Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BIMBANG
Setelah percakapan dengan sang papi beberapa waktu yang lalu, Audry yang merasa ada sedikit kejanggalan dari apa yang disampaikan oleh sang papi kepadanya pun berinisiatif untuk pergi menemui Mateo, orang kepercayaan Robert yang sudah dianggap paman sendiri oleh Audry.
Dan disinilah keduanya berada, membuat janji temui disalah satu restoran mewah di privat room agar mereka bisa membicarakan banyak hal dengan leluasa.
“Akhirnya kamu menghubungi paman Audry, setelah sekian lama paman menunggu”, sapa Mateo begitu gadis cantik itu memasuki ruangan.
“Senang melihat paman dalam keadaan sehat seperti ini”, jawab Audry hangat.
Lelaki berusia tiga puluh delapan tahun tersebut tersenyum lebar melihat gadis yang sudah dianggapnya adik tersebut tampak ceria dan lebih dewasa dari pada sebelumnya.
Audry duduk, Mateo segera melambaikan tangan dan salah satu pengawal yang berdiri didekat pintu memanggil pelayan untuk segera menghidangkan sajian makan malam hari ini.
“Makanlah yang banyak, aku sudah sediakan hidangan favoritmu malam ini”, ujar Mateo sambil menyodorkan cumi saos padang dan udang telur asin kesukaan Audry yang hanya bisa dia nikmati disini.
Hal ini jugalah yang membuat Audry lebih memilih tinggal didalam negeri dari pada menetap diluar bersama keluarganya.
“Paman memang yang terbaik”, ujar Audry sambil mengacungkan dua jempolnya ke depan dengan senyum lebar.
Tak ada percakapan selama makan malam berlangsung dan keduanya baru berbincang setelah sendok dan garpu diletakkan diatas piring dalam posisi terbalik dan mengusap bibir mereka dengan saputangan.
“Paman tak ingin membuang banyak waktu dan akan langsung ke inti pembicaraan”, ujar Mateo tajam.
Melihat Mateo memasang wajah serius, Audry merasa jika apa yang akan mereka bahas kali ini tak biasa sehingga diapun mulai fokus menyimak.
Berbicara dengan Meteo lebih mudah dibandingkan berbicara dengan Robert karena pamanya itu selalu berusaha menempatkan Audry dalam posisi netral, tak menuntut seperti yang dilakukan sang papi.
“Aku tahu jika kamu tak ingin terjun kedunia bawah. Namun dalam kondisi saat ini, dengan adanya kamu sebagai pewaris sah keluarga Raffely akan lebih mudah mengatasi permasalah yang ada karena mereka akan patuh dengan perintahmu tanpa syarat ”, ujar Mateo mencoba bernegosiasi.
Audry tampak mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya diatas meja sambil berpikir, mencari solusi terbaik tanpa membuatnya harus terjun secara langsung.
“Beri aku sedikit waktu untuk memikirkannya”, jawab Audry singkat.
Mateo yang melihat ada secercah harapan dari ucapan Audry merasa puas dan segera merespon sebelum gadis itu berubah pikiran.
“Baiklah. Ambil waktu untuk berpikir tapi aku harap jangan terlalu lama karena banyak pihak yang akan mengambil kesempatan ini untuk menghancurkan kerja keras kita selama ini”, ujar Mateo diplomatis.
Audry mengangguk paham sambil beranjak dari tempat duduknya karena merasa jika tak ada lagi hal yang akan mereka bahas malam ini.
Sebelum Audry keluar dari ruangan, Mateo kembali bersuara “Jangan terlalu dekat dengan keluarga Purnomo, itu bukan suatu hal yang baik untuk kita”, ujarnya mengingatkan.
“Aku tahu”, jawab Audry singkat.
Tanpa menoleh, Audry pun terus melanjutkan langkah kakinya keluar dari dalam restoran meninggalkan Mateo yang hanya bisa menatap punggung Audry sambil menghela nafas pelan.
“Kuharap, dia tak terjebak perasaan dengan polisi itu karena semua tak akan berakhir baik jika tuan Robert mengetahuinya”, batin Mateo sedih.
Meski Robert tak pernah mencampuri kehidupan pribadi putra putrinya namun memiliki kekasih seorang aparatur negara tentunya bukan hal baik bagi mereka.
