Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 31
Setelah pulang dari rumahnya Ningsih, Kanti nampak sumringah. Di otaknya terus berkelindan bayangan wajahnya Rahman. Kanti benar benar terpesona dengan laki laki yang mendekati sahabatnya itu.
"Aku tak perduli, sebelum mereka sah jadi suami istri. Sah sah saja kok aku menyukainya. Lagian, Ningsih kayaknya juga masih setengah hati menerima kehadiran mas Rahman. Dan aku yakin, kalaupun mas Rahman nantinya terpikat dan lebih memilihku menjadi istrinya, Ningsih pasti paham dan tidak masalah." Kanti berbicara sendiri di dalam kamarnya. Bibirnya tak berhenti melengkungkan senyuman. Wajah tampan Rahman benar benar membuatnya jatuh hati, sampai sampai Kanti lupa, jika dia sudah memiliki kekasih dan hubungan merekapun juga sudah terlanjur jauh.
Saat asik dengan khayalannya, ponsel mewah milik Kanti berdering. Terpampang nama Hendra di sana. Laki laki yang hampir setahun ini menjalin hubungan dengan Kanti. Pemuda yang usianya lebih muda empat tahun dari Kanti.
"Ck, mengganggu saja." Decak Kanti menatap layar ponselnya. Kanti sengaja membiarkan panggilan telepon dari Hendra, moodnya sedang tidak baik untuk bicara dengan laki laki itu. Karena hati dan otaknya masih dipenuhi wajah Rahman yang jauh lebih segalanya di mata Kanti.
Ada panggilan tak terjawab sampai lima kali, Hendra yang belum menyerah, akhirnya memilih mengirim pesan. Dan saat itu juga Kanti langsung cekikikan saat membaca pesan dari Hendra di notifikasi atas.
"Lumayan, bisa buat ke salon. Biar aku semakin cantik dan putih. Hendra memang sangat menyukaiku, aku bisa memanfaatkan dia untuk sementara. Nanti setelah aku bisa mendapatkan hatinya Rahman, aku akan mengakhiri hubunganku dengannya." Batin Kanti dengan segala rencananya. Hendra memang selalu bersikap royal pada Kanti. Hendra sering memberikan uang untuk wanita yang dicintainya sepenuh hati. Apalagi mereka sudah sering melakukan hubungan suami istri, itulah kenapa Hendra begitu percaya jika Kanti juga benar benar mencintai dirinya.
"Makasih sayang, maaf ya, tadi aku masih di kamar mandi waktu kamu telpon." Ketik Kanti membalas pesan dari Hendra.
"Iya sayang, gak papa. Nanti malam kita ketemu di tempat biasa ya, aku kangen banget nih." Balas Hendra disertai emoticon hati yang berderet.
"Oke sayang, aku juga kangen banget sama kamu." Kanti membalas pesan Hendra tak kalah mesranya. Selama ini Kanti sering berganti ganti pasangan, dan Hendra tidak mengetahuinya karena jarak mereka yang jauh. Namun setelah Kanti pulang ke kampung, hubungan mereka yang awalnya hanya lewat ponsel, kini sudah sering menghabiskan waktu bersama di dalam kamar hotel. Bahkan hampir setiap hari mereka melakukannya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Hari berlalu, hubungan pertemanan Kanti dan Ningsih semakin lengket. Kanti terlihat begitu baik dan royal pada Ningsih juga Salwa. Bahkan kemana mana, Kanti selalu mengajak Salwa. Bahkan diantara Ningsih dan Kanti tak ada lagi rahasia. Kanti yang dengan leluasa membuka ponsel milik Ningsih, dengan tanpa ijin dan tanpa sepengetahuan Ningsih, Kanti mengambil nomor Rahman juga beberapa teman Ningsih yang dianggapnya mapan. Ningsih tidak sekalipun menaruh curiga. Ningsih sudah terlanjur percaya sama Kanti yang menurutnya sangat baik.
"Ning, gimana hubungan kamu sama Rahman?" Kanti menanyakan kabar hubungan Ningsih dengan Rahman saat mereka tengah duduk santai di ruang tamu rumahnya Ningsih.
"Alhamdulillah, kami baik baik saja. Mas Rahman juga semakin perhatian sama aku juga Salwa. Kemarin saja, dia belikan Salwa sepatu baru buat sekolah." Sahut Ningsih sambil tersenyum. Merasa beruntung karena selalu di dekatkan pada orang orang baik yang menyayangi Salwa.
"Lha gimana hubungan kamu sama mantan kamu yang di Solo itu? Bukannya dia masih sering menghubungi kamu ya?" Balas Kanti penasaran.
"Oh, mas Angga toh? Kami hanya sekedar berbalas pesan saja sih, ya paling saling nanyain kabar, itu saja." Sahut Ningsih apa adanya.
"Tapi sepertinya dia masih menyukai kamu, buktinya dia sering kirim uang buat kamu." Balas Kanti dengan mencoba menggali informasi dari Ningsih.
"Mungkin dia kasihan dan cuma ingin sekedar memberi uang saku pada Salwa saja. Dia sudah punya keluarga, anaknya sudah dua. Aku gak mau menjadi pengganggu hubungan rumah tangga orang lain." Sahut Ningsih jujur.
"Tapi dia lebih keren dan lebih muda dari Rahman, kan?" Desak Kanti yang berniat untuk mengompori.
"Tampan itu relatif sih, ya dia memang tampan. Tapi kaku suami orang, ya sama saja bohong. Aku sama dia cuma sekedar teman saja kok, gak mau lebih." Sahut Ningsih dengan wajah sedikit tak suka. Kanti sudah terlalu dalam masuk ke ranah pribadinya.
"Oh, berati kamu tetap milih Rahman kalau gitu?" Tanya Kanti dengan tatapan lekat mengarah pada Ningsih.
"Insyaallah, semoga hubungan kami bisa sampai ke jenjang yang lebih baik. Doain ya?" Sahut Ningsih dengan senyuman manis, membuat Kanti merasa iri hati dan memiliki rencana licik untuk merusak hubungan Ningsih dan Rahman.
"Iya, semoga kalian bisa cepat nikah." Sahut Kanti sambil tersenyum hambar, namun di dalam hatinya terus mengutuk tak suka pada Ningsih yang terlihat berseri.
Saat mereka asik berbincang, telepon Ningsih berdering. Orang yang sedang mereka bicarakan, namanya terpampang jelas di layar hape milik Ningsih. Dengan senyum sumringah Ningsih menerima panggilan telepon dari Rahman. Tanpa Ningsih tau, Kanti mencebik tak suka dengan keberuntungan Ningsih dalam mendapatkan pasangan.
"Hallo, Asalamualaikum, mas." Sapa Ningsih membuka obrolannya dengan Rahman.
"Waalaikumsallam, lagi apa?" Balas Rahman seperti biasa, selalu perhatian dan lembut pada Ningsih. Rahman menyukai Ningsih tulus bahkan Rahman terlalu bucin pada perempuan sederhana itu.
"Lagi ngobrol sama teman di rumah. Mas Rahman sudah pulang kerja?" Sahut Ningsih jujur dengan suara lembut.
"Belum, ini masih di kantor. Tapi sebentar lagi mau pulang, telepon kamu dulu. Kangen denger suara kamu." Balas Rahman yang langsung membuat Ningsih merona.
"Gombal, kayak anak ABG saja kamu, mas." Sahut Ningsih sambil terkekeh malu malu. Membuat Kanti semakin panas hatinya, iri dan benci langsung mengisi hatinya.
"Besok kita jalan jalan ya, aku jemput jam sepuluh pagi, sama Salwa juga. Mumpung hari libur, kita nonton film kesukaan Salwa. Gimana, kamu gak keberatan, kan? Mumpung hari libur, karena besok Senin aku ada tugas keluar kota selama tiga hari." Sambung Rahman dengan nada penuh harap.
"Insyaallah bisa, mas. Tapi gak bisa lama lama ya, soalnya aku sore ada acara kajian dirumahnya teman." Balas Ningsih dengan senyum bahagia.
"Iya, kalau begitu sudah dulu ya. Aku mau pulang dulu, kita ketemu besok. Salam sama ibu, Asalamualaikum." Tutup Rahman sopan, dan Ningsih membalas salamnya dengan hati menghangat. Sikap lembut dan perhatian dari Rahman, lambat laun membuatnya semakin nyaman dan yakin untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.
"Sekarang kamu bisa senyum senyum, Ning. Lihat saja sebentar lagi, kamu akan patah hati dan nangis karena Rahman akan meninggalkan kamu." Batin Kanti dengan senyum sinis di wajah tirusnya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Hati Yang Kau Sakiti
#Dendam terpendam seorang istri
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tamat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
sekedar saran utk karya2 selanjutnya, kurangi typo, dan di setiap ahir bab jgn terlalu banyak yg terkesan menggantung.
semoga smakin banyak penggemar karyamu dan sukses. terus semangat.. 💪😊🙏
mksh ka/Kiss/sumpah ceritanya bagus buat candu
entah apa hukumnya wandi mentalak irma tanpa saksi juga ..syahkan cerainya. ktnya hrs dpn saksi jatuhin talak