yang masih belum bisa ia pahami dan terima. Ia memilih pergi dan meninggalkan luka itu di negeri ginseng, karena dari sana lah panic attacknya ini berasal.
🌼🌼
Malam pun menyapa, langit sudah mulai gelap. Pukul 19.05 waktu Seleste, Joon Young baru saja keluar dari rumah sakit dan hendak menyeberang jalan, karena ia akan pergi ke Jessie Cafe yang jaraknya hanya lima menit berjalan kaki.
Rrrrr.... prang.. prang... bugh... duakk... klang... klang... rrrr... sss... bugh... mesin konstruksi kembali bersuara karena tepat beberapa meter didepan gedung rumah sakit ada pelebaran jalan. Dadanya kembali sesak dan ia berhenti tepat ditengah jalan, kakinya tidak mau digerakkan bahkan ia sudah pasrah jika ada kendaraan yang menabraknya. Otaknya serasa membeku, dan lidahnya kelu. Serangan paniknya kambuh.
Din diiiiinnnnnn diiiinn.... suara riuh klakson bersahut-sahutan karena Joon Young mengacaukan lalu lintas mereka.
"Woi.. lu kalo mau bunuh diri cari tempat lain...", bentak pengendara yang terganggu dengan suara lantang.
Sejak klakson riuh, Tania sudah ada di seberang jalan dekat dengan mesih konstruksi yang ribut itu, bus yang tumpanginya terpaksa ikut berhenti juga karena jalanan yang terganggu. Sembari melihat sekeliling mencari tahu apa yang terjadi, dan suara yang sangat tidak asing baginya.
"Iyan?", lirihnya melihat Bryan mengeluarkan separuh badannya melewati jendela mobil.
"Joon Young." kagetnya melihat sang tersangka pengacau jalanan, sudah membeku ditengah-tengah. Ia segera turun dari bus itu dan berlari mengejar Joon Young, ke tengah jalan yang sudah crowded itu.
Sapp
Tangan Joon Young ditariknya sekuat tenaga dan mereka berhasil menjauh dari jalanan.
"Joon Young ssi.." teriak Tania. Sementara sang oppa hanya gemetar menatapnya kosong.
"Jung Joong Young sadar.... Joon Young ssi..." teriak Tania menadah wajah Joon Young agar fokus melihat wajahnya.
Tania kemudian mengulagi yang ia lakukan kemarin, tidak ada sweater untuk menutup kepala Joon Young, jadi ia hanya menggunakan dua telapak tangan kecilnya yang pas-pasan untuk menutup telinga Joon Young dan berusaha memfokuskan Joon Young menatapnya.
"Taniaya...",serunya lirih.
"Haa? Iya iya Joon, are you okay now?", panik Tania.
"Taniayaa...", seru Joon Young lagi dan memeluk Tania tiba-tiba. Rasa iba dan sedih memenuhi hati Tania pada pria asing yang ia temui minggu lalu, yang gemetar ketakutan, hanya karena kebisingan.
"It's okay, it's okay. Itu cuma mesin. Ngga apa apa. Ingat, itu cuma mesin. Aku disini Joon, Tania disini." serunya menepuk pelan punggung lebar pria tinggi yang memeluknya itu, memberikan rasa nyaman, menghilangkan rasa takut yang ada di diri Joon Young.
Kejadian itu masih ada dalam pandangan Bryan, dari kejauhan ia menatap tajam kekasihnya, ralat, mantan kekasihnya yang kini nyaman memeluk pria lain tepat didepan matanya.
Ia yakin dan masih berpegang teguh pads keyakinannya bahwa ia hanya memanfaatkan Tania, tapi mengapa pemandangan barusan membuat hatinya sakit? Ia melajukan mobilnya dengan kencang melewati adegan tak mengenakkan itu.
Perlahan Tania mengurai pelukan Joon Young dan menatapnya. Wajah pria itu terlihat lebih baik dari sebelumnya, lebih tenang, dan sudah di aliri darah, tidak pucat seperti tadi.
"Sorry Tania, aku tiba-tiba peluk kamu." tapi matanya masih tertuju pada mesin konstruksi dan kerumunan.
"Kajja, we have to move." seru Tania menarik lengan kemeja Joon Young, dan membawa sang oppa menjauh dari sana.
🌼🌼
Ps : Yeorobun, mulai dari sini akan lebih banyak percakapan dari pada narasi, jadi otor buat kode dialognya aja ya.
T : Tania
JY : Joon Young
Je : Jessie
B : Bryan
S : Sony
Yo : Yona
Bryan menghentikan mobilnya tidak jauh. Ia yang sok keras, sok tidak perduli tapi penasaran setengah mati, ujung-ujungnya malah membuntuti dua orang yang beriringan itu.
B : "Kayaknya gua pernah liat tuh cowo deh." gumamnya sembari berusaha mengingat siapa pria itu. "Oh... si boy band...", serunya tiba-tiba.
Sembari menyusuri jalanan kedua orang yang belum lama berteman itu asik dengan basa basi mereka, tidak penting sama sekali tapi nyambung, misalnya mereka tiba-tiba saja membahas saluran parit yang mampet yang baru saja mereka lewati, anak jalanan yang terlihat membawa gitar kecil, atau pedagang seblak keliling, aneh, tapi nyambung, paham kan?
JY : "You must be curious." seru Joon Young tiba-tiba.
(Kamu pasti penasaran)
T : "About what?"
(tentang apa?)
JY : "My problem."
(Masalahku)
T : "Well, ya. But i will not ask you anything. Aku menghormari privasi kamu, dan kalau kamu siap, kamu pasti cerita. Itu pun kalau kita masih berteman."
JY : "Why not?"
T : "No one can predict the future, but we have the present. It's fine, isn'n it?"
(Ngga ada yang tahu masa depan, tapi kita lagi di masa sekarang. Semuanya baik-baik aja bukan?)
JY : "Aku senang didekat kamu. Tania ya, yeppo." senyum Joon Young.
T : "Beneran? Awas loh hidung kamu auto panjang kalo bohong."
JY : "Jinjja ya. Neomu yeppo."
T : " Gumawo chingu ya, jadi aku boleh ngomong santai ke kamu. Like Joon Youngah gitu."
JY : "Sure chingu ya, hehe."
T : "By the way, kamu ngapain di rumah sakit Emery?"
JY : "Aku dokter bedah disana.
T : " Kamu dokter?", kaget Tania.
JY : "Iya. Kamu terkejut sekali Tania, kenapa?", heran Joon Young dengan bahasa kaku dan aksennya.
" Kenapa hidupku berurusan sama dokter-dokteran terus sih? Ngga ada yang lain apa?" bisik Tania dalam hati.
JY : "Wae? Aku dokter yang aneh ya? Aku juga sakit malah berusaha mengobati orang lain." sendunya.
T : "Ngga sama sekali Joon Youngah, ayo ke kafe mba Jessi."
JY : "Sekarang?"
T : "Hmm, kenapa? Kamu masih ada urusan lain ya? Kan udah malem juga."
JY : "Anyeo, kajja jigeum." semangatnya melangkah cepat.
T :"Woy.. ahjussi, kamu sadar ngga sih satu langkah kamu itu, tiga langkah aku."
JY : "Ahjussi lagi?", kesalnya.
T : "Hahahaha, kenapa sih orang-orang kesel banget dipanggil begitu? Ntar juga lima tahun lagi kamu bakal jadi ahjussi beneran."
JY : "It is five years later, L - A -T - E - R, not now."
T : "Iya iya, sensi amat sih. Aku bisa sedikit paham kalo kamu ngomong bahasa korea, tapi mba Jessie engga. So, you have to speak english or bahasa, and theb we can understand each other."
JY : "Okay ahjumma. Kajja, balli." serunya dengan wajah meledek dan berlari menjauhi Tania yang sudah mulai kesal.
"Kayaknya kamu butuh lipatan mata tambahan deh Joon. Sini, aku buatin manual pake tangan. Joon Youngah... sini ga..", kesal Tania sembari mengejar Joon Young dan pria itu hanya terus tertawa sambil menanggapi kekesalan gadis yang berhasil di godanya itu.
Sementara Bryan yang diam membuntuti kedua orang itu mulai gelisah sendiri, perasaannya campur aduk. Ia terus mengelak akan perasaanya yang terasa janggal dan risih melihat Tania tertawa, bercanda, dan berjalan dengan pria lain, bahkan berpelukan. Mengingat mereka baru saja putus dua hari yang lalu, itu terlalu cepat bukan? Terlalu cepat menemukan penggantinya.
Ia bercermin melalui center mirror yang ada di mobilnya dengan tatapan serius melihat pantulan dirinya didalam cermin. Apa lebihnya pria tadi ketimbang dirinya? Ia yakin dirinya tinggi, tampan, berbadan atletis, rapi, bersih, cocok dengan jenis pakaian apapun, tapi kenapa Tania mudah sekali menemukan yang baru.
"Tuh cowo menang putih doang, kenapa Tania seleranya jadi nurun gitu ya. Kesel gua." komplainnya sendirian.
Tidak lama kemudian, dua orang yang ia buntuti masuk ke sebuah cafe, dan segera mengeluarkan ponselnya.
.
.
.
Tbc ... 💜