Allansyah seorang anak angkat di Keluarga Nicolas harus terjerat cinta dengan Adik angkatnya, Michaela Nicolas. Berbagai upaya menolak perasaannya untuk tidak mencintai Michaela, namun upayanya selalu gagal. Apalagi Michaela selalu menggoda dan menggodanya, agar tidak mengecewakan orang tua angkatnya, tapi nyatanya perasaan itu tumbuh dan semakin tumbuh.
Di saat Cinta membara di hatinya, perasaannya di ketahui oleh kedua orang tua angkatnya, membuatnya di tolak oleh kedua orang tua Michaela. Hancur, sangat hancur dan akhirnya dengan terpaksa demi membuang perasaan salahnya, Allan pergi dari kediaman Nicolas.
Kepergian Allan dari kediaman Nicolas membawanya mengingat siapa jati dirinya. insiden saat tak sengaja melihat sebuah tato di lengan seseorang mengingatkan akan ingatannya yang sempat hilang. Dan ternyata dirinya adalah pewaris tunggal Keluarga Georlando.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saadahrafael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Bab 4.
Agam yang melihat Allan tersenyum kecil melihat layar ponselnya, mengerutkan kening. Agam penasaran apa yang membuat Allansyah Nicolas sampai menunjukan senyuman itu. Jiwa keponya meronta-ronta ingin tahu, sebenarnya siapa yang sedang chatan dengan temannya ini.
Agam memberi kode pada temannya yang lain untuk melihat apa yang dilakukan Allan. Julian, Nick dan lainnya mencoba mengintip, ingin tahu juga apa yang dilakukan Allan.
Allan yang merasa di perhatikan menoleh, dan benar saja teman laknatnya itu sedang kepo dengan urusan pribadinya.
"Apa kalian tidak tahu jika saat ini masih jam pelajaran?"
"Jangan marah, kami hanya sedikit penasaran dengan apa yang kamu lakukan."
"Apa yang dilakukan mereka diketahui oleh Dosen muda itu, membuat mereka terkena teguran karena mengobrol di dalam ruangan.
Tak terasa waktu jam kuliah pun berakhir, Allan dan yang lainnya keluar dari kelas untuk pulang. Mereka menuju parkiran untuk mengambil kendaraan mereka masing-masing.
"Nanti malam bagaimana kalau kita ke Club? Sepertinya sudah lama kita tidak kumpul bareng dan bersenang-senang,"
"Ok," jawab Julian dan lainnya tapi tidak dengan Allan yang diam saja, duduk di atas motor dan sibuk dengan HPnya.
Mereka semua melihat ke arah Allan dan saling pandang. 'Ada apa dengannya?'
"Bagaimana dengan mu Al?" Tanya Arhan
Allan yang ditanya menatap mereka dan menggeleng. "Aku sibuk,"
"Sibuk?"
"Aku pergi dulu." Allan memakai Helmnya dan pergi meninggalkan mereka semua yang bingung dengan sikap Allan hari ini.
"Ada apa dengan anak itu?"
"Mungkin sedang PMS," jawab Agam asal.
****
Malam hari di kediaman Nicolas
Ting….
Sebuah pesan masuk di ponsel Allan.
[Malam ini Tuan meminta anda untuk datang. Katanya ada sesuatu hal penting yang ingin dibicarakan kepada anda.]
Allan yang membaca pesan itu diam tanpa ekspresi, wajahnya terlihat datar. Pria itu menghubunginya pasti memang ada suatu hal yang sangat penting untuk dibicarakan.
Tanpa menjawab pesan itu Allan meraih jaketnya dan pergi, tidak lupa juga Allan mengambil kunci mobilnya.
Allan turun dari lantai dua. Saat di ruang tamu, Fernandes yang melihat Allan sepertinya hendak pergi menghentikan langkahnya. "Mau kemana?"
"Ngumpul bareng teman-teman, Pa."
"Jangan pulang larut malam dan jangan melakukan hal yang aneh-aneh,"
Allan mengangguk dan pergi. Fernandes yang melihat kepergian Allan, kemudian menyeruput kopinya kembali.
Allan kini tiba di sebuah bangunan mewah dan megah. Beberapa penjaga yang melihat kedatangannya membungkuk hormat, memberi salam.
Allan nampak acuh tidak memperdulikan mereka. Di depan pintu seorang pria yang lebih tua dari usianya menyambut kedatangannya, membungkukkan sedikit tubuhnya, memberi hormat. "Selamat datang Tuan muda,"
"Dimana dia?"
"Beliau ada di kamarnya Tuan. Mari ikut saya."
Allan mengikuti pria itu menuju tempat dimana seseorang ingin bertemu dengannya. Sebenarnya Allan begitu malas bertemu dengan pria ini. Jika bukan karena sebuah ancaman yang akan merugikan keluarganya, Allan tidak sudi datang di rumah megah namun mengerikan ini.
"Silahkan Tuan," Pria yang memiliki nama Varen membukakan pintu kamar, mempersilahkan Allan untuk masuk menemui Tuannya.
Allan menghela nafas dan masuk ke kamar yang memiliki ruangan yang sangat luas. Di Kamar itu terlihat seorang pria sedang berbaring diatas ranjang dengan selang infus dan alat bantu pernapasan untuk memperpanjang kehidupannya.
Allan berjalan mendekati, menarik kursi dan duduk di samping pria tua itu, menatapnya dengan pandangan datar dan dingin.
"Ada apa menghubungi ku? Waktu ku sangat berharga untuk sekedar mengunjungi mu. Lebih baik cepat katakan apa maumu meminta ku untuk datang," ucap Allan dengan nada dingin.
Pria tua yang sedang berbaring itu tersenyum kecil mendengar apa yang dikatakan Allan. Sudah biasa baginya mendengar kata-kata tidak enak di dengar dari mulut pemuda ini. Tapi semua itu tidak penting, baginya menjadikan Allan sebagai penerusnya adalah sesuatu hal yang lebih penting. Dia harus memaksa agar Allan menyetujui kemauannya.
"Kau masih saja seperti ini."
"Aku tidak akan berubah sampai kau berhenti mengancam ku."
Pria itu terkekeh, "Aku tidak akan mengancam mu jika kau menurut padaku,"
"Aku tidak mengenalmu, tapi kenapa kau terus saja melakukan hal ini pada ku. Jangan menguji kesabaran ku sialan! Aku bisa membunuhmu saat ini juga,"
"Tentu saja kau bisa membunuh ku yang tua dan lemah ini. Tapi ingat, setelahnya maka kau akan kehilangan keluarga mu itu. Terutama gadis manis dan cantik mu itu."
"Jangan berani kau menyentuhnya. Aku tidak akan melepaskanmu,"
"Kalau begitu turuti perintah ku, maka anak buah ku tidak akan menyentuh keluarga mu."
"Apa yang kau inginkan dari ku?"
"Jadilah pengganti ku. Setelah aku mati kau harus berjanji menjadi penerus ku,"
"Tidak akan,"
Pria tua itu diam, kemudian memanggil Varen lewat tombol yang ada di ranjangnya. Tidak lama kemudian Varen masuk dengan membawa sebuah berkas di tangannya.
"Tuan," sapa Varen menundukkan kepalanya.
Pria tua itu mengangguk kemudian menatap Allan. "Aku tidak ingin penolakan. Jika kau tetap menolaknya, Varen akan melakukan apa yang kuperintahkan. Membunuh semua keluarga tersayang mu itu."
"Jangan berani menyentuh keluarga ku sialan!"
"Aku tidak peduli. Varen serahkan berkas itu padanya, minta dia menandatangani. Jika dia tetap menolak, bunuh semua keluarga Nicolas." Perintahnya pada Varen.
"Baik Tuan," Varen mendekati Allan yang menatap Tuan besarnya dengan tajam. Tanpa berkata Varen menyerahkan berkas tersebut.
Allan yang melihat mengambil dengan kasar dan membukanya, membaca satu demi satu kata yang tertulis di atas kertas putih itu.
"Bajingan sialan!"
"Tandatangani berkas itu, maka semuanya akan baik-baik saja."
Dengan terpaksa Allan melakukan apa yang diinginkan pria tua itu dan akhirnya dirinya resmi menjadi penerus pria tua yang tidak ada hubungan sama sekali dengannya.
Bermula karena pria itu tertarik dengannya saat dirinya berusia 15 Tahun, membuatnya menginginkan dirinya menjadi penerusnya.
Kala itu saat dirinya berkelahi dengan beberapa orang karena berani mengganggunya di jalan, membuat pria tua itu yang tidak sengaja melihat tertarik padanya. Apalagi saat itu dirinya dengan berani melawan beberapa orang dan mengalahkan mereka semua.
Aksi yang dilakukan saat itu membuat pria itu menyelidiki dan berakhir mengancam dirinya menggunakan keluarga Nicolas. Jika dirinya tidak mengikuti apa yang diinginkan pria itu, maka Michaela yang selalu bersamanya akan mendapatkan sesuatu yang tak terduga.
Dirinya yang saat itu masih muda tidak berpikir panjang dan langsung menyetujui semuanya demi melindungi keluarganya. Dan akhirnya semua itu berakhir membuat dirinya terjerat dengan seorang yang memiliki nama Levi Smit. Seorang ketua kelompok dunia bawah yang disegani.