NovelToon NovelToon
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Kisah cinta anak SMA terhadap seorang dokter tampan yang baru saja dikenalnya di sebuah pesta ulang tahun temannya. Sonia demikian mabuk kepayang dan jatuh cinta pada dokter Monark, tanpa dia menyadari bahwa dia menjadi target sang dokter. Segala nasehat kakaknya tentang pribadi sang dokter, sama sekali tidak didengarkan. Tapi situasi bisa saja berubah. Bagaimana kelanjutan cinta Sonia dengan dokter Monark?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4 : MALAM MINGGU

Seminggu setelah pesta ulang tahun Shisi, Sonia sudah setengah melupakan Monark, walaupun kadang kadang mimpinya masih dihiasi saat saat berdansa dengannya, tiba tiba handphone yang diletakkan di atas nakas berdering membuat Sonia yang sedang bersantai di atas tempat tidur melonjak kaget.

    "Siapa sih pagi pagi begini ganggu orang aja?" Dengan malas Sonia beranjak mengambil handphone nya. Panggilan dari sebuah nomor tak dikenal (karena tidak ada dalam daftar kontaknya). "Siapa ya?" gumamnya sambil menaruh hp ditelinganya. Mendengar suara di seberang, tiba tiba air mukanya berubah. Dari jutek (karena memang belum mandi) menjadi berseri seri kayak anak kecil yang disogok permen setelah nangis berkepanjangan. Dengan napas terengah engah hampir putus dia lari ke luar kamar sambil berjingkrak.

    "Ada apa?" tanya kakaknya acuh tak acuh, sekedar ingin tahu penyebab kegembiraan adiknya.

    "Monark!" serunya bangga, sambil mengatur napas yang blingsatan hingga tidak terlihat olehnya Kirana kejang sesaat.

    "Mpnark yang mana?" tanyanya datar.

    "Monark yang aku kenal di pesta ulang tahun temanku. Dia ini sepupunya. Kami sempat dansa bareng. Orangnya begini deh! Kalah Michael Jackson! Malam minggu depan mau mengajak aku nonton bioskop."

    "Monark yang dokter?"

    Sonia menatap kakaknya dengan heran. "Eh, kau kenal dia juga?"

    "Kalau Monark yang dokter mungkin aku tahu. Tapi belum tentu orangnya sama. Demi kebaikanmu sendiri, aku harap saja bukan Monark yang aku tahu!" Kirana menghela napas dan kembali membaca diktat tebal di hadapannya.

    "Memangnya kenapa?" Sonia jadi ingin tahu dan menjatuhkan diri di samping kakaknya. Yang ditanya cuma menghela napas berat. Kirana kelihatan enggan sekali menjawab. Tapi Sonia memaksa. Akhirnya, setelah menghela napas sekali lagi, Kirana menyerah. "Monark yang aku kenal ini aku harap tidak kau dekati. Dia mudah tersinggung, mudah marah. Orangnya sensitif. Dia....dia.....ah, tak banyak yang bisa aku ceritakan. Soalnya aku juga tak begitu kenal sih. Tak baik bukan menjelekkan orang? Apalagi belum tentu dia orang yang telpon kamu tadi. Ah, sudahlah! Biarkan aku sendiri. Aku harus belajar untuk ujian nih!"

    Sonia mendesah, mengangkat bahu, kemudian berdiri sambil bersiul siul. Memang begitu model Kirana. Selalu tak mau terus terang. Tapi apa urusannya dengan dia? Monark bukanlah Monark yang tidak bisa didekati. Monark nya adalah manusia paling simpatik di seantero dunia.

    Sambil berdendang dan bersiul, Sonia kembali menghilang ke dalam kamarnya. Kirana mendengarkan tingkah adiknya dengan wajah cemas dan konsentrasinya buyar sudah. Sia sia dia berusaha mempelajari penyakit diabetes yang terbentang di depannya. Otaknya sudah buntu. Yang melayang di sana hanyalah gambar gambar lamunan masa lalu.

