" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya Ana mendapatkan semua informasi tentang pria itu. Alamat dia tinggal, orang tuanya, juga usaha yang dia miliki. Ana menyalin alamat dimana orang tua Jordan tinggal, lalu segera menghapus semua jejaknya dari laptop untuk berjaga-jaga. Rencananya besok pagi dia akan mendatangi rumah kedua orang tua Jordan demi membicarakan hal ini, dan dia berharap orang tua Jordan dapat menghentikan perbuatan gila putranya itu.
Esok paginya.
Ana meninggalkan sarapan paginya, dia bergegas pergi dengan alasan sudah memiliki janji dengan sahabatnya.
Dua jam Ana berada di perjalanan untuk mecari alamat orang tua Jordan, dan akhirnya terbayar sudah lelahnya karena dia sudah mendapatkan alamat itu. Awalnya sangat sulit ingin menemui orang tua Jordan karena mereka memang bisa terbilang sangat jarang berada di rumah dan juga tidak suka menerima sembarang tamu. Tapi begitu Ana mengatakan bahwa dia hamil anak dari Jordan, barulah Ana di izinkan masuk, itu pun dia harus menunggu kurang lebih sepuluh menitan lagi.
" Kau kelihatannya masih anak-anak, berapa usia mu? " Tanya seorang wanita yang tak lain adalah Ibunya Jordan. Bukan hanya ada Ibunya Jordan saja, disana juga ada Ayahnya Jordan yang sedari tadi menatap seperti sedang menilai dari fisiknya.
" Usiaku dua puluh tahun, Nyonya. " Jawab Ana jujur.
" Dua puluh tahun? Kau yakin kau sedang hamil dengan putraku? Katakan iya atau tidak, karena aku tidak suka berbosa basi! "
Ana menelan salivanya, rupanya Ibunya Jordan benar-benar orang yang tegas, tapi kenapa putranya begitu kurang ajar hingga berani berselingkuh dengan Ibu tirinya?
" Maaf aