"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Ketumpahan air panas
"Bella, Bangun!"
Adam mengguncang lengan Bella padahal istrinya itu masih mengarungi alam mimpi. Bella terbangun memijit pelipisnya.
"Ada apa mas?" tanya Bella.
Matanya berusaha menyesuaikan cahaya lampu. Jam weker di dekat lampu tidur menunjukan pukul setengah dua subuh.
"Gue lapar. Buatin makanan," ujar Adam tanpa perduli pada wajah pucat Bella.
Ia berbicara sambil memainkan ponselnya. Menyandar di kepala ranjang. Semalam, Adam memang mengompres kening Bella. Namun hanya satu kali, setelahnya lelaki itu ketiduran.
Mendengar perkataan Adam, Bella beringsut perlahan ke pinggir ranjang. Menguatkan diri.
"Mau dibikinin apa mas?"
"Mie instan aja plus telurnya. Jangan lama."
"Nggak mau nasi goreng?" tawar Bella.
Heran saja, Adam biasanya sangat menyukai masakannya.
"Lo tuli? Ada gue bilang nasi goreng?"
Bella mengangguk. Adam mulai ngegas.
"Tidak, Mas."
"Pinter! buat sana."
Bella memutar kenop pintu tapi Adam kembali berbicara.
"Susunya jangan lupa," tambah Adam masih fokus pada ponselnya.
"Iya, Mas," patuh Bella.
Sangat tahu, suaminya itu penyuka susu coklat.
Di ruangan dekat dapur, langkah Bella memelan. Mendengar suara spatula beradu dengan wajan. Ada seseorang tengah beraktivitas di dapur.
"Siapa yang memasak larut malam seperti ini? Tidak mungkin para maid. Ini belum jam mereka bangun," heran Bella.
Pelan-pelan kakinya kembali melangkah kembali.
Bella tertegun, mengintip di balik pintu dapur.
"Kak Leo?"
Orang yang Bella bicarakan, tengah sibuk mencuci sawi. Pundak lebar nan putih Leo bersinar di terpa lampu dapur.
Ya, Leo bertelanjang dada. Celananya semalam sudah berganti celana training hitam. Leo begitu luwes memasak meski tetap berada di kursi rodanya.
Bella tahu, kakak iparnya itu walau memiliki kekurangan namun selalu berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Termasuk urusan perutnya. Selagi bisa dan ada waktu, Leo akan mengurus dirinya sendiri.
"Sudah puas mengintip ku?"
Deg!
'Berarti dari tadi, kak Leo tahu aku mengintipnya? Astaga, memalukan sekali. Padahal maksud ku tidak begitu,' batin Bella.
"Maaf kak, tadi aku kira orang lain ... itu ... aku ingin memasak," jawab Bella terbata. Keluar dari persembunyiannya.
Leo memperhatikan Bella dari pantulan kulkas. Ya, dari sana Leo mengetahui kepala Bella yang menyembul itu.
"Kau lapar?" tanya Leo tanpa berbalik.
Kedua tangan Leo berusaha memindahkan nasi goreng buatannya di atas piring.
Bella melihat itu, segera mendekat. Ingin membantu Leo.
"Biar aku bantu kak."
"Tidak usah," ketus Leo menepis tangan Bella.
Ia paling benci di kasihani.
Bukan Bella namanya, jika tidak keras kepala. Wanita itu memang tidak bisa melihat orang lain kesusahan.
"Aku tidak mengasihani kakak. Aku hanya ingin membantu," ucap Bella. Kepalanya menunduk.
Leo akhirnya mengalah. Dia sedikit bergeser, tapi Leo heran, Bella terus menunduk bahkan sampai menghidangkan sepiring nasi goreng di atas meja tepat di hadapan Leo. Bella juga dengan murah hati membuatkan Leo susu khusus untuk tulang yang sering Leo konsumsi.
"Kenapa kau terus menunduk?"
"Tidak apa-apa kak." Bella menggeleng. "Silahkan nikmati makanan kakak. Aku masak dulu."
Jawabannya karena Leo tidak mengenakan kaos. Bella tidak nyaman, apalagi mereka hanya berdua.
Jangan pikir, Bella melupakan apa yang sudah terjadi di antara mereka. Geraman seksi Leo di telinga nya masih bisa Bella dengar.
'Ya Tuhan, Ampuni aku.' Bella merasa sangat berdosa.
Bella terkejut, tangannya dicekal oleh Leo. Segera Bella melepaskannya.
"Kakak ingin apa lagi?"
Leo menyorot Bella dengan mata tajamnya. Tubuh Bella masih lah panas.
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Pertanyaan yang mana?" Dahi Bella berkerut bingung.
"Apa kau lapar?" tanya Leo.
Karena nasi gorengnya tadi masih bersisa cukup banyak di wajan. Leo tidak keberatan membaginya untuk Bella.
Adik iparnya itu menggeleng. Jelas saja membuat sebelah alis Leo menukik tajam.
"Lalu, kenapa kau ingin masak?"
"Mas Adam yang lapar kak. Dia minta di buatkan mie instan."
Bella melihat Leo terdiam. Melanjutkan kembali tujuan awalnya. Tanpa Bella sadari, disela suapan Leo. Pria itu menatap Bella rumit.
'Terbuat dari apa hatinya? Dikasari, tapi dalam keadaan sakit tetap mengutamakan orang lain. Dasar bodoh!' batin Leo.
Bella memindahkan mie dalam mangkuk kaca namun matanya masih berkunang-kunang membuat Bella tanpa sengaja menumpahkan sisa kuah mie tersebut di tangannya sendiri.
"Aww!" pekik Bella mengibas-ibaskan tangannya yang langsung memerah.
Leo cepat menjalankan kursi rodanya ke arah Bella.
"Berikan tanganmu."
Bella tentu menolak. Tidak tahu saja, di balik wajah datar Leo, pria itu khawatir pada Bella.
"Aku tidak apa-apa kak. Ini--"
"Bisa tidak jangan keras kepala?! Kulitmu bisa langsung melepuh. Jika tidak ditangani dengan benar!" bentak Leo.
"Tidak kak, aku bisa menanganinya sendiri. Lebih baik kakak lanjutkan makan--"
Leo gemas menarik Bella kuat hingga jatuh ke pangkuannya. Kursi roda Leo berjalan otomatis menuju wastafel.
"Kak, jangan seperti ini."
Bella sangat tidak nyaman. Jantungnya saja, serasa akan berpindah tempat.
Leo fokus membasuh punggung tangan Bella yang memerah. Leo gosok lembut dengan tangan besarnya. Posisi keduanya masih ambigu.
"Aku tidak memperkosa mu. Jadi diam lah!" balas Leo mengeringkan tangan Bella dengan tisu.
'Sudah memperkosa lebih tepatnya,' balas Bella dalam hatinya.
"Duduk disini, jangan kemana-mana!" perintah Leo saat Bella mendudukkan dirinya di kursi kayu meja makan. Pria entah pergi kemana, tapi balik-balik, kotak obat berada di pangkuan Leo.
Keduanya duduk dengan jarak begitu dekat. Bella akan mundur namun Leo menahan tangannya. Kakak iparnya yang dingin itu begitu telaten mengoles salep di tangan kurus Bella.
"Kak, ini terlalu dekat," protes Bella.
Takut, jika nanti ada orang yang melihat mereka. Apalagi, jika Adam di pergoki Adam. Bisa terjadi salah paham.
"Jangan orang lain terus yang kau perhatikan. Lihat tanganmu kurus kering. Makanlah yang banyak," nasehat Leo.
Tidak perduli protes Bella.
"Sudah." Leo mengemas kotak obatnya.
"Terimakasih kak," ucap Bella sambil beranjak dari duduknya.
"Mau kemana lagi?"
'Kenapa kak Leo kepo sekali sih?' gerutu Bella dalam hati. Aneh saja pada mulut cerewet Leo.
"Mau membuat mie lagi, kak. mas Adam pasti sudah menunggu."
Leo menghela napas kasar. Menurutnya, Bella ini bukan baik tapi bodoh. Mana ada suami yang tega menyuruh-nyuruh istrinya yang sedang sakit.
Kecuali, laki-laki itu hanya memanfaatkanya. Contohnya, kasus Bella ini. Leo tahu, Adam tidak mencintai Bella. Sayangnya, Bella terlalu kuat hingga mampu bertahan.
"Dimana otakmu? Kau ingin membuat tanganmu melepuh kembali. Lagi, suamimu itu benar-benar tidak berguna. Bisanya menyusahkan saja."
Bella menggeleng tidak setuju. Baginya, itu memang tugasnya sebagai seorang istri.
"Sudahlah kak. Jangan bawa-bawa mas Adam. Tadi itu kesalahanku sendiri."
Leo berdecak kesal. "Memang otakmu itu tidak normal. Pantas saja, kau mudah dibodohi."
"Kejam sekali," bibir Bella mengerucut tak suka.
Leo membawa sepiring lagi nasi goreng dengan tidak ikhlas. "Itu bawa untuk suami tercintamu."
"Tapi kak--."
"Bawa itu, Bella! Atau besok aku suruh maid membakar semua bungkus mie dalam lemari itu!"
Bella berat hati mengangguk. Namun ia tak kunjung pergi. Bella takut, Adam marah padanya, karena sesuatu yang laki-laki itu minta tidak boleh di bantah.
Keduanya sama-sama hening. Leo dengan kekesalan menggunung pada Bella.
'Shit! Ada apa denganku? Kenapa aku harus khawatir pada wanita ini?' pikir Leo aneh pada dirinya sendiri.
Setelah kekesalannya perlahan pudar. Leo membuka suaranya.
"Kau sudah meminum pil yang aku berikan?" tanya Leo sedikit lembut.
"Pil apa maksudnya?" tanya seseorang di ambang pintu pembatas dapur dan ruang tamu.
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️