Ketika malam minggu tiba, sesuai dengan janjinya, Monark muncul. Bukan main bengkak hati Sonia, tak usah dibilang seberapa besarnya. Malah susah dibayangkan. Izin dari mama sudah diperolehnya dua hari sebelumnya.

    Ketika gadis itu mau meneteskan parfum ke belakang telinga, didapatinya botol sudah kosong. Wah, pikirnya. Terpaksa pinjam dari Kirana. Maka diketuknya pintu kamar kakaknya.

    "Kirana....," serunya. "Aku minta parfum dong." Tapi dari dalam tak terdengar jawaban. Hening. Sonia berlari ke kamar mamanya.

    "Ma, Kirana kemana? Kamarnya terkunci."

    "Entah. Dia tidak bilang mau ke mana. Barangkali tidur kelelahan karena habis belajar untuk ujian. Kau perlu apa?"

    "Parfum ku habis, ma."

    "Nah, mau nebeng pada kakakmu lagi? Sana, pakai parfum mama. Apa temanmu sudah datang?"

    "Sudah, ma! Ayo dong keluar, biar aku kenalkan."

    Sambil tersenyum, mamanya mengabulkan permintaan Sonia. Sonia gembira bukan main. Dilihatnya Monark menatap mamanya dengan penuh kagum. Dia tahu mamanya memang cantik, bekas ratu kecantikan di masa lampau. Ah, rasanya malam minggu ini akan membawa bahagia, pikir Sonia.

    Hari belum begitu gelap ketika mereka berangkat. Sonia memperhatikan mobil Monark dan hatinya berdetak. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Di situ terdapat stiker Ikatan Dokter Indonesia. Jadi benar, ini Monark yang dokter, pikirnya. Namun sedetik itu juga, senyum simpatik pria itu telah menggebah pergi lamunannya yang setengah matang. Sonia mengangkat bahu dan meluncur ke samping Monark.

    Udara sejuk dan cerah. Langit jernih tanpa awan, bening seperti kaca dilapisi tirai biru tua. Seakan alam memberikan restu untuk kencan pertama dua sejoli itu. Sayang sekali mereka terpaksa menonton pertunjukan sore karena ibu menuntut dia sudah harus kembali jam sepuluh. Memang kelihatannya kampungan, pikir Sonia dengan wajah merah ketika menyampaikan perintah itu pada Monark. Untung sekali laki laki itu tidak sedikitpun kelihatan mau tertawa atau kecewa. Ah, laki laki seperti ini pasti sudah sering keluar sampai malam. Sekarang dia terpaksa mengajak anak kecil yang harus pulang sebelum bintang bintang pergi tidur! Huh, memalukan jadi anak kecil, keluh Sonia.

    Seakan bisa membaca isi pikirannya, Monark menoleh dan mengajaknya tersenyum.

    "Murung? Kesal sebab harus pulang jam sepuluh? Itu normal untuk gadis gadis seperti kau! Perawan perawan manis yang terhormat memang tidak boleh kelayapan sampai larut malam! Nah, kau tak boleh cemberut. Setelah nonton nanti, kita makan, oke? kau mau dimana?"

    Di mana ya? pikirnya panik. Kalau papa di rumah, mereka pasti sering pergi makan di luar. Tapi kebanyakan restoran keluarga, yang mungkin sudah tua dan tidak cocok untuk pacaran. Papa selalu ingin ke sana, sebab masakannya selalu pas untuk lidahnya. Sekarang dia ditanya mau makan di mana! Tempat apa yang akan disebutkannya? Ah, menyesal tidak mengajak Shisi atau Zaza. Makhluk makhluk rakus itu pasti tahu tempat yang anggun, santai, redup redup, dan..... pokoknya serasi dengan keadaan.

    "Di mana saja deh," katanya akhirnya.

    Monark menoleh dan kembali tersenyum. "Kau menyerahkan pilihannya padaku?"

    Sonia mengangguk.

    Mereka masuk ke gedung bioskop dan Sonia menghabiskan sembilan puluh menit energi untuk melotot ke layar, tanpa melihat apa apa. Sonia sama sekali tak ingat film apa, ceritanya seperti apa, bintang filmnya siapa. Yang diingatnya hanyalah tangan Monark di atas tangannya, dan pipi Monark melekat di pipinya.

    Saat pertunjukan selesai, dengan tidak sabar mereka menerobos ke luar gedung, di kejar perut yang mulai lapar. Dengan mulus mobil Monark meluncur ke tempat tujuan, sebuah restoran kecil yang temaram di antara pohon pohon perdu dan musik yang lembut mengayun hati.

    Sonia kembali blackout. Dia tidak bisa ingat apa yang dimakannya, berapa macam yang di pesan dan bagaimana rasanya. Dia cuma ingat dan terpukau pada Monark yang duduk di depannya.

    Sampai sukar rasanya dia menelan makanan dan minuman. Belum pernah ada cowok segagah dan sedewasa ini mengajaknya kencan elegan begini. Biasanya paling paling dengan komplotan Idham, beramai ramai, sekaligus satu batalyon. Dan setelah es jeruk dan gado-gado atau mie ayam resmi di telan tenggorokan (mereka tentu cuma berani masuk resto kelas anak SMA, tak pernah masuk resto temaram yang di desain khusus untuk yang mau pacaran dengan suasana temaram serta musik live show), maka selalu ada keributan. Siapa yang harus bayar. Kebanyakan pada ogah. Tak di kenal sukarelawan-membuka-kocek.

    Tapi sikap Monark betul betul sempurna. Begini lembut, begitu penuh perhatian, dan pasti tak akan memintanya bayar separuh rekening atau bahkan split bill. Karena itu tasnya juga cuma berisi lipstik, bedak, bolpen dan sejenisnya.

    Ah, untung Shisi dan Zaza tidak ikut. Jadi perhatiannya tidak usah di bagi tiga! Ah, betapa mata itu memukau! Setiap pandangnya seakan mengelus dan membelai pelupuk hatinya, membuat kuncup kuncup yang lelap selama ini mulai menggeliat ingin merekah. Inikah yang di sebut cinta, pikirnya senewen dan bangga. Hatinya debar debur terus sejak keluar dari bioskop. Belum pernah dia bertemu dengan laki laki seperti Monark.

    Sejenak Sonia membayangkan Idham. Lalu dibandingkannya dengan lelaki yang saat ini duduk di depannya. Mau tak mau dia harus tersenyum. Alangkah jauh bedanya! Ibarat Avanza dengan Mercy keluaran terbaru.

    "Ada yang lucu?" sergap Monark tiba tiba, melihat senyum yang misterius. Sonia gelagapan. Jantungnya lari ngibrit seperti mobil balap.

    "Ah, oh! Ti....dak!"

    "Lantas, kok tertawa?" desak Monark. Sonia teringat ucapan kakaknya. Ramon yang dokter itu amat sensitif. Apakah dia takut ditertawakan? Mana berani lah aku, oh, dewa!

    "Aku ingat teman teman sekelas......."

    "Kau tahu Nia, kau mirip sekali dengan seseorang!" Suaranya pelan, hampir berbisik dan Sonia nyaris pingsan saking tergetar hatinya. Mirip seseorang! Mirip siapa? Mirip eks pacar! atau mirip Ki..... oh, jangan, Ma!

    Sonia memanti dengan tegang penjelasannya. Semenit. Dua menit. Dia hampir tak tahan dipandangi terus seperti itu. Lebih tak tahan lagi menahan rasa ingin tahu "mirip siapa". Ketika dia merasa ingin menjerit, Monark menghela napas, menunduk, lalu memutar mutar gelasnya.

    "Ah," keluhnya ketika mengangkat kembali kepalanya, menatap Sonia. "Kau begini lugu, begini menarik dan manis. Aku tidak seharusnya membawamu kemari! Aku tidak seharusnya mendekatimu!"

    Monark kembali melenguh seperti kerbau di depan rumah potong hewan. Wajahnya sejenak muram.

    "Oh, tapi aku senang sekali kau dekati, Monark," cetus Sonia dengan antusias, tanpa sedikitpun melihat perubahan air muka Monark. "Kawan kawanku pasti akan menjadi hijau karena iri!"

    Monark memaksakan sebuah senyum sayu yang terlihat oleh Sonia amat romantis. "Itu karena kau dan kawan kawanmu masih amat lugu!"

    "Kau akan mengajak aku nonton lagi, bukan?" pintanya setengah panik. Kalau cuma untuk sekali ini saja, wah dewa, pasti teman teman akan meledek. Dan tak akan bisa membuat Idham sakit hati. Dia malah akan tertawa ngakak, lalu mungkin mengusirnya dari pintu rumah seperti anjing gembel. Dengan Shisipun hubungan bisa retak.

    "Kau ingin pergi lagi denganku?" tanya Monark halus seraya menyentuh jemari gadis itu di tengah meja. Sonia mengangguk dengan penuh semangat. Monark tertawa lebih lebar.

    "Baiklah. Nanti kalau aku tidak jaga malam ya."

    "O, ya, kau betul dokter ya? Aku tahu dari....." Nalurinya membuat Sonia menghentikan kalimat itu. Untung sekali Monark tidak menyadari, sebab sibuk memotong daging. Tak ada gunanya membawa bawa nama Kirana. Salah-salah, nanti Monark ingin berkenalan! Rejekinya bisa melejit ke tangan kakaknya. Hiii, bukannya dia tidak sayang pada Kirana, tapi ini kan kesempatannya yang pertama dan yang paling bagus. Kirana kan sudah anak fakultas kedokteran, kesempatannya pasti juga bejibun. Tapi kalau dia lebih suka pacaran dengan diktat, ya salah sendiri kalau tidak sempat kenal dengan Monark!.

1
Siti Khalimah
beneran tamat ni???
julius: Baca karyaku yg terbaru ya kak? Ketika Secuil Cinta itu Tumbuh. Terima kasih 🙏🙏🙏
julius: iya kak hehehe. Tunggu cerita berikutnya ya? Tidak kalah menarik kok. Jangan berhenti dukung author ya? 🙏🙏🙏
total 2 replies
Siti Khalimah
eh tambahdeh penggemar sonia
julius: dukung terus ya kak 🙏
total 1 replies
Siti Khalimah
moga kirana balikan sama ? monark
julius: sabar ya kak? up date nya sedang dikerjakan 🙏
total 1 replies
Siti Khalimah
uhh sakit
Siti Khalimah
ok semangatttt
julius: terima kasih kak
total 1 replies
Siti Khalimah
waduh gawat!!!!dendam den#am
Siti Khalimah
lanjuuutttt
Siti Khalimah
kenapa langsung kecantolya sonia?
julius: Hehehe, mungkin karena cinta monyet ketemu karisma dokter ganteng kak. Mohon terus dukung author ya kak...
total 1 replies
Morna Simanungkalit
tetap semangat ya thor
julius: Terima kasih. Terus dukung ya kak....
total 1 replies
Sunshine🤎
Semangat trs untuk authornya. 1🌹 for you sering² interaksi dan tinggalkan jejak di karya author lain dan promosiin karyamu Thor /Ok/
julius: Terima kasih. Dukung kami terus ya kak 🙏🙏🙏
total 1 replies
°·`.Elliot.'·°
Gila seru!
julius: terima kasih. dukung terus ya kak 🙏
total 1 replies
Haruhi Fujioka
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
julius: Sabar ya kak, tiap saat pasti di update koq. Terima kasih dukungannya 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!