DASAR, SUAMI DAN ISTRI SAMA-SAMA PEMBAWA SIAL!
Hinaan yang tak pernah henti disematkan pada Alana dan sang suami.
Entah masa lalu seperti apa yang terjadi pada keluarga sang suami, sampai-sampai mereka tega mengatai Alana dan Rama merupakan manusia pembawa sial.
Perselisihan yang kerap terjadi, akhirnya membuat Alana dan sang suami terpaksa angkat kaki dari rumah mertua.
Alana bertekad, akan mematahkan semua hinaan-hinaan yang mereka tuduhkan.
Dapatkah Alana membuktikan dan menunjukkan keberhasilannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V E X A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAM14
"Selamat siang, apa benar ini dengan Alana pemilik Kue Boenda?"
Ku dengar suara ibu-ibu dari ujung telepon.
"Benar, Bu. Dengan saya sendiri. Dengan ibu siapa saya bicara?"
"Saya dengan Nirmala, Mbak Alana. Saya panggil Mbak aja ya. Soalnya Mbak sepantaran sama anak bungsu saya," jawab ibu itu dengan ramah.
"Iya bu, tidak apa-apa. Ada yang bisa dibantu, Bu Nirmala?" tanyaku.
"Begin, Nak Alana. Saya mau pesan snack box untuk pekerja konveksi saya, rutin tiap pagi. Untuk detailnya apa bisa kita ketemuan, biar saya jelaskan lebih lanjut?"
Hampir pingsan aku saking senang dan kagetnya campur aduk. Pesanan rutin! Akhirnya ya Allah.
"Tentu saja bisa, Bu. Bu Nirmala mau kita ketemuan di mana, dan kapan?" jawabku dengan cepat.
"Kalau sebentar lagi saya ke tempat Mbak, bisa? Sekalian saya mau lihat tempat produksinya."
"Bisa, Bu. Saya share lokasinya ya."
"Ok, Mbak. Mohon ditunggu ya."
"Baik, Bu Nirmala. Ditunggu kedatangannya, Bu."
Untunglah aku selalu merapikan kontrakanku, dan kami memang tidak beli banyak perabot. Juga mengingat tempatnya yang terbatas ini, jadi ku tambahkan beberapa rak multifungsi untuk tempat penyimpanan.
Salah satunya untuk rak tempat mendinginkan kue. Ku adaptasi dari cara penyimpanan di toko kue tempatku bekerja.
Lebih dari 30 menit kemudian ada yang mengetuk pintu kontrakan. Rupanya Bu Nirmala dan seorang wanita muda yang diperkenalkan sebagai asistennya, Ayu namanya.
Kupersilahkan mereka duduk di karpet ruang tamu.
"Silahkan duduk, Bu Nirmala dan Mbak Ayu. Mohon maaf kami tidak punya kursi."
"Tidak apa-apa, Mbak Alana. Santai saja." jawab Bu Nirmala bersahaja.
"Jadi begini, Mbak Alana ... seperti yang tadi saya bilang melalui telepon, saya mau pesan snack box sarapan di tempat Mbak secara rutin untuk dua tempat konveksi saya. Tadinya dapur internal kami yang menyediakan menu sarapan dan makan siang. Dengan bertambahnya karyawan, pihak dapur mulai keteteran. Jadi saya pikir biar mereka hanya mengurus makan siang karyawan, sementara untuk sarapannya saya akan pakai vendor dari luar. Kebetulan saya merasa cocok dengan kue-kue yang Mbak Alana buat saat arisan di tempat Bu Atmaja waktu itu. Lalu kemarin Mbak Ayu ini saya minta untuk pesan jenis kue yang lain dari Kue Boenda untuk anak-anak kantor. Yang atas nama Ayunda dari PT Kreasi Abadi. Eh, kok ternyata anak-anak kantor juga suka. Tidak kalah dengan kue-kue di bakery ternama rasanya." Bu Nirmala menjelaskan lebih lanjut.
Hidungku otomatis langsung kembang kempis.
"Syukurlah kalau Ibu dan yang lainnya suka kue buatan saya. Saya tidak menyangka kalau Ayunda dari PT Kreasi Abadi itu Mbak Ayu ini, toh."
Mbak Ayu tersenyum ramah menanggapi ucapanku.
"Untuk snack box yang mau saya pesan 1 kotaknya isi 2 jenis kue. Macamnya terserah mbak aja asal tiap hari beda. Kalau bisa dicampur antara yang gurih dan manis, untuk Senin sampai Jumat saja. Sabtunya tidak ada konsumsi karena hanya setengah hari. Saya mau dibuatkan 250 box, 150 box untuk ke pabrik yang di lokasi A, 100 box di lokasi B. Yang di lokasi A akan diambil oleh sopir saya, saya cuma minta Mbak Alana mengantar ke lokasi B. Jam 7 sopir saya akan ambil. Untuk yang diantar ke lokasi B, paling lambat jam 07.30 harus sudah sampai sana. Apa Mbak Alana sanggup?"
"Saya sanggup, Bu. Nanti saya susun daftar kue nya per minggu, tiap Jumat saya akan kirim ke ibu menu untuk seminggu ke depan. Siapa tahu ibu ada permintaan khusus gitu, atau pas lagi kepingin apa jadi bisa disesuaikan lagi. Bagaimana, Bu?" tawarku sambil agak deg-degan.
"Saya setuju sekali itu, Mbak Alana. Jadi ngidam-ngidam dadakan saya bisa tersalurkan ya gak, Mbak Ayu hahahahaha." Bu Nirmala senang sekali dengan ideku. Kami pun ikut tertawa.
"Lalu harganya bagaimana, Mbak Lana? Biar nanti kontrak resminya dibuatkan Mbak Ayu setelah kita deal nanti," tanya bu Nirmala lagi.
"Karena pemesanan ibu dalam jumlah banyak dan rutin. Untuk snack box isi 2 kue harganya 5 ribu saja bu. Nanti saya tetap pastikan kualitasnya premium. Untuk biaya pengantaran ke lokasi B saya gratiskan saja karena tidak terlalu jauh dari sini."
"Lho Mbak Alana tidak rugi kalau digratiskan? Jangan sampai kerjasama kita bikin Mbak Alana rugi karena tidak enakan ya. Saya mau semua ganjalan dan masalah disampaikan dengan jelas ya, Mbak. Saya mau kerjasama kita jangka panjang, Mbak."
"Tidak rugi bu. Masih ada untung kok buat saya. Saya juga maunya hubungan jangka panjang, Bu. Jika nanti harganya memang perlu naik karena kenaikan biaya produksi, pasti akan saya sampaikan," jawabku.
"Baiklah kalau begitu. Besok biar Mbak Ayu memberikan kontraknya ke Mbak Alana untuk ditandatangani. Untuk pembayarannya dilakukan per 2 minggu ya, Mbak. Mbak Alana setuju?" Bu Nirmala lanjut menjelaskan masalah kontrak.
"Saya setuju, Bu. Sekali lagi terima kasih banyak telah mempercayakan sarapan karyawan Ibu kepada saya dan Kue Boenda."
"Sama-sama, Mbak Alana. Untuk besok, Mbak Langsung sama Mbak Ayu saja ya, saya tidak bisa ikut karena sudah ada janji yang lain. Tadi saya memaksa ikut untuk tahu kondisi dapur Kue Boenda. Saya mau karyawan saya mendapatkan makanan yang lezat dan bersih. Dan saya lihat dapurnya bersih. Peralatan baking dan bahan-bahannya pun tertata rapi. Saya suka sekali."
"Terima kasih, Bu. Kondisi dapurnya hanya seperti ini. Saya berencana ...."
*
*
Bagus banget /Kiss/
Apalagi part di mana Alana hamil, ya ampun, saya sampai meneteskan air mata. /Good/