Seorang Ratu yang dikenal bengis dan jahat mengalami kekalahan dimana suaminya sang Kaisar memutuskan untuk menceraikannya dan memengal kepalanya dengan tuduhan percobaan pembunuhan terhadap wanita lain milik sang Kaisar
Apalagi sang Kaisar sudah memiliki wanita lain dan memutuskan untuk menikahinya.
Membuat hati Ratu sangat hancur dan di hari eksekusinya dia memohon kepada Tuhan untuk mengubah nasibnya.
Dia tidak bisa meninggalkan putri kecilnya yang besar tanpa seorang ibu...
Apa Tuhan bisa mengabulkan doa dari sang Ratu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reiza Muthoharah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Bisa Di percaya
Amelia tiba-tiba saja ada di sebuah ruangan yang begitu mewah. Dirinya terasa familiar dengan ruangan tersebut.
" Sepertinya ini ruangan yang ada di istana." ucap Amelia sambil melangkahkan kakinya ke arah jendela.
Benar saja ketika ia melihat ke arah luar di sana terdapat sebuah taman yang sering dirinya gunakan untuk acara minum teh bersama para wanita bangsawan di masa lalunya sebagai seorang Ratu.
" Anne."
Tubuh Amelia seketika kaku mendengar seseorang memanggil nama lamanya yang sudah tidak ia dengar lagi selama hampir 25 tahun di kehidupan keduanya.
Dengan perlahan Amelia membalikan badannya dan wajahnya tidak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya. Melihat seseorang yang sudah lama sekali tidak ia lihat.
Warna rambutnya yang berwarna kuning keemasan dan matanya yang biru menatap nya dengan hangat. Membuat sekujur tubuh Amelia merasa merinding mengingat sebelum kematiannya hubungannya dengan pria itu sudah renggang selama hampir 6 bulan.
" Abraxas." gumam Amelia memanggil nama pria yang di cintai nya sampai saat ini.
Pria yang di panggil Abraxas berjalan mendekati nya dan memeluknya dengan erat.
Amelia hanya diam karena jujur saja pelukan ini terasa hangat.
" Oh Anne ku yang cantik. Aku sangat merindukanmu sehari tidak melihat mu hidupku terasa berada di kegelapan." ucap Abraxas dengan suara lembut.
" Sehari." ucap Amelia sambil tersenyum miris mengingat bahwa sebenarnya mereka tidak bertemu sekitar 300 tahun sejak kematian nya.
BRAK..
Tiba-tiba saja ada suara pintu yang dibuka dengan keras membuatnya terkejut di susul oleh suara teriakan.
" MAMA PAPA, KALIAN JANGAN BERMESRAAN ED SEDANG MENANGIS AKU TIDAK TAHU BAGAIMANA MEMBUAT NYA BERHENTI." ucap seorang anak perempuan berteriak keras.
Mendengar suara yang di rindukannya Amelia melirik dan melihat seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang mirip dengan Sofia.
Langsung saja Amelia melepaskan pelukan Kaisar Abraxas dan berjalan mendekati anak perempuan itu.
Amelia berjongkok di hadapannya dan memegang wajah yang sudah di rindukannya selama ini.
" Apa kau Sofia?" tanya Amelia dengan mata berkaca-kaca.
" Tentu saja ini aku memang nya kenapa?" jawab Sofia yang terlihat kebingungan dengan sikap Mama nya.
Amelia mendengarnya langsung memeluk Sofia sambil menangis membuat anak perempuan itu sedikit terkejut.
" Ada apa Mama, mengapa menangis apa aku berbuat salah?" tanya Sofia yang semakin kebingungan.
Amelia menggelengkan kepalanya dan sekali lagi memegang wajah Puterinya yang di lahirkannya buah cintanya dengan Kaisar Abraxas pria yang di cintai nya.
Kaisar Abraxas yang melihatnya hanya tersenyum sebelum tiba-tiba saja ada seorang pelayan membawa anak laki-laki yang berusia sekitar 1 tahun.
Langsung saja Kaisar Abraxas membawa anak laki-laki itu ke gendongan nya dan menyuruh pelayan itu pergi.
" Lihatlah siapa yang datang sayang." ucap Abraxas sambil berjalan mendekati Amelia dan Sofia.
Amelia melepaskan pelukan nya dan bertapa terkejutnya ia melihat seorang anak laki-laki yang memiliki mata biru seperti Kaisar Abraxas dan rambut cokelatnya sepertinya.
Dengan langkah pelan Amelia mendekat ke arah Kaisar Abraxas. Jujur saja Amelia merasa takut jika menghadapi pria yang sudah membunuhnya di masa lalu.
" Siapa dia?" tanya Amelia sambil mengelus wajah anak laki-laki yang bulat.
Membuat getaran hati di Amelia tanpa berpikir panjang ia menggendong nya dan mengelus punggung nya dengan pelan.
" Tentu saja dia adalah putera kita Anne." ucap Kaisar Abraxas sambil tersenyum.
Amelia mendengarnya kebingungan sebelum tiba-tiba saja kepalanya pusing dan semuanya gelap.
Countine...