Apalagi keluarga Purnomo terkenal akan kejujuran dan ketegasannya sehingga mereka tak mungkin diam dan menutup mata terhadap semua hal illegal yang terjadi didepan mata mereka.
Semakin dipikir hal tersebut membuat Audry semakain pusing sehingga diapun berniat untuk mengabaikannya sementara waktu dan fokus pada perusahaan yang akan dipimpinnya sebentar lagi.
“Audry ?”
“Mateo?”
“Ada hubungan apa mereka berdua”, batin Melvin yang tanpa sengaja melihat keduanya keluar dari privat room bersama membuat rasa penasaran dalam hatinya mulai tumbuh.
Melvin yang ingin mengejar Audry dan mengikis rasa penasaran dihatinya terpaksa mengurungkan niatnya begitu dia bertemu dengan salah satu koleganya dipintu keluar restoran membuat langkah kakinya terhenti.
Sementara itu didalam apartemen Audry, Bagaskara duduk gelisah sambil sesekali melirik pintu masuk, berharap sosok yang ditunggunya sedari muncul disana.
"Kemana kamu Audry...kenapa pesanku belum juga kamu balas", batin Bagaskara gelisah.
Opa Sandi yang keluar dari dalam kamar untuk mengambil air minum menautkan kedua alisnya heran melihat Bagaskara duduk di raung tamu dengan wajah gelisah.
Setelah mengambil air minum, opa Sandi pun duduk disamping sang cucu membuat Bagaskara sedikit melonjak akibat terkejut akan kedatangan sang opa yang langsung membuyarkan lamunannya itu.
"Opa ! bikin kaget aja. Untung jantung masih aman", ujar Bagaskara sambil mengusap dadanya beberapa kali.
Melihat keterkejutan sang cucu, opa Sandi terkekeh pelan "Lagi ngelamunin apa sih mas serius amat", ujar opa Sandi berkelakar.
Tak mendapatkan respon, opa Sandi yang cukup tahu apa yang membuat hati cucu lelaki satu-satunya itu gundah gulana hingga belum pulang ke asrama hingga larut malam begini pun berusaha memberi nasehat.
“Jadi laki-laki itu yang tegas. Jika suka, bilang suka jangan bersembunyi dibalik kedok pertemanan. Menurut pengamatan opa, Audry itu termasuk gadis cuek jadi dia tak akan mengerti jika mas hanya memberi sinyal tanpa mengatakan secara langsung perasaan yang mas miliki”, ujar opa Sandi gamblang.
Bagaskara tampak menghela nafas panjang, “Aku sudah sempat mengutarakan perasaanku opa, tapi Audry hanya menganggap itu sebagai guyonan”, ujar Bagaskara sendu.
Opa Sandi yang melihat kesedihan diwajah sang cucu pun menepuk bahu Bagaskara beberapa kali sambil tersenyum lembut.
“Meski terlihat cuek namun Audry tetaplah seorang wanita yang memiliki perasaan lembut. Opa tahu, mas bukanlah lelaki romantis. Tapi apa salahnya, demi orang yang mas cintai, mas lebih berusaha lagi sehingga Audry bisa menangkap keseriusan dan ketulusan perasaan yang mas berikan untuknya”, ucap opa Sandi penuh kelembutan.
Bagaksara tampak menimbang saran yang diberikan oleh opanya namun dia masih belum yakin untuk mengaplikasikannya karena dalam hati kecilnya ada sedikit keraguan yang samar.
“Terimakasih atas sarannya opa. Jujur saja, ini pertamakalinya Bagas merasa menyayangi seseorang begitu dalam hingga kadang ada perasaan takut jika sampai perasaan ini tak berbalas ”, ucap Bagaskara sedikit ragu.
“Jangan pernah takut gagal sebelum mencoba. Jadi, tetap semangat ya”, ujar opa Sandi sambil tersenyum lebar sebelum pergi masuk kedalam kamarnya untuk beristirahat.
Bagaskara kembali merenung setiap kata yang opanya ucapkan kepadanya hingga rasa ragu yang sempat singgah didalam hatinya pun sirna seketika.
"Benar kata opa, aku harus berjuang lebih untuk mendapatkan hati Audry dan aku akan menunjukkan perasaanku kepadanya dengan lebih jelas lagi", batinnya penuh tekad.