Terjebak Permainan Tuan Galak
Di kota Busan, hujan turun mengguyur permukaan bumi. Daun-daun berguguran seiring tetesan air yang berjatuhan, jalanan nampak licin sehingga memantulkan penampakkan gedung yang menjulang tinggi. Di saat bersamaan sebuah mobil mewah melintasi jalanan yang tampak sepi karena jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.
"Lebih cepat lagi!" seru seorang pria dengan suara bariton nya yang khas.
"Ini sudah di atas rata-rata, tidak bisa dipercepat lagi." sahut pria lainnya yang duduk di bangku kemudi.
Pria yang berada di bangku penumpang itu nampak tengah menekan dagunya, tato yang terlukis indah di punggung tangannya terlihat jelas dengan desain yang cukup menarik. Memiliki manik mata berwarna biru yang cerah dan tajam, alis yang tebal dan hidung tinggi mancung. Ditambah bulu-bulu halus yang menutupi rahang perseginya yang terpahat begitu sempurna, kian terlihat mempesona dengan anting yang menjadi aksesorisnya.
Pria tampan itu bernama King Aksa Airlangga, putra sulung dari pasangan Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yang beberapa tahun lalu dipindahkan ke kota Seoul. Kini dia sudah dewasa dan baru saja menyelesaikan kuliahnya.
Lima jam yang lalu, Aksa baru saja menerima telepon dari ibukota. Dia mendapat kabar dari sang papa bahwa salah seorang adiknya menghilang saat pertukaran pelajar di kota tersebut. Tentu saja hal itu membuatnya panik, sementara jarak yang harus dia tempuh dari kota Seoul ke kota Busan memakan waktu lebih dari empat jam.
Beruntung Aksa memiliki organisasi yang tersebar di setiap penjuru kota, mulai dari Seoul sampai ke kota kecil sekali pun. Ternyata sejak tiga tahun yang lalu dia sudah bergabung dengan organisasi rahasia tanpa diketahui oleh keluarganya. Dia juga memakai identitas berbeda agar posisinya tidak terlacak oleh orang lain terutama musuh-musuhnya.
Sebelum menuju kota Busan, dia terlebih dahulu menghubungi bawahan dalam organisasinya yang tersebar di kota tersebut. Mereka semua langsung turun tangan mencari jejak gadis yang telah dinyatakan hilang sejak malam kemarin itu.
Setelah menempuh jarak sekitar 325 km, mobil mewah itu tiba di depan sebuah klub malam. Seorang petugas membukakan pintu mobil dan mengembangkan sebuah payung agar Aksa tidak kebasahan.
Dua orang pria berkewarganegaraan Korea menyambut kedatangannya sambil membungkukkan punggung mereka.
"Selamat datang bos muda," sapa mereka berdua bersamaan.
"Hmm... Bagaimana?" tanya Aksa dengan nada dingin sesuai ciri khasnya sejak kecil.
"Aman bos, kami berhasil menyelamatkannya. Tapi keadaannya sedikit mengkhawatirkan, sepertinya dia terpengaruh obat. Para gangster yang menculik gadis itu sudah menjualnya kepada seorang mafia Busan. Beruntung kami tiba disaat yang tepat, tapi kami terpaksa mengurungnya. Sekarang dia ada di kamar nomor 3303." jelas salah seorang pria Korea itu.
Aksa melempar payungnya asal-asalan, kemudian mengayunkan kakinya menuju lobby. Dua orang pria Korea tadi mengikutinya dari belakang dan disusul oleh pria yang tadi mengemudikan mobil mewahnya.
"Apa motif mereka menjual gadis itu?" tanya Aksa santai dengan sebelah tangan tersembunyi di dalam kantong celana, lalu masuk ke dalam lift.
"Perdagangan manusia bos, dia akan dijual kembali ke Thailand. Tapi sebelum itu sudah ada yang memesannya di sini. Parasnya yang cantik jelita memiliki nilai jual yang tinggi. Sangat menjanjikan jika dijual di tempat pela*curan." jawab salah seorang pria Korea itu.
Aksa mengeratkan rahangnya kuat. "Lalu bagaimana dengan gangster itu?" tanyanya lagi.
"Dua orang dari mereka berhasil dilumpuhkan, sedangkan yang lainnya berhasil kabur melewati pintu belakang."
"Mafia itu?" Aksa menyipitkan matanya.
"Kami tidak bisa menangkapnya, dia memiliki kekuasaan yang tinggi di tempat ini. Setidaknya dia sudah mau menyerahkan gadis itu pada kita, jadi kita tidak memiliki masalah lagi dengannya."
Saat pintu lift terbuka, mereka mengantarkan Aksa sampai pintu kamar. Tiga orang yang tengah berjaga di depan pintu kamar pun menyapanya sambil membungkukkan punggung mereka.
"Selamat datang bos muda," sapa ketiganya bersamaan.
"Hmm... Terima kasih atas kerja sama kalian, biar aku saja yang mengurusnya." Aksa mengangkat tangannya sambil mengedipkan mata. "Rai, mana penawarnya?" imbuh Aksa kepada pria yang tadi mengemudikan mobilnya.
Rai adalah seorang teman sekaligus asisten pribadi Aksa yang juga berkewarganegaraan Indonesia. Sebelumnya mereka kuliah di universitas yang sama dan menjalin persahabatan hingga detik ini. Rai juga merupakan salah satu tangan kanan Aksa yang selalu setia kepadanya. Bahkan dia lah yang selalu menutupi identitas rahasia Aksa di hadapan opa dan omanya.
Setelah mengambil obat itu dari tangan Rai, Aksa mendorong pintu kamar dan menginstruksikan yang lainnya untuk menunggu di luar.
Dalam remang-remang cahaya yang hanya diterangi satu lampu berwarna warm white, Aksa melangkah perlahan mendekati sofa. Seorang gadis berparas cantik nampak tengah berbaring dengan tatapan kosong seperti orang linglung.
Wajahnya yang polos terlihat sangat meneduhkan dengan bibir mungil berwarna merah muda seperti jambu air, mata anggurnya menyipit dengan hiasan bulu mata yang lentik, alis menukik dan hidung lancip bak segitiga siku-siku.
Gadis cantik itu adalah Inara Putri Pradipta, putri semata wayang Hendru Pradipta dan Nayla Syafira yang baru saja selamat dari kekejaman kota Busan.
Inara terperanjat saat menyadari kedatangan seseorang yang sudah berdiri di depannya. Dia beringsut dan duduk sambil menekuk kakinya. Terlihat seperti orang linglung dan sangat ketakutan. Namun hawa tubuhnya terasa panas hingga membuatnya mende*sah beberapa kali.
"Jangan takut, aku bukan orang jahat." ucap Aksa dengan suara lembutnya.
Dia masih kesulitan mengenali Inara yang jauh berbeda dengan potret masa kecilnya, kemudian Aksa duduk di sampingnya dan menatapnya dengan intim.
Inara yang gendut kini sudah berubah dengan tubuh yang kecil dan ramping. Kulitnya yang hitam kini terlihat putih dan mulus. Aksa mengucek matanya untuk memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.
Memang tidak salah karena Aksa sudah beberapa kali melihat foto keluarga mereka. Tapi gadis yang ada di hadapannya ini jauh lebih cantik dari yang dia lihat di foto.
"Jika kau bukan orang jahat, bisakah kau membantuku?" gumam Inara dengan suara yang nyaris menghilang, dia sama sekali tidak mengenali pria yang sudah duduk di sampingnya itu.
Inara tak sanggup lagi menahan gejolak yang sudah menggelora di dirinya, dia langsung melingkarkan tangannya di tengkuk Aksa dan menempelkan bibirnya di bibir kakaknya itu. Penglihatannya kabur dan dia sama sekali tidak sadar dengan apa yang tengah dia lakukan saat ini.
Tentu saja hal itu membuat Aksa terpaku menikmati luma*tan bibir Inara yang begitu lembut dan manis. Seketika dia pun membalas luma*tan Inara hingga keduanya asik membelit lidah.
Saat Inara membuka baju yang dia kenakan, mata Aksa membulat dengan sempurna. Dia bersusah payah menelan air liurnya dan mencoba menahan diri agar tidak terjebak dalam situasi rumit ini. Bagaimanapun Inara adalah adiknya, dia tidak mungkin merusak gadis yang seharusnya dia jaga itu.
Inara kembali melu*mat bibir Aksa, dua gundukan kenyal miliknya menempel di dada Aksa yang sedikit menganga. Hal itu membuat jantung Aksa bergemuruh kencang seperti ingin melompat dari tempatnya, bahkan membuat tubuhnya bergetar saat hasratnya mulai terpancing ingin menyatukan diri dengan gadis itu.
Selama ini Aksa selalu dikelilingi gadis cantik yang gencar mendekati dirinya, sayangnya tak satupun yang berhasil mencuri perhatiannya. Tapi kali ini rasanya berbeda, dia sangat tertantang menikmati permainan nakal adiknya itu.
Melihat gairah Inara yang menggebu-gebu, seringai tipis melengkung di sudut bibir Aksa. Dia mendorong Inara dan segera bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju rak minuman dan menaruh sesuatu di sana.
Aksa kemudian melepaskan baju yang dia kenakan hingga menampakkan tubuhnya yang dipenuhi tato, kemudian memasukkan obat penawar tadi ke dalam mulutnya tapi tidak menelannya.
Saat kembali ke sofa, Inara menariknya hingga tubuh Aksa terjatuh. Inara menindihnya seperti binatang buas yang siap menerkam mangsanya.
Lalu Inara mengecup bibir, leher dan juga dada Aksa hingga membuatnya terperangah menahan geli. Aksa sungguh tak tahan dengan godaan nakal adiknya itu, dia mencengkram lengan Inara dan berbalik hingga posisi mereka berubah. Kini Aksa lah yang menindih tubuh adiknya itu.
"Dasar gadis nakal! Jika saja kau bukan adikku, sudah aku telan kau mentah-mentah. Berani sekali kau menggoda kakakmu sendiri," gumam Aksa, lalu melu*mat bibir Inara dan memindahkan obat tadi ke mulutnya.
Aksa kemudian menyelami rongga mulut Inara dan menekan obat tersebut dengan lidahnya sampai akhirnya obat itu tertelan oleh Inara bersama air liur mereka yang sudah membaur menjadi satu. Hal itu membuat Inara terbatuk hingga pagutan mereka terlepas beberapa saat. Tidak lama, Aksa kembali melu*mat bibir Inara sepuasnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Ruk Mini
suka thorrr sm visual babnk aksa👍👍👍
2023-11-13
1
Fela
Ya ampun, Aksa ganteng banget ih
2022-11-16
7
Rea Rea
mampir thor
2022-11-16
8