***
Karena kebodohannya sendiri, Grace harus menghadapi sebuah insiden tak terduga di dalam hidupnya. Dimana dia terpaksa harus terlibat dengan seorang laki-laki yang ia temui disebuah club. Saat itu dia mendapatkan dare untuk mencium seorang pria random disana. Namun sayangnya karena ciuman sialan itu mengantarkannya pada sebuah penyesalan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pria yang ia cium itu ternyata bukan orang yang sembarangan. Dia merupakan CEO dari sebuah perusahaan besar yang sangat berpengaruh sekali. Karena pengaruhnya itulah mau tak mau Grace harus membayar mahal atas tindakan bodohnya malam itu.
Akankah Grace sanggup membayar hal tersebut?
***
HALLO GUYS IM BACK!!!
BIJAK DALAM MEMBACA YA! BANYAK MENGANDUNG UMPATAN, DAN TENTU SAJA ADEGAN YG HM-HM. DOSA DITANGGUNG SENDIRI. SIAP-SIAP BAPER WKWK.
Ig : oviealkhsndi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ovie NurAisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
***
Mungkin karena masih kesal, makanya Grace tidak membalas chat yang dikirimkan kedua temannya. Sebenarnya tidak ada gunanya dia marah, toh kedua temannya kan memang suka meninggalkannya ketika di club dan asik dengan dunianya sendiri. Tapi malam kemarin itu beda, seharusnya mereka menemani Grace yang sudah mabok dan tidak sadarkan diri. Andaikan saja mereka menemaninya, kemungkinan besar kalau Grace tidak akan ada diposisi saat ini.
Kemarin dia menginap di apartement Jill, baru di pagi harinya dia langsung pulang ke rumah ibu Lita untuk ganti baju. Karena kan hari ini dia sudah mulai aktif bekerja di perusahaan Atlas Group. Sebenarnya malas, tapi apa mau dikata. Grace sudah menandatangani perjanjian itu dan dia juga harus tetap mematuhinya. Dari pada nanti video sialan itu disebar pria itu. Dia kan pria licik.
"Beneran gak sarapan dulu? Padahal ibu udah masakin kamu loh, nak."
Grace tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya. Tepat di pukul tujuh dia berangkat dari rumah tersebut menggunakan mobilnya. Namun sebelum berangkat, tentu saja dia harus berpamitan dulu pada sang ibu.
"Enggak ibu, nanti aja. Lagi pula Cece gak lapar kok."
"Takut asam lambung kamu naik, nak."
"Enggak akan. Tadi sebelum pulang kesini aku sempet makan roti tawar di rumah Jill."
Lita menghela nafasnya pelan lalu memberikan sebuah paper bag kecil pada gadis ini.
"Ibu buatkan bekal. Nanti dimakan ya? Soalnya kamu gak makan pagi ini."
"Makasih banyak ibu. Sayang deh," ucap Grace seraya memeluk sang ibu dengan cukup erat.
"Ibu mau puas-puasin dulu sama kamu. Soalnya nanti kam udah gak tinggal disini lagi."
"Ibu," cicit Grace.
"Gak papa sayang. Lin sudah menceritakan semuanya pada ibu. Ibu senang karena akhirnya kamu memilih jalan ini."
"Ya mau bagaimana lagi, bu. Beliau sudah mewarning aku sejak lama. Jadi ya aku putuskan untuk segera kembali saja."
"Itu pilihan yang benar, nak."
"Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu ya bu? Doain hari ini lancar tanpa adanya masalah."
"Iya sayang. Hati-hati di jalan ya?"
Grace menganggukan kepalanya. Tak lupa sebelum benar-benar pergi, dia mendaratkan kecupan di kedua pipi sang ibu serta kembali memeluknya. Baru setelahnya ia menaiki mobilnya dan pergi dari pekarangan rumah tersebut.
Sepanjang jalan mulut Grace terus komat kamit, berdoa dan berharap jika hari ini bisa dengan cepat ia lalui tanpa adanya masalah. Kemarin Atlas hanya memberinya kartu akses masuk perusahaan tanpa memberitahu apa saja dobdesknya. Selain mempersiapkan dirinya untuk bekerja, Grace juga harus mempersiapkan dirinya menghadapi tatapan-tatapan aneh karyawan wanita di perusahaan itu.
Tampil modis dengan blouse berwarna abu-abu yang dipadukan dengan rok span berwarna hitam sepanjang lutut. Tampilan Grace sudah mirip seperti wanita karier pada umumnya. Ia juga mengikat rambutnya ala kuncir kuda, seperti biasanya.
Sesampainya di perusahaan tersebut, ia langsung memarkir mobilnya dan berjalan menuju ke lobby. Dan siapa sangka, disana sudah ada asisten pria itu. Mungkin, karena sebenarnya Grace juga tidak tahu. Hanya saja dia selalu melihat pria ini mengikuti Atlas.
"Nona Grace, mari ikut saya." Ucapnya saat Grace sudah ada di depannya.
"Kemana?"
"Tuan belum menjelaskan jobdesk anda kan? Jadi kita akan ke ruangannya lagi."
Tolong percepat saja semuanya tuhan. -Batin Grace.
Gadis itu pun menganggukan kepalanya dan mengkuti langkah pria ini memasuki area lobby. Mereka berjalan menuju ke lift khusus yang hanya digunakan oleh CEO. Beberapa pandangan aneh dan sinis sudah Grace dapatkan saat ia mengikuti asisten Atlas masuk lift ini. Sudah ia duga akan seperti ini, huh!
"Silahkan nona, tuan sudah menunggu anda."
Sesampainya di lantai tempat adanya ruangan Atlas, pria ini langsung mempersilahkannya untuk masuk sendirian. Grace tidak ambil pusing dan segera masuk setelah mengetuk pintu. Di dalam sana, Grace melihat jika Atlas sedang duduk dan berkutat dengan laptop di depannya.
Grace meneguk ludahnya kasar saat matanya tidak sengaja menatap bagian dada bidang pria itu yang sedikit terekspos karena kancingnya terbuka. Sialan, kenapa pria itu terlihat tampan?!
"Aku tahu aku tampan, tidak perlu menatap ku seperti itu."
Tatapan Grace seketika buyar. Ia langsung mendengus kesal mendengarnya. Sialan, dia terciduk!
Atlas pun mengangkat pandangannya dan menatap ke arah Grace. Kini giliran dia yang terdiam dengan apa yang ia lihat.
"Aku tahu aku sexy, tidak perlu menatap ku seperti itu," ceplos Grace tak mau kalah.
Atlas seketika berdehem pelan. Kenapa gadis ini selalu memakai baju dengan cuttingan V dibagian dadanya? Apa dia sengaja ingin mengekspos dadanya yang kecil itu?!
"Duduk," titah Atlas.
Grace pun menurut dan duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Atlas. Gadis itu sama sekali tidak melirik ke arah lain selain ke arah Atlas.
"Jobdesk yang harus kamu kerjakan. Dan ingat, ruangan mu ada di sebelah ruangan ini, Daren sudah menyiapkannya," tutur Atlas seraya menunjuk ke arah samping dimana ruangan yang nantinya akan Grace tempati.
Ruangan itu hanya dibatasi dengan kaca bening. Jadi dari sini Atlas bisa melihat secara jelas bagaimana Grace akan bekerja nantinya.
Mengabaikan hal itu, Grace lebih tertarik melihat jobdesknya apa saja. Ia pun mulai membacanya. Awalnya biasa saja, karena pekerjaannya sama seperti sekretaris seperti pada umumnya. Tetapi ia mulai mengernyit saat membaca sebagian jobdesknya.
"Mengikuti mu kemana pun kau pergi? Termasuk dalam negeri atau pun luar negeri?" tannya Grace seraya menatap ke arah Atlas.
"Kau asisten pribadi ku kalau kau lupa."
"Ya aku tahu. Tapi kenapa harus sampai ikut juga ke luar negeri? Aku tidak suka berpergian jauh."
"Mulai sekarang kau harus bisa dan harus terbiasa."
Grace berdecih pelan. Ia pun kembali membaca jobdesknya lagi. Tetapi lagi-lagi dia dibuat terkejut dengan jobdesk itu.
"Aku harus bersikap manja saat di depan orang lain? Seriuosly?"
"Bukankah aku menyewa mu juga sebagai pacar pura-pura ku? Ini hanya di depan orang, tidak saat kita berdua."
"Jadi kau mencampur jobdesk pekerjaan di kantor dan pekerjaan ku diluar kantor? Aku bahkan harus menemani mu sampai larut malam? Apa itu sebanding dengan apa yang akan aku terima?" tanya Grace.
"Tentu saja akan sebanding. Gaji mu akan naik tiga kali lipat dibanding gaji karyawan biasa. Selain itu peraturan yang aku buat juga tidak sulit, kau hanya perlu bekerja dengan santai saja."
"Tapi aku tidak bisa menemani mu kerja sampai larut malam. Sebab aku juga memiliki kegiatan lain. Jadi aku harap, setelah pukul empat sore nanti, tidak ada hubungan apapun antara kau dan aku. Entah itu pekerjaan dikantor ataupun pekerjaan sebagai kekasih bayaran."
tbc.
hayolo baca tapi gak like sama komen, hmzzzz
kalau mau kan mesti Sah in dulu aduhhh bang sabar Napa bang
cuman belum sampai perkenalan aja ini duh Thor lanjut
sorry Thor Baru sempet baca
takut kecebur dalam cinta karena kepura-puraan .....💪💪