Boy Alexander, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang asisten yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada keluarga Keano. Selain itu, dia juga adalah pemimpin tim keamanan dari semua pengawal di keluarga Keano.
Sebelum diadopsi, dia tinggal di panti asuhan, sehingga dia tidak tahu siapa orang tuanya dan dia tidak tahu tentang jati diri dia yang sebenarnya.
Sebuah kesalahpahaman membuat dia harus menikah dengan sang nona muda, membuat Boy dipandang rendah oleh mertuanya, mengingat status Boy hanyalah seorang asisten.
Siapa sangka ternyata Boy adalah seorang pewaris yang berasal dari keluarga terpandang. Ketika Boy baru saja dilahirkan, ayahnya sudah tiada. Boy telah dibuang oleh kakeknya ke panti asuhan karena tidak ingin memiliki cucu yang berasal dari darah orang miskin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Rupanya di pagi hari ini mansion milik Nenek Margaretha telah kedatangan Maxime dan Rachel, Maxime sengaja membawa Rachel berkunjung ke mansion neneknya karena istrinya yang sedang mengandung satu bulan itu sedang ngidam masakan sang nenek.
"Bagaimana soto ayam buatan Oma? Enak gak?" tanya Nenek Margaretha kepada Rachel.
Rachel tidak langsung menjawab, karena mulutnya telah dipenuhi dengan nasi. Setelah dia menelan makanan di dalam mulutnya, Rachel pun menjawab pertanyaan dari Nenek Margaretha. "Sangat enak, Oma. Dari semalam aku ngidam soto ayam buatan Oma."
Nenek Margaretha pun terkekeh, dia sangat senang mendengar pujian yang dilontarkan oleh istri dari cucunya itu.
Nenek Margaretha merasa dia sama sekali tidak gagal dalam mencarikan jodoh untuk Maxime, Rachel memang selama ini telah menjadi seorang istri yang sangat baik untuk Maxime.
Karena itulah Nenek Margaretha berinisiatif untuk menjodohkan Boy dengan Claudya. Dia sangat merasa yakin bahwa Claudya sangat pantas untuk bersanding dengan Boy. Apalagi dulu Claudya sendiri yang meminta kepada ayahnya untuk menjodohkan dia dengan Boy. Claudya telah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Boy, ketika Boy datang ke perusahaan milik ayahnya Claudya. Tapi sayangnya pria itu sangat cuek sekali.
"Makan yang banyak, sayang." Maxime berkata sambil mengelus-elus rambut Rachel yang sedang memakan lahap masakan sang nenek.
Tiba-tiba Maxime menjadi teringat dengan Boy, karena dia melihat mobil Boy berada di halaman depan mansion. "Boy tidur di sini, Oma?"
Nenek Margaretha segera menjawab pertanyaan dari Maxime, "Mungkin. Boy memang sering tidur disini. Alexa juga. Mungkin semalam Boy pulangnya kemalaman, jadi Oma gak tahu Boy pulang ke mansion."
Setelah mendengar jawaban dari Nenek Margaretha yang menyinggung soal Alexa, membuat Maxime menjadi teringat dengan ayahnya Alexa yang semalam mengirim pesan kepadanya, Maxime membaca pesan tersebut pagi tadi, karena semalam dia sudah tertidur pulas. Ayahnya Alexa semalam bertanya apakah Maxime tahu malam ini Alexa pergi kemana, siapa tahu Alexa sedang bersama dengan Rachel.
"Apa Alexa semalam pulang kesini juga? Padahal Om Edwin bilang semalam ada acara makan malam dengan keluarga Alexander. Tapi Alexa gak hadir." Maxime bertanya kepada Nenek Margaretha.
Tapi pembicaraan mereka terhenti ketika mereka tidak sengaja mendengar suara jeritan Alexa.
"Aaahhh..."
Membuat Maxime, Rachel, dan Nenek Margaretha segera bangkit dari tempat duduknya.
"Itu kan suara Alexa?" ucap Rachel sambil mengerutkan keningnya.
"Hm, biarkan saja. Dia kan sering bertingkah." Maxime memutuskan untuk melanjutkan makan kembali.
"Mending kita cek aja. Aku takut Alexa kenapa-kenapa." pinta Rachel kepada Maxime. Bagi Rachel, Alexa adalah sahabat dan keluarganya, sehingga dia sangat mengkhawatirkan Alexa.
"Iya, kamu harus cek ke lantai atas, Max! Tumben juga Boy belum bangun. Biasanya dia selalu bangun sebelum ayam berkokok." Nenek Margaretha berkata dengan nada heran. Karena dia sangat tahu sekali dengan kebiasaan Boy yang selalu disiplin dengan waktu.
Maxime dan Rachel pun segera mengikuti perintah dari sang nenek untuk pergi ke kamar Alexa. Tapi rupanya Alexa tidak ada di kamarnya.
"Lho Alexa kemana? Padahal tadi aku mendengar suara jeritannya." Rachel berkata sambil mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar Alexa.
Maxime hanya diam. Di lantai dua terdapat tiga buah kamar. Yaitu kamar bekas Maxime yang sampai kini tidak boleh ditempati oleh siapapun. Karena terkadang Maxime pun kalau ada waktu senggang sering menginap disana bersama dengan Rachel.
Sedangkan di seberangnya terdapat dua kamar yang saling bersampingan. Yaitu kamar yang sering ditempati Boy, dan disebelahnya sering digunakan oleh Alexa. Maxime sudah mencari keberadaan Alexa di sekitar lantai dua tersebut, tapi dia tidak menemukan keberadaan gadis itu.
Entah mengapa Maxime merasa curiga. Apakah mungkin Alexa sedang berada di kamar Boy?
"Apakah mungkin Alexa berada di kamar Boy?" gumam Maxime dengan pelan.
Rachel malah tertawa kecil. "Kayaknya gak mungkin. Boy itu kan polos banget dan kaku kayak kanebo kering. Mana mungkin dia macam-macam sama Alexa."
"Justru itu, siapa tahu kan Alexa yang berbuat macam-macam pada Boy."
Tawa Rachel malah semakin meledak. "Gak mungkin lah, sayang. Mana ada cewek melecehkan cowok."
"Kamu gak kayak gak tahu aja bagaimana Alexa, sayang. Dia kan cewek bar-bar." Setelah berkata seperti itu, Maxime pun bergegas keluar dari kamar Alexa, dengan Rachel yang mengekorinya dari belakang. Maxime segera mengetuk pintu kamar Boy.
Tok...
Tok...
Tok...
semoga itu boy bukan si asisten Rozi 😬😬
Alexa cuma cocoknya sama Boy😘😁