Apa jadinya jika seorang gadis remaja sudah bisa mengeluarkan ASI? Ya hal itu yang dialami oleh Shireen. Entah keajaiban darimana, tiba-tiba gadis berparas cantik nan manis itu bisa mengeluarkan ASI. Ia sadar dengan keanehannya, setelah sesaat ia bangun dari koma. Ia memberikan ASInya itu kepada bayi kembar seorang duda. Siapa sangka justru pertemuan Shireen dengan Sugar Daddy itu menjadi sebuah ikatan cinta.
Lantas siapakah seorang duda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meninggalkan Rumah
"Baik Om, terima kasih."
"Aku pun berterima kasih padamu."
"Kalo gitu aku pamit Om."
"Ya silahkan."
Shireen pun beranjak dari tempat duduknya, lalu ia bergegas pergi. Sedangkan saat itu senyum Samuel belum pudar melihat Shireen yang ingin menghilang dari pandangannya.
"Aku takjub dengan gadis itu, dia pemberani dan unik. Memang berbeda dari gadis pada umumnya. Dia memiliki tubuh yang menarik, dan ukuran dadanya lebih besar dari remaja lainnya." Tanpa terasa ia bergumam seperti itu dengan tersenyum. Namun, ia buyarkan kembali apa yang dipikirkannya itu.
"Astaga apa-apaan aku ini. Kau harus profesional Sam, profesional untuk pekerjaan dia nanti. Ingat dia masih gadis labil!"
Samuel pun menyadarkan dirinya dari khayalnya itu.
***
Malam hari.
Shireen tengah mengerjakan tugas sekolahnya. Entah ada setan apa yang merasuki otaknya, tiba-tiba ia mau mengerjakan tugas dari guru. Padahal dulu itu tak pernah sama sekali ia kerjakan.
Jika ingin tahu sifat asli Shireen. Ya, dia adalah gadis yang sangat pemalas. Sekolah pun hanya menumpang tidur di dalam kelas saja. Tiap hari pun seperti itu. Namun sekarang berbeda, ia lebih giat dan entah kenapa ia ingin sekali menjadi dokter. Itulah yang menjadikannya gadis yang rajin.
Saat asik dengan tugasnya, tiba-tiba ada seseorang yang tidak sopannya masuk ke kamar tanpa mau mengetuk pintu terlebih dahulu. Siapa lagi jika bukan sang kakak ipar.
"Kau sedang apa gadis cantik?"
"Biasakan ketuk pintu terlebih dahulu!" ketus Shireen, tanpa menatapnya.
Anton tersenyum, ia langsung menghampiri Shireen yang tengah berada di meja belajar.
Anton begitu lancang memegang pinggangnya. Tidak hanya itu, ia juga mengusap perut Shireen dan melunjak menaikkan jarinya seakan ingin menyentuh kedua benda milik Shireen.
"Kurang ajar!" Shireen langsung menepis sebelum Anton menyentuhnya. Ia tak habis pikir dengan kakak iparnya itu. Kenapa ia begitu senang menggoda dan mengusik dirinya?
"Tidak usah jual mahal. Aku tau, kau berniat menyerahkan keperawananmu itu untuk pak Samuel 'kan?"
"Jangan sembarangan kalo bicara! Mending lo pergi dari kamar gue!"
Anton tersenyum jahat. Merasa lucu dengan gaya bahasa adik iparnya itu saat tidak berhadapan dengan istrinya.
"Mas ... suruh cepetan Shireen keluar!"
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari Sahara di luar sana.
"Tuh, kakakmu sudah memanggil. Aku hanya diperintahkan untuk untuk menyuruhmu keluar. Kau sudah dijemput."
Shireen segera membereskan barang-barangnya. Ia hanya membawa tas ransel yang berisikan buku-buku dan alat tulisnya. Setelah itu ia keluar dari kamar dan diikuti oleh Anton.
"Kamu sudah siap? Kok bawaan barang kamu cuma segitu?" tanya Sahara.
"Iya Kak, kata tuan Samuel gak perlu bawa banyak barang, dia udah siapin kebutuhanku di sana," balas Shireen.
"Ya sudah, pergilah. Jaga dirimu, dan lakukan pekerjaanmu dengan baik."
Shireen menyalimi tangan kakaknya. "Kakak juga jaga diri baik-baik. Kalo ada waktu luang, Shireen pasti ke sini."
"Ya. Kamu tenang aja, lakukan saja pekerjaanmu. Kakak tidak apa-apa."
Shireen pun pergi, ia dibawa oleh salah satu supir yang dikirim Samuel untuk menjemputnya.
Walaupun sifat ketamakan kakaknya itu, tak ia sukai. Namun, berpisah dengannya adalah hal yang terberat. Mau bagaimanapun sosoknya adalah pengganti sang ibu. Dan, Shireen berpikir ini adalah cara membalas budinya.
Sesampainya di tempat kediaman Samuel.
Shireen memegang sangkilan tasnya, sembari melangkah menuju pintu. Belum ia mengetuk, tiba-tiba pintu besar itu terbuka lebar untuknya. Di sanalah ia disambut hangat oleh para pelayan.
"Selamat datang kembali Nona. Mari silahkan masuk!"
"Ya, terima kasih."
Shireen digiring oleh beberapa pelayan untuk menemui sang empunya rumah.
"Lho kok dia dateng lagi? Mau apa?" Lia yang tak sengaja melihat kedatangan Shireen, ia langsung menghampiri. Di susul juga dengan kembarannya.
"Buat apa lo ke sini lagi? Kak Sam, gak mungkin manggil lo!" sahutnya.
Sambutan kedua gadis kembar itu tak sehangat para pelayan. Namun, Shireen masih terdiam. Tatkala ia ingin menjawab dan membalas ucapan mereka. Tiba-tiba, datang Samuel dan Arkan.
"Kakak yang menyuruhnya ke sini," tukas Samuel.
"Buat apa Kak?" tanya Arkan.
"Mulai sekarang kalian harus biasakan bersosialisasi baik dengan Shireen. Karena saat ini juga, dia akan tinggal bersama kita. Ya, aku membawanya ke sini untuk menjadi ibu ASI Azel dan Azriel."
Kedua gadis kembar itu menganga mendengar ucapan kakaknya. Ia merasa tidak terima.
"Kakak pasti bercanda. Gak mungkin Kakak bawa orang asing sembarangan untuk tinggal bersama kita. Mana lusuh banget lagi!" ucap Lia.
"Kakak seharusnya pilih-pilih dong yang lebih berkelas dan bersih. Bisa saja dia cuma bawa virus yang bakal bahayain Azel, Azriel!" Lisa pun menyahut.
"Jaga tata bahasa bicara kalian. Apa perlu kakak over kalian ke luar negeri untuk menyekolahkan mulutmu berdua!" sergah Samuel.
Seketika mereka tertunduk dan terdiam. Tetapi, di hati mereka masih ada rasa tidak terima. Entah kenapa, mereka tak mau sama sekali ada orang baru di rumah ini.
"Apa masih ada yang tidak setuju?"
"Apapun yang terbaik untuk keponakanku, aku si yes aja," sahut Arkan santai.
"Baiklah. Bawa Shireen ke kamarnya!"
Bersambung ...