Hari pernikahan adalah hari bahagia, dimana di satukan nya dua hati dalam satu ikatan suci. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Keyra.
Tepat di hari pernikahannya, ia justru mengetahui pengkhianatan calon suaminya selama ini dan hal itu berhasil membuat hati Keyra hancur. Dia menyesal karena tidak mendengarkan keluarganya dan memilih percaya pada calon suaminya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan Keyra harus menerima semua konsekuensinya.
Keyra dengan tegas membatalkan pernikahan mereka di depan tamu undangan. Tapi, ia juga berkata jika pernikahan ini tetap akan di gelar dengan mengganti mempelai pria. Dia menarik seorang pria dan memaksanya menikah dengannya tanpa tahu, siapa pria itu.
Bagaimana kehidupan Keyra selanjutnya? Akankah pernikahan Keyra berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Cahaya matahari pagi menyeruak melalui jendela, membasuh ruang makan kecil dengan sinar yang lembut. Di atas meja, segelas cangkir kopi dan susu tergeletak berhadapan dengan uap yang masih mengepul tipis. Suara sendok mengaduk perlahan terdengar, terlalu keras di tengah keheningan.
Keyra duduk di depan Alexio yang menunduk, memotong roti panggang nya menjadi potongan kecil sebelum menyantapnya. Dia masih mengenakan kemeja kebesaran milik pria itu, duduk dengan punggung tegak. Matanya melirik sekilas ke arah Alexio, tapi segera kembali fokus pada segelas susu yang belum disentuh.
"Apa kau tidak menyukai makanannya?" tanya Alexio tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ti-tidak, bukan begitu," sahut Keyra.
"Kalau begitu, makanlah!" perintah Alexio.
Keyra mengangguk pelan. Melihat banyaknya hidangan di depannya yang menggugah selera, membuat Keyra meneguk air liurnya. Rasa lapar itu datang perlahan, seperti gelombang kecil yang terus membesar. Awalnya hanya seperti rasa geli di perut, yang menjadi isyarat yang mudah diabaikan. Namun, seiring waktu, hal itu menjadi desakan yang tak bisa diabaikan.
Sejak kemarin, ia melewatkan makan siangnya, sampai-sampai penyakitnya kambuh. Di tambah, malam hari, ia tertidur karena rasa kantuk dan lelah yang menyerang bersamaan.
Itu sebabnya, saat ia terbangun, ia merasa tubuhnya mulai lemah, energinya terkuras perlahan, dan fokusnya menghilang. Lapar menguasai pikirannya, dan hanya satu hal yang benar-benar berarti untuk nya saat ini, yaitu makanan.
Beruntung, Alexio hanya menggertak nya saat ingin mengulangi adegan semalam. Pria itu seolah sadar dengan kondisinya dan memilih menyingkir, setelah mendengar suara bel berbunyi.
Beruntung? Apa iya, ia seberuntung itu? Atau Alexio hanya kasihan saja, itu sebabnya pria itu melepaskannya? Apa itu artinya, suatu hari nanti Alexio akan menuntut hal itu padanya?
"Aku sudah selesai." Alexio membawa piring kotor ke dapur dan langsung mencucinya. Pergerakannya, dilihat langsung oleh Keyra yang masih duduk menatap bahu lebar pria yang memberinya kehangatan.
"Sampai saat ini, aku masih tidak percaya sudah melakukan hal itu," batinnya.
"Cepat kau habiskan makanan mu, setelah ini, kita harus bicara," ucap Alexio, mulai mendekat.
"B-bicara soal apa?" tanya Keyra terbata.
Alexio mencondongkan tubuhnya, membuat Keyra mau tidak mau menghindar, untuk memberi jarak diantara mereka.
"Kau yakin tidak tahu? Apa perlu aku ingatkan kembali bagaimana kau ... "
"A-aku mau makan dulu," sela Keyra.
Alexio tersenyum sinis. Dia menegakkan tubuhnya dan memilih duduk di depan Keyra sambil memainkan ponselnya.
"Huh, dasar, bikin deg-degan saja," gerutu Keyra dalam hati. Dia kembali fokus dengan makanannya, tanpa memperdulikan Alexio yang ada di depannya. Entah, kenapa pria itu masih di sana? Untuk mengawasinya, atau memang ia malas untuk pergi dari sana? Keyra tidak peduli. Yang ada di pikirannya adalah keinginan memenuhi kebutuhan perutnya yang dari tadi terus memberontak, meminta untuk di isi.
Ketika piring hampir kosong, Keyra menyandarkan punggungnya di kursi dengan nafas yang panjang dan rasa puas di wajahnya.
"Ah, kenyang nya," ucap Keyra sambil mengusap perutnya.
Alexio berdiri, tanpa mengucapkan apapun, ia mengangkut semua piring kotor ke dapur, sekaligus mencucinya.
Keyra menopang dagunya, menatap punggung suaminya. Suami yang pengertian, itulah yang ada dipikirannya saat ini. Keyra menggelengkan kepalanya, mencoba mengalihkan pandangannya, tapi setiap kali melakukannya, matanya secara naluriah melihat sosok itu.
Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuatnya terpesona. "Kenapa aku malah memperhatikannya?" batin Keyra.
"Aku tahu, aku tampan. Wajar jika kau terpesona seperti itu," ucap Alexio tiba-tiba
"A-apa? Kau bilang apa barusan? Apa aku tidak salah dengar? Tampan dari mana nya," gerutu Keyra.
Alexio menaikkan sudut bibirnya. Dia berjalan mendekat dengan langkah pelan, membuat tubuh Keyra menegang. Tanpa aba-aba, pria itu mengangkat tubuh Keyra begitu saja, membuat Keyra memekik keras, terkejut dengan perlakuan Alexio yang tiba-tiba.
"Apa yang kau lakukan?" pekik Keyra.
"Kenapa? Bukankah semua pria melakukan ini setelah berhubungan intim dengan pasangannya ? Maksud ku, kau tidak bisa berjalan normal, bukan?"
Kedua pipi Keyra memerah, bukan karena perlakuan Alexio, tapi karena ucapan pria itu mengingatkan pergulatan panas yang mereka lakukan. "Si-siapa bilang? A-aku bisa berjalan sendiri," ucap Keyra.
"Benarkah? Bagus kalau begitu." Alexio menurunkan Keyra seraya berkata, "aku tunggu di ruang kerja." ia pergi begitu saja, tanpa memperdulikan Keyra yang melotot, menatapnya.
"Alexio !!! Awas kau, ya," geram Keyra. Dengan langkah tertatih, dia berjalan menyusul Alexio yang lebih dulu masuk ke ruang kerja.
"Ck, lambat!" ejek Alexio
Keyra tidak menggubrisnya dan langsung duduk di kursi, seberang Alexio. "Katakan, ada apa kau menyuruhku kemari? Jika itu tentang apa yang terjadi pada kita, aku sudah katakan padamu dari awal, jika kau ... "
"Ini untukmu, kau bisa menggunakannya sesukamu," sela Alexio dengan meletakkan kartu kredit di depan Keyra.
"Kau memberiku uang? Apa kau pikir, aku tidak ... "
"Mempunyai uang?" sela Alexio lagi. "Memangnya, berapa uang yang kau punya, hm? Aku dengar, Keluargamu sudah memblokir semua ATM mu. Kau hanya mempunyai simpanan dari hadiah yang mereka berikan. Kau pikir, berapa lama kau bisa bertahan dengan uang itu, hah?"
"Aku ... " Keyra mengepalkan tangan dan menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Mendengar nada bicara Alexio yang meremehkan dirinya, membuatnya ingin membuktikan jika ia bisa melakukannya.
"Jangan membuat semuanya menjadi sulit, nona Keyra. Aku melakukan hal ini karena aku adalah suami mu dan aku bertanggung jawab atas dirimu. Jadi ... "
"Lalu, kau bisa sesuka hati mengaturku, begitu?" sela Keyra. "Aku tahu apa yang kau pikirkan, tuan Alexio. Tapi sayangnya, aku bukan wanita seperti itu. Walaupun keluargaku sudah tidak peduli lagi padaku, tapi aku masih bisa memenuhi kebutuhan ku sendiri dan aku akan membuktikannya padamu." Keyra menatap Alexio dengan sorot mata yang tajam. Ia memilih untuk keluar dari ruangan tersebut dan berjanji pada dirinya sendiri jika ia bisa membuktikan ucapannya.
"Cih, sangat ambisius," gumam Alexio. "Jika aku jadi kau, aku akan berfikir dua kali sebelum berkata seperti itu, nona Keyra."
..ᴄᴘ" ᴢ