NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:256.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 4.

Pukul satu siang, Inara tersentak dari tidurnya. Matanya tiba-tiba memerah, bibirnya pucat pasi setelah mengalami mimpi buruk yang cukup menakutkan.

Di mimpi itu jelas terlihat ada seorang pria bertato mendekatinya, sama persis dengan pria yang dia lihat di klub semalam. Meski malam tadi dia dalam pengaruh obat, tapi dia yakin sekali bahwa itu adalah pria yang sama.

Mendadak jantung Inara berdegup kencang, dia menatap sekelilingnya dan hanya melihat Aksa yang tengah terlelap di atas sofa. Inara kemudian mengusap wajahnya dengan kasar, sekilas Aksa terlihat mirip dengan pria tersebut. Hidungnya, rahangnya, bahkan bulu-bulu halus di pipinya itu.

Apa mungkin pria itu adalah Aksa? Tapi manik mata mereka jelas berbeda, Aksa tidak memiliki tato di punggung tangannya. Mana mungkin mereka berdua merupakan pria yang sama?

Inara memalingkan pandangannya, kemudian menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Aksa membuka matanya perlahan, seringai tipis melengkung di sudut bibirnya melihat air muka Inara yang sangat membagongkan. Sejak tadi dia sama sekali tidak bisa tidur, matanya terus memandangi Inara tanpa henti. Saat Inara terbangun, disitulah dia bergegas menutup matanya.

Inara turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi. Dia segera membersihkan diri tanpa sadar dirinya tidak membawa pakaian ganti. Selesai mandi, barulah dia tersadar dan menepuk keningnya dengan kasar.

"Dasar gadis bodoh, bagaimana cara keluar kalau begini?" gumam Inara merutuki kebodohannya sendiri, bibirnya seketika mengerucut.

"Semoga saja bajingan itu belum bangun," imbuh Inara, kemudian membuka pintu dengan pelan.

Inara meninjitkan kaki agar langkahnya tidak terdengar oleh Aksa. Lagi-lagi dia harus menepuk jidatnya saat menyadari bahwa dirinya tidak memiliki pakaian sama sekali. Lalu bagaimana mungkin dia berpenampilan seperti itu di hadapan Aksa? Hanya bermodalkan handuk tentu saja membuatnya merasa sangat malu.

Tanpa Inara sadari, ternyata Aksa tengah membulatkan matanya dengan sempurna. Benar-benar pemandangan indah hingga membuat dada Aksa berdenyut ngilu. Keringat di dahinya mengucur deras memandangi kulit dada Inara yang putih dan mulus, belahan dada gadis itu membuat Aksa kesulitan meneguk air liurnya.

Ditambah lagi kaki jenjang Inara yang ramping dengan kedua paha yang benar-benar mulus tanpa cacat, pinggulnya yang berisi melekat erat pada handuk yang membelit di tubuhnya. Hal itu membuat sekujur tubuh Aksa merinding, baru kali ini dia dihadapkan dengan situasi sesulit ini.

Aksa memejamkan matanya dan berusaha mengatur nafas, sekuat hati dia mencoba menahan diri agar tidak terpancing melihat pemandangan itu.

"Tenang Aksa, jangan terpancing! Ingat, dia itu adikmu! Mana mungkin kalian boleh melakukan itu?" Aksa mencoba menenangkan diri, sungguh situasi yang sangat rumit baginya. Dia lebih memilih dihadapkan dengan seratus orang musuh dari pada harus dihadapkan dengan gadis itu.

Inara yang sudah kelimpungan akhirnya memilih naik ke atas kasur dan membungkus tubuhnya dengan selimut, kemudian menatap Aksa yang masih meringkuk di atas sofa.

"Kak..."

"Kak Aksa..."

"Kak, bangun Kak!"

Inara terpaksa membangunkan Aksa, tidak ada cara lagi selain meminta bantuan pada kakaknya itu karena pergerakannya benar-benar terbatas dalam keadaan seperti ini.

"Kak..." panggil Inara lagi.

Aksa merentangkan tangannya sembari menggeliat seolah-olah dia baru terbangun dari tidurnya. "Apaan sih? Berisik aja dari tadi," Lalu Aksa membuka matanya. "Kenapa tubuhmu dibungkus begitu?" imbuhnya dengan kening mengkerut.

"Kak, tolong bantu aku! Aku tidak punya pakaian," keluh Inara di dalam balutan selimut tersebut.

"Hah..." Aksa pura-pura terkejut dan membulatkan matanya dengan sempurna. "Kau tidak pakai baju?" tanyanya.

Inara menganggukkan kepalanya, pipinya merona merah menatap wajah sang kakak. Sebenarnya dia sangat malu mengatakan itu, tapi apa yang bisa dia lakukan. Kepada siapa lagi dia meminta tolong kalau bukan pada Aksa.

"Dasar gadis bodoh! Apa kau tidak punya otak? Apa kau tidak malu seperti itu di depanku, atau kau malah sengaja ingin menggodaku?" hina Aksa meninggikan nada bicaranya.

Mendengar itu, air mata Inara langsung berguguran membasahi pipinya. "Kau benar, aku memang bodoh. Aku tidak punya otak dan aku juga tidak punya malu. Dan satu hal lagi yang perlu kau tau, aku juga tidak punya harga diri."

Setelah mengatakan itu, Inara membuang selimut yang menutupi tubuhnya, dia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu.

"Hei, kau mau kemana? Apa kau tidak malu keluar hotel menggunakan handuk seperti itu?" sorak Aksa.

"Kenapa harus malu? Otak dan rasa malu ku sudah tidak ada lagi, biar saja orang-orang melihatku seperti ini. Bila perlu, aku akan menjual diri untuk membuktikan kata-katamu itu!" bentak Inara sambil menekan kenop pintu.

Aksa mengeratkan rahang dan mengepalkan tangannya setelah mendengar itu. Bisa-bisanya Inara bicara seperti itu di hadapannya.

Saat pintu terbuka, Inara melangkahkan kakinya ke luar. Aksa dengan sigap mengejarnya dan segera menarik tangannya, lalu membawanya ke dalam dan membantingnya ke kasur.

"Aaaaaa..."

Inara menjerit kesakitan, handuknya nyaris terlepas. Beruntung dia cepat sadar dan menahan dadanya, lalu menarik selimut dan segera membungkus tubuhnya.

"Kau yakin mau menjual diri?" geram Aksa dengan tatapan mematikan, dia merangkak ke kasur dan mengunci Inara di bawah kungkungan nya.

Inara tak menyahut. Sejak awal bertemu, Aksa sudah menghinanya. Lalu untuk apa dia menjawab pertanyaan kakaknya itu. Inara kemudian memalingkan wajahnya, lalu menutup mata hingga bongkahan bening itu menggelinding di pipinya.

Melihat kesedihan di wajah Inara, Aksa jadi kelimpungan sendiri. Dia tidak tega mengerjai gadis itu lagi.

"Tolong menjauhlah dariku! Aku harus pergi dari sini." Inara membuka matanya dan menatap Aksa dengan tatapan sendu. "Besok-besok jika sesuatu terjadi padaku, maka tidak usah membantuku."

Inara kemudian mendorong Aksa dan berjalan menuju kamar mandi membawa selimut itu. Mau tidak mau, dia terpaksa mengenakan baju kotornya kembali, walaupun lembab Inara tidak mempermasalahkannya sedikit pun.

Setelah mengenakan pakaian, Inara keluar dan menaruh selimut itu di atas kasur. Dia berjalan menuju pintu tanpa menatap Aksa sama sekali. Percuma juga berpamitan kalau ujung-ujungnya Inara harus mendengar penghinaan dari mulut kakaknya itu.

"Mau kemana?" tanya Aksa dingin.

"Pulang ke Jakarta, tugasku di sini sudah selesai." Inara menekan kenop pintu dan melangkah meninggalkan kamar.

Aksa mengepalkan tangan dan melayangkan tinjunya pada permukaan meja. Setelah bergelut dengan pemikirannya, dia berlari menyusul Inara dan kembali meraih tangannya.

"Jangan sentuh aku!" ketus Inara dengan suara sangat lantang. Tentu saja hal itu membuat Aksa geram dan ingin sekali menamparnya.

"Jangan menguji kesabaran ku Inara, atau-"

"Atau apa hah? Ingat, kau bukanlah siapa-siapa bagiku. Dari kecil sampai sekarang, kau hanyalah orang asing di mataku." Mata Inara memerah mengatakan itu. "Aku berterima kasih pada keluargamu karena sudah memberi tempat untukku dan keluargaku di rumahmu. Setelah sampai di Jakarta nanti, aku akan mengajak mereka pergi dari rumah itu. Kau tenang saja, kau tidak akan pernah melihat wajah wanita murahan ini lagi."

Air mata Inara mengucur deras setelah mengatakan itu. Entah dia bisa melakukan itu atau tidak, dia juga tidak tau. Setahunya Arhan dan Hendru sudah seperti saudara, begitupun dengan Aina dan Nayla. Inara tidak mempunyai kekuatan untuk memisahkan mereka.

Aksa benar-benar marah mendengar itu, dia mencengkram lengan Inara dan menyeretnya masuk ke dalam kamar. Setelah menutup pintu, dia menekan tubuh Inara hingga tersandar di dinding lalu meremas rahang Inara hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Kau pikir kau siapa hah?" Aksa menggertakkan giginya. "Sebelum kau terlahir ke dunia ini, aku sudah lebih dulu jadi anak Ayah dan juga Bunda. Mereka tidak akan kemana-mana tanpa seizin ku!"

"Baiklah, kalau begitu biar aku saja yang pergi!" lirih Inara yang kesulitan berbicara.

"Bagus, kalau begitu pergilah! Jangan menginjakkan kakimu lagi di rumahku! Jika itu terjadi, aku akan menyebarkan video itu kepada semua orang!" tegas Aksa, lalu melepaskan tangannya dari rahang Inara.

Inara menekan kenop pintu sambil terisak, lalu memutar lehernya ke arah Aksa. Air muka kebencian nampak begitu jelas di matanya saat menilik manik mata Aksa. Dia kemudian membuka pintu dan berlari sekencangnya meninggalkan tempat itu.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!