"Ibumu pembunuh!"teriak Amanda.Dadanya bergemuruh.Emosinya berkobar-kobar melihat sang putri kecilnya kini meregang nyawa karena ulah mertuanya.
"Kamu mengatakan ibuku seorang pembunuh?Dia itu mertuamu!Yang berarti ibumu juga Amanda!"teriak Richard tak mau kalah.Ia tak mau ibunya dituduh sebagai pelenyap nyawa putrinya.
Amanda,seorang istri yang harus mencari nafkah karena suaminya , Richard tak mau bekerja setelah dipecat dari tempatnya bekerja.Ia harus mengasuh putrinya yang masih berusia dua bulan,namun tanpa sepengetahuan Amanda,ibu mertuanya memberikan makanan yang belum boleh dikonsumsi oleh bayi , hingga sang anak meninggal dunia.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?Ikuti terus yuk kisah mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra Deanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 27
Lisa meminta agar kami memakai uang yang ada di tas tersebut dan jangan pernah mencari tahu penyebab dia bunuh diri.Hidupnya hancur.Hanya bunuh dirilah jalan satu-satunya.
Di surat itu juga,Lisa menyampaikan jika Amanda pernah membantunya.Mencoba kabur tapi gagal karena Amanda lebih dulu ketahuan.Dan yang terakhir,Lisa ingin kami semua berubah menjadi orang yang lebih baik lagi.
Aku membaca surat itu dengan suara sedikit keras Ibu dan Mbak Arin pun mendengar isi suratnya.Ibu memegang tas tersebut.
"Meski Lisa seperti ini,dia masih meninggalkan uang untuk kita.Lumayan ini.5 jutaan pasti cukup"ucap Ibu tanpa rasa penyesalan.Bahkan setelah Lisa meninggal.
"Bu,nyawa Lisa hilang dan ibu masih gembira karena mendapatkan uang itu?"tanyaku.
"Hidup masih terus berjalan Ri.Ibu juga sedih karen Lisa itu anak ibu.Tapi kan,kalau Ibu sedih terus,ibu juga nggak akan bisa hidup Ri"
"Ah sudahlah.Lebih baik kita urus jenazah Lisa lalu kita makamkan dengan layak."ucapku.Aku jengah dengan sikap ibu.Bahkan sudah kehilangan anak,namun tak mau berubah.
"Benar.Dan kita lanjutkan hidup."jawab Ibu.Sungguh,aku benar-benar tidak percaya melihat sikap ibu.
"Kalau kami meninggal nanti,apa ibu juga akan seperti ini?"tanyaku.Ibu menatapku lekat.
"Iya dong.Kan ibu tetap harus melanjutkan hidup.Jawab ibu langsung berdiri dan langsung berjalan ke ruang tempat Lisa dan berbicara dengan seorang petugas.Aku tahu pasti ibu melakukan sesuatu dan aku langsung mendekatinya.
"Saya minta kasus anakku tidak usah diselidiki lagi.Aku ingin anakku tenang."ujar Ibu.
"Apa-apaan sih Bu!"teriakku sambil menarik lengan Ibu.
"Kasus ini harus diselidiki agar kita bisa tahu penyebabnya dan siapa pelakunya.Kenapa ibu bertindak semau ibu sendiri?!"sentakku.
"Kamu lupa surat Lisa tadi?Dia kan nggak mau kita menyelidiki dan membuka kasus ini Ri!Sudahlah diam saja kamu!"balas Ibu membentakku.
"Bagaimana kalau dia terpaksa menulis itu?"tanyaku lagi.
"Pikiranmu itu terlalu buruk."Ibu memukul jidatku dan kembali berjalan ke arah petugas.Ibu tetap bersikeras kalau kasus dihentikan saja,jangan ada penyelidikan.Aku dan Mbak Arin hanya diam saja.Ibu yang semangat ingin membawa jenazah Lisa pulang.
Bahkan,untuk setetes air mata pun tak terlihat di mata Ibu.Entah terbuat dari apa hatinya.Dia nampak sangat tegar bahkan masih bisa tersenyum saat petugas menyuruhnya untuk tanda tangan.
Sebenarnya aku ingin memarahinya,namun dia tetaplah ibuku.Tak mungkin aku memarahinya.
Jenazah Lisa sudah dimandikan dan dikafani.
Seorang petugas kembali datang dan memberikan ponsel Lisa kepadaku.
Aku pun menatap Mbak Arin dan langsung ku serahkan ponsel Lisa padanya."Simpan dulu Mbak,jangan sampai ibu tahu."ujarku.Mbak Arin mengangguk dan langsung menyimpannya di tas yang ia bawa saat melihat Ibu berjalan ke arah kami.
"Kita akan memakamkan jenazah Lisa.Nanti kamu beritahukan kepads imam masjid agar banyak orang yang melayat.Biar kita dapat uang lebih banyak."ucap Ibu.
Aku tak menjawabnya dan langsung pergi bersama Mbak Arin untuk melihat jenazah Lisa.Ibu pasti kesal karena kami meninggalkannya begitu saja.
Jenazah Lisa siap dibawa pulang dan kami bertiga langsung menuju ke mobil.
"Loh mobil kita mana?"tanyaku heran saat tidak mendapati mobil di parkiran.
"Mana kunci mobilnya?"tanya Ibu.Aku mencarinya namun nihil."Kuncinya ku tinggalkan di mobil"ucapku sambil menepuk jidatku.Kenapa aku bisa seteledor ini?
Aku langsung berlari ke pos keamanan yang berada tak jauh dariku dan minta untuk melihat cctv.
"Astaga cobaan apalagi ini.Kenapa hidup kita jadi sial gini!"teriak Ibu yang nampak histeris.
"Kalian pulang dulu naik angkot.Aku akan mengurus mobil dulu"ucapku.
Bersambung..