Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Nggak apa-apa Dela, aku ikutin permainan kamu! Takkan aku maafkan kejahatan kamu selama ini!" batin Widi.
Widi mengatur nafasnya yang berat dan kedua tangannya mengepal, karna sangat menjatuhkan harga dirinya di tempat umum.
"Baik, aku akan bersujud. Asal kamu tidak mempermainkan aku!" ucap Widi.
"Cepat!" Dela memajukan satu kakinya.
Dengan perlahannya Widi bersujud dan mencium kaki Dela. Ia tidak terima melakukannya, karna demi sebuah dokumen penting yang takut di robek Dela.
Cup!
Hahahaha!
Hahahaha!
Dela dan temannya pun ketawa bahagia melihat Widi menurut seperti anj*ng yang patuh pada majikannya, Widi bercengkrama menahan amarahnya dengan tingkah laku Dela yang sangat menjatuhkan harga diri Widi.
"Kembalikan berkas itu," ucap Widi sembari mengadakan tangannya.
"Ini," Dela menyerahkannya dengan baik lalu ia tarik kembali berkas Widi.
Widi terpelongo dengan ulah jahil Dela. Ia tidak menyangka Dela melakukan hal yang di luar nalarnya.
"Dela, aku mohon kembalikan berkas itu,"
"Kamu mau ini!"
"Aku sudah menuruti apa yang kamu mau, sekarang tolong kembalikan!"
"Ini!"
Srek!
Srek!
1 lembar kertas disobek oleh Dela menjadi 4 sobekan, Widi terpelongo dan kaget melihat aksi Dela yang semakin menjadi.
"Dela!"
Tiba-tiba saja bos perusahaan Dela datang dari belakangnya, sontak membuat Dela dan Sintia terkejut melihat kedatangan bosnya.
"P-Pak!" ucap kompak Dela dan Sintia dengan takut.
"Apa yang kamu lakukan barusan!" tanya Bapak berkumis tebal dengan tatapan mata yang tajam.
"Ini Pak, perempuan miskin ini mencari masalah di sini!" spontan Dela menunjuk kasar ke arah Widi.
Sebut saja Bapak Akmal yang memiliki kumis tebal, ia terkejut dan menatap tajam ke arah Dela. Sekilas ia melihat ke arah Widi.
Widi memberi kode dengan cara menempelkan jari telunjuknya ke bibir untuk tidak memperpanjangkan masalah itu, dengan cepat Widi langsung mengambil sobekan berkas yang dilakukan oleh Dela.
"Tunggu!" teriak Pak Akmal mencegah kepergian Widi. Namun, Widi tidak menggubrisnya.
"Kalian berdua nanti ke ruangan saya setelah meeting selesai!" perintah Pak Akmal sembari menunjuk ke arah mereka berdua dengan tatapan yang tajam membuat mereka berdua bergidik ngeri.
"Ada apa ya? Kenapa kita disuruh ke ruangan Pak Akmal?" tanya Sintia bingung dan gugup, Dela hanya menghardik kedua bahunya.
"Mungkin mau ngasih bonus kali," kekeh Dela.
Mereka berdua pun berlari dengan manja menuju ruangan masing-masing.
Sementara itu, Widi sedang menunggu kedatangan Pak Akmal di ruangannya dan di temani oleh asisten Pak Akmal.
Klek!
"Mohon maaf Bu Widi. Saya datang terlambat sedikit ada kendala di luar," ucap Pak Akmal dengan mengatupkan kedua tangannya.
"Tidak apa-apa Pak Akmal, santai saja. Saya juga tidak terlalu lama kok menunggunya," jawab Widi dengan tersenyum ramah.
"Bagaimana kabar Bu Widi? Apa baik-baik saja?" tanya Pak Akmal memastikan keadaan Widi dengan kejadian yang ia lihat tadi.
"Alhamdulillah kabar saya baik, Pak Akmal," jawab Widi dengan santai.
Setelah beberapa jam Widi berada di kantor kerja Dela. Widi melewati ruangan Dela dengan santai sembari melempar senyuman sinis ke arah Dela. Lantas membuat Dela darah tinggi melihat Widi berjalan dengan santai, ia pun menggebrak meja kerjanya dengan kuat sehingga menarik perhatian temannya Sintia.
Tak lama dari itu, asisten Pak Akmal masuk ke ruangan Dela.
Klek!
"Dela, Sintia! Kalian berdua di tunggu Pak Akmal di ruangannya," ucap Lili asisten Pak Akmal.
Dela dan Sintia pun terperanjat kaget begitu Lili datang memberi kabar bahwa dirinya di panggil oleh Pak Akmal. Mereka pun merasa ada yang tidak beres dari raut wajah asisten Pak Akmal.
"Ada apa ini, Del? Kok aku nggak enak ya lihat wajah Bu Lili." bisik Sintia dengan gugup.
"Sstt!" Dela berjalan dengan gontai ke arah Lili. Sintia pun mengekor di belakang Dela.
Begitu Dela dan Sintia sudah mendekat, Lili menatap tajam ke arah kedua karyawan yang sombong. Tanpa mengucapkan sepatah katapun ia berlalu keluar menuju ruangan bosnya.
Klek!
"Masuk!" ucap Lili
Dela dan Sintia masuk dengan perlahan, Sintia langsung merangkul lengan Dela saking gugupnya.
"Selamat siang, Pak Akmal," ucap Dela dengan gugup.
Pak Akmal berbalik badan menghadap ke arah Dela dan Sintia.
"Siang,"
.
.
.
Brak!
Bedentum!
Sesampainya di rumah, Dela membanting pintu rumah dengan kuat karena kesal dengan bos perusahaannya. Henti yang tengah asik bernyanyi pun tersentak mendengar suara pintu yang dibanting dengan keras, wajah Henti langsung memerah karena sudah membuat ia kaget setengah mati.
"Kurang ajar, Siapa sih yang berani banting pintu! Serasa mau copot Ini jantung aku!" gumam Henti dengan rahang mengeras, ia berjalan dengan buru-buru dan menghentakkan kaki dengan kuat.
Bugh!
Dela menghempaskan tubuhnya di atas sofa dengan keras, Henti membawa gagang sapu dari belakang.
"Siapa yang membanting pintu!" bentak Henti sembari melayangkan gagang sapu yang ia pegang.
"Apa sih Mah, berisik banget!" jawab Dela dengan ketus, ia membuang mukanya dengan tatapan sinis.
Henti pun menghentikan langkahnya begitu mendengar suara Dela. Dengan perlahan ia menoleh ke arah sumber suara Dela. Ia pun bingung melihat raut wajah Dela yang berbeda bahkan anaknya pulang kerja lebih cepat dari jadwal.