Yang satu punya banyak problematik, yang satunya lagi bocah bebas semaunya. Lalu mereka dipertemukan semesta dengan cara tak terduga.
Untuk tetap bertahan di dunia yang tidak terlalu ramah bagi mereka, Indy dan Rio beriringan melengkapi satu sama lain. Sampai ada hari dimana Rio tidak mau lagi dianggap sebagai adik.
Mampukah mereka menyatukan perasaan yang entah kenapa lebih sulit dilakukan ketimbang menyingkirkan prahara yang ada?
Yuk kita simak selengkapnya kisah Indy si wanita karir yang memiliki ibu tiri sahabatnya sendiri. Serta Rio anak SMA yang harus ditanggung jawabkan oleh Indy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
SMA Langit.
Rio telah duduk di bangku kelas dua belas. Dia lebih memperhatikan belajarnya sekarang, karena beberapa bulan kemudian akan dihadapkan dengan ujian nasional. Tetapi, ketika seseorang ingin berada di jalan yang benar, selalu ada yang namanya rintangan. Seperti sekarang misalnya, lagi fokus mendengarkan guru di depan menerangkan tiba-tiba seseorang di sampingnya bernama Dimas Alvian terus memanggil Rio karena ingin diladeni obrolannya. Dimas merupakan teman dekat Rio sejauh ini.
Rio tipe orang yang jarang berbincang dan tidak suka berbicara tentang keburukan orang lain. Jika seseorang memanggilnya lalu membonceng kalimat : eh lu tau nggak? otomatis Rio tidak akan menjawab bahkan pergi menghindari hal semacam itu. Karena demikianlah, Rio tidak memiliki banyak teman. Hanya Dimas yang setia menjadi temannya, yang menerima apa adanya Rio. Rio berteman dengan Dimas saat Rio menolong pemuda tersebut dari aksi pemalakan.
"Yo,"
"Ada apa? lo gak bawa pulpen?" pelan sekali Rio berujar lantaran pelajaran matematika sedang berlangsung.
"Bukan itu. Gue ke kontrakan lo tapi orang lain yang nempatin. Lo pindah?"
"Iya."
"KEMANA?" suara Dimas tidak besar, tetapi matanya melotot nyaris keluar. Dimas kaget Rio pindah tapi dia bisa-bisanya tidak tahu.
Rio tidak bersuara lagi. Pemuda itu lantas menjawab pertanyaan temannya menggunakan tulisan di buku.
Nanti gue ceritain.
Dimas pun membalas Rio.
Ceritain sekarang!
Karena mendapati Dimas membalas tulisan bukannya dibuku melainkan di meja, Rio sedikit geram.
Jangan nulis di meja! jangan merusak properti sekolah.
Dimas membalas lagi. Sekarang dia menulis dibuku.
Terus kalau nempelin upil dibawah meja, termasuk perusakan properti nggak?
Rio tidak meladeni Dimas lebih jauh karena dia orang yang tidak suka bertele-tele. Rio hanya mendengus ke arah Dimas.
"Bukan gue, tuh liat di samping!" Dimas bersuara bisik-bisik sambil menunjuk yang dimaksud. Terlihat siswa berperilaku seperti yang disebutkan oleh Dimas barusan. Dimas sedang tidak bergurau.
Rio kembali fokus pandangan ke depan, tetapi Dimas masih belum menyerah.
"Yo, sebenarnya ada yang mau gue omongin penting. Ini menyangkut mendiang Bokap lo."
"Dimas, ada apa?" Suara Pak guru yang menjelaskan di depan tiba-tiba menginterupsi. Seluruh pasang mata tertuju pada Dimas. Yang di tatap nyengir kuda sambil garuk-garuk kepala.
...*****...
Kantor Starqueen.
Indy mendirikan perusahaan sendiri bernama Starqueen ketika sudah tidak sejalan dengan sang ayah. Raditya Handi Bhrasmana, ayahnya Indy, juga selaku presdir Naga grup awalnya tidak setuju saat Indy mengundurkan diri dari Naga. Indy masuk salah satu jajaran orang yang kompetitif, jadi sangat disayangkan jika kehilangan kontribusi wanita tersebut.
Bagi Indy, memisahkan segala urusan perekonomian dari ayahnya merupakan jalan yang terbaik. Lebih mandiri, lebih tidak bisa ditindas karena kepentingan pribadi. Tidak jarang orang-orang memberikan tanggapan soal bagaimana nanti warisannya akan jatuh jika Indy anak satu-satunya memilih menjadi pesaing bisnis. Indy menjadi berpikir dua kali.
Persetan dengan warisan. Indy bahkan tidak bermimpi sedikitpun untuk itu. Tetapi jika wanita pelakor berada diatas awan karena warisan, tentu seorang Indy tidak akan tinggal diam. Begitulah Indy berfikir.
"Nona, setelah rapat ini selesai, ada jadwal peninjauan lokasi pabrik baru di kota K. Apa Nona ingin menghadirinya mengingat waktu sudah terulur tiga puluh menit?"
"Hadiri Ven, jangan pernah menunda-nunda pekerjaan. Jangankan ke kota K, harus kedua tempat lagi aku masih bisa."
"Baik Nona."
Langkah cepat Indy seolah bergerak seirama dengan detik-detik waktu yang berjalan. Saat di depan lift dan tombol buka ditekan, ada seseorang di dalamnya yang membuat Indy mendelik jengah.
"Rhin,"
Astaga! kenapa makhluk ini selalu ada dimana-mana.
Indy tetap masuk ke dalam lift. Selama di sana, hawa sumpek menjalar ditubuh Indy hingga wanita itu melakukan gerakan mengipas-ngipas dengan tangan. Juni selaku sosok ibu sambung perhatian berinisiatif mengipasinya tanpa diminta. Sontak membuat Indy bertambah gerah.
"Nggak usah sok ngipasin gue pakai tangan."
"Emangnya kenapa Rhin? salah kalau aku perhatian sama kamu?"
"Gue gerah gara-gara ada lo. Lagian ngapain lo ada di sini sih? emangnya lo nggak ada kerjaan lain selain muncul terus dihadapan gue?!"
Ting tong!
Lift terbuka, dan Pak Handi beserta orang-orangnya berdiri menunggu. Pandangan mata Indy dan sang ayah bertembung untuk beberapa detik, lalu keduanya saling membuang pandang ke sembarang arah. Seutas senyum kecil muncul dari belah bibir Juni.
"Selamat siang Pak Handi, maaf sekali kami tidak tahu anda akan berkunjung hingga tidak menyambut kedatangan anda dengan baik." Indy berbicara sambil memperhatikan keberadaan kamera di mana-mana. Handi sudah tahu Indy tidak akan bersikap menurut padanya jika datang secara biasa saja.
Terpaksa menghindari ulah sang ayah yang membawa media, Indy mengarahkan Handi dan antek-anteknya termasuk Juni ke ruangan khusus agar bisa berbicara leluasa. Di depan kamera Indy bagai partner bisnis profesional serta anak yang sangat membanggakan. Sekarang sudah tidak lagi demikian.
"Ada apa Papah kesini? aku mau pergi."
"Beginikah caramu menyambut tamu kehormatan?"
"Iya, memang seharusnya aku seperti ini. Ini adalah sambutan yang paling layak ditujukkan kepada Papah."
"Kamu tidak tahu siapa Papah?"
"Tentu saja tahu. Papah adalah orang telah yang berselingkuh dengan teman putrinya."
"Itu benar. Tapi apa cuma segitu saja yang kamu tahu Rhin? kalau tahu cuma itu saja, kamu sangat payah sebagai seorang ketua."
Indy geram bukan main.
"Papah dengar dari salah satu anak perusahaan Naga, Starqueen telah membuat kesalahan. Produk yang disuplai Starqueen ditemukan abnormal cukup signifikan. Sayangnya, perihal tersebut telah sampai ke telinga jajaran petinggi sehingga kamu kesulitan bernegosiasi. Orang-orang Naga sangat handal dalam menganalisa. Maka dari situ saja kamu tahu apa kan konsekuensinya?"
"Aku rasa Papah terlalu berlebihan. Untuk berbicara seperti ini, ada pihak yang lebih tahu dan bertanggungjawab penuh menjelaskan secara rinci. Katakan saja apa tujuan Papah kesini, tidak usah bertele-tele."
"Datanglah ke acara makan malam yang sudah Papah tentukan. Jika kamu menolak sudah dipastikan kamu mengalami kerugian besar. Jika kamu datang, maka kamu telah menyelamatkan Starqueen."
Indy menghela nafas. Ia telah kecolongan bekerjasama dengan Naga. Sebelumnya ia sudah memeriksa betul-betul profile perusahaan yang akan terikat kontrak dengan perusahaannya bukanlah naungan Naga grup. Namun kenyataannya ia tetap bisa dikendalikan oleh sang ayah.
.
.
.
Bersambung.
Heh, jd keinget gaya helikopter nya Gea sm Babang Satria🤣