Almira Sadika, terpaksa harus memenuhi permintaan kakak perempuannya untuk menjadi madunya, istri kedua untuk suaminya karena satu alasan yang tak bisa Almira untuk menolaknya.
Bagaimana perjalanan kisah Rumah tangga yang akan dijalani Almira kedepannya? Yuk, ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Tak masalah," balas Ditto seraya ikut berdiri. "Ayo," lanjutnya, yang seketika membuat Almira mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Kemana??" tanya Almira bingung.
"Pulang. Bukankah Kau berkata akan pulang?" tanya Ditto balik, yang langsung di angguki oleh Almira. "Kalau begitu, ayo. Aku antar," lanjutnya.
"Tidak-tidak! Aku akan pulang sendiri. Aku tak ingin merepotkan siapapun, termasuk Kau, Ditto. Tidak," tolak Almira sembari terus menggelengkan kepalanya.
"Tak ada yang merasa direpotkan, Al... Lagi pula aku juga akan pulang," sela Ditto.
"Tapi... Bukankah Kau tengah bertugas di sini, mengapa pulang?" tanya Almira.
"Tugasku di sini sudah selesai. Dan tugasku setelah ini sepertinya akan lebih berat lagi. Apalagi setelah sampai jakarta nanti," ujar Ditto.
"Benarkah??" tanya Almira memastikan.
"Ya! Apa aku terlihat seperti pembohong dimatamu?!" ucap Ditto dengan tatapan pura-pura menyelidik. Padahal yang sebenarnya.. Dirinya berbuat demikian supaya Almira percaya.
Dan benar saja, Almira percaya, yang akhirnya pun ikut pulang bersamanya.
***
Di perjalanan, Ditto justru merasa bimbang. Bimbang bukan karena ada Almira saat ini disampingnya.. Justru dirinya sangat senang jika seandainya terus bersama Almira. Ditto bimbang disebabkan kredit card yang saat ini ada padanya. Kredit card yang dititipkan papa Steven kepadanya untuk Almira. Ditto bimbang bagaimana cara dirinya menyerahkan kredit card tersebut kepada Almira, tanpa harus tahu siapa pemilik yang memberikan kredit card tersebut.
Dan ditengah kebimbangan Ditto, tiba-tiba sebuah dering ponsel Mengejutkan dirinya, sehingga membuatnya yang sedikit tidak fokus menginjak rem secara mendadak. Beruntung tangannya dengan sigap menghalangi kening Almira yang hampir mencium dashboard didepannya. Beruntung juga tak ada kendaraan lain di belakang mobilnya.
"Ditto!" seru Almira. "Kau ini kenapa sih?! Hati-hati dong.. Ah!!" protesnya.
"Sorry-sorry, aku hanya terkejut dengan dering..." Ditto menghentikan sejenak ucapannya sembari meraih ponsel yang terus berdering di saku celananya. "Hah! Dasar ponsel sialan! Gara-gara ponsel sialan ini, hampir saja membuat celaka!" lanjutnya menggerutu dan dengan cepat menutup ponselnya kala melihat nama yang tertera di layarnya.
"Tak usah menyalah ponsel itu..! Jika Kau fokus, Kau tak mungkin terkejut sampai segitunya hanya karena dengan mendengar suara dering ponselmu itu!" sembur Almira sembari bersedekap tangan. "Sebenarnya apa yang membuatmu tak fokus?!" Almira men jeda sejenak ucapannya untuk memerhatikan ekspresi yang ditunjukkan Ditto. "Kau tentu masih ingat bukan.. Jika Kau saat ini tengah mengemudi?" lanjutnya.
Ditto hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal kala mendengar ucapan Almira yang tepat sasaran.
"Ya, kau benar, aku tengah memikirkan sesuatu," ucap Ditto membenarkan ucapan Almira.
"Jika boleh tahu, apa itu? Apa perihal rumah sakit?" tanya Almira penasaran. Karena dirinya tak ingin jika dirinya adalah salah satu penyebab tak fokusnya Ditto karena telah mengabaikan rumah sakit hanya demi mengantar dirinya, jika benar begitu adanya.
"Ah, bukan. Ini perihal lain. Bukankah aku mengatakan jika kedepannya nanti tugasku sepertinya akan lebih sulit? Itulah, itulah yang membuatku kepikiran," ujar Ditto.
"Benarkah? Bukan karena Kau meninggalkan pekerjaan dan tanggung jawabmu di rumah sakit??"
"Bukan...! Bukankah aku juga mengatakan tadi, jika pekerjaanku di sana sudah selesai?! Sudahlah, Kau jangan berpikiran yang aneh-aneh. Nanti aku pikirkan lagi bagaimana caranya tugasku ini bisa selesai setelah sampai di rumah," ucap Ditto seraya tersenyum.
Almira pun akhirnya diam usai mendengar ucapan Ditto.
Ting!
Terdengar beberapa suara notifikasi ponsel yang datangnya kembali dari ponsel Ditto.
Ditto pun kembali meraih ponselnya, dan mendapati beberapa pesan dari nomor dan nama yang sama dengan nomor dan nama yang melakukan panggilan suara namun diabaikannya tadi.
Sebelum melihat pesan tersebut, Ditto melirik samar Almira, dan ternyata Almira saat ini tengah menatap ke arah luar jendela. Ditto pun segera membuka dan membaca pesan tersebut.
[Kau dimana?]
[Cepat kembali, di sini sangatlah sibuk.]
[Aku kembali lebih awal, ada pekerjaan mendadak yang harus aku selesaikan secepatnya.] balas Ditto.
Baru saja terkirim, sudah ada balasan.
[Astaga Dokter Ditto yang terhormat! Kau kembali lebih awal?!!! Kau tahu sendiri jika di sini kekurangan tenaga, dan Kau justru kembali??? Keterlaluan!]
Ditto tak kembali membalas pesan dari rekannya itu, justru menonaktifkan dan kembali menyimpan ponsel tersebut ke sakunya. Ditto kembali menyalakan dan mengemudikan mobilnya, yang kali ini akan lebih hati-hati.
***