Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - Selalu Ada
"Stop!" Teriak seorang laki-laki yang ingin melerai perkelahian Indah dengan Eva.
Keduanya bergeming, baik Indah ataupun Eva tidak ada yang mau mengalah atau menghentikan perkelahiannya, walaupun sudah ada seseorang yang berteriak ingin melerai mereka
Laki-laki itu pun berjalan menuju arah dimana terjadi perkelahian. Dengan cepat dia pun melerai Eva dan Indah.
"Berhenti! Apa yang kalian lakukan?!" Ucapnya.
"Yoga?" Ucap Indah yang melihat cowok incarannya datang ke hadapannya. Seorang ketua OSIS dan most wanted yang paling dikagumi di sekolahan. Dengan cepat dia pun merapikan pakaiannya dan rambutnya yang sudah tampak kusut.
Sementara Eva sama seperti Indah, dia juga merapikan penampilannya. Dengan baju dan rambut yang sudah basah. Didampingi oleh dua sahabatnya.
Laki-laki yang dipanggil Yoga pun melirik Eva sekilas, lalu melepas jaket yang dipakainya.
"Eh?" Eva terkejut saat sebuah jaket sudah terpasang di tubuhnya. Dia pun menatap Yoga.
Yoga tersenyum. "Pakai saja, bajumu basah." Ucapnya.
Indah pun tersulut api amarahnya. "Yoga! Ngapain sih kamu peduli sama ni cewek udik? Lihat, bajuku juga basah. Ini semua gara-gara dia." Ucap Indah menyalakan Eva.
"Bener tuh!" Siska juga membenarkan ucapan Indah sahabatnya.
Grace pun maju. "Kalian berdua yang memulainya, jangan melempar kesalahan kepada orang lain!" Ucap Grace yang emosinya sudah meluap-luap.
Yoga terlihat sangat kesal mendengar penuturan dari Indah. Dan Siska. "Cukup! Aku yakin kalian lah yang duluan mengganggu Eva. Karena Eva tidak mungkin membalas perlakuan kalian jika memang tidak melewati batas!" Sentak Yoga.
Mendengar perkataan Yoga yang lebih membela Eva membuat Indah semakin geram.
"Tunggu pembalasanku, udik! Akan kulaporkan kau ke guru BK!" Ucap Indah, lalu berlalu pergi meninggalkan tempat kejadian.
Kini tinggallah Eva, Mitha, Grace dan Yoga yang masih berada di tempat kejadian. Kerumunan yang menyaksikan perkelahian mereka pun sudah dibubarkan oleh Yoga.
"Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Yoga kepada Eva. Dan dijawab dengan gelengan kepala.
"Yoga! Gue cariin dari tadi, ternyata lo disini. Sana gih lo dipanggil sama Pak Harto." Teriak Robby sahabat Yoga dengan nafas tersengal-sengal karena sehabis berlari.
"Oke! Va, gue duluan ya." Ucap Yoga lalu pergi dari sana.
*
Mitha dan Grace pun membawa Eva ke kamar mandi untuk mengganti bajunya yang basah.
"Bagaimana nih, bajumu basah loh Va. Mana hari ini aku gak ada bawa baju ganti lagi." Ujar Mitha khawatir.
Eva hanya tersenyum. "Gak papa kok, jangan khawatir deh." Ucapnya.
"Ini semua gara-gara si token Indih*me. Dia perlu diberi pelajaran, kalo gak makin dibiarkan makin semena-mena dia!" Ucap Grace yang masih emosi.
"Bener tuh! Untung tadi ada si ketos, kalau gak mungkin sudah berakhir ke ruang BK." Mitha menimpali ucapan Grace.
Eva mengangguk. "Bener, Yoga tadi sudah membantuku, nanti aku akan mengucapkan terima kasih kepadanya." Ujar Eva.
Yoga Hendrawan, merupakan teman dekat Eva dari SD, sampai SMA. Mereka menjadi teman karena ibu dari Yoga merupakan salah satu pelanggan di kios mamanya. Dulu mungkin mereka bisa satu kelas namun, sekarang di SMA dia dan Yoga satu sekolah tapi beda kelas.
Sebenarnya Eva sendiri sudah menyukai Yoda dari SMP namun, dia pendam dan tidak berani mengungkapkannya. Itu karena Eva merasa minder karena Yoga orang kaya dan dia sendiri kebalikannya. Selain itu, Eva tidak merasakan Yoga menaruh hati kepadanya.
Karena itu, Eva lebih memilih di zona nyamannya. Menjadi teman daripada kekasih. Karena dia tidak ingin pertemanannya hancur jika dia mengungkapkan perasaannya.
*
Eva, Mitha dan Grace pun sudah keluar dari kamar mandi. Tapi seseorang menghentikan langkah mereka.
"Permisi, kamu Eva kan? Kamu dipanggil menghadap ke ruangan BK." Ujar salah satu siswa memberitahu. Eva pun mengangguk.
"Perlu aku temenin gak?" Tanya Mitha.
"Gak usah, aku bisa sendiri kok. Lagipula sebentar lagi bel masuk, aku gak mau mengganggu pelajaran kalian." Jawabnya.
Mitha menghela nafasnya, karena akan sia-sia jika berdebat dengan Eva. Karena dia orangnya agak keras kepala. "Jika ada apa-apa kasih tau aku ya." Ujarnya.
"Bener, kasih tau aku kalo token Indihome itu berulah lagi." Grace menimpali.
Eva mengangguk-anggukkan kepalanya. "Hem, terimakasih ya kalian selalu ada buat aku." Ucap Eva sedikit terharu.
"Hey, kita ini sahabat sejati kan? Jadi kami akan selalu mendukungmu." Ujar Grace. Sementara Mitha hanya mengangguk kepalanya dengan senyum yang ditujukan kepada Eva.
Bersambung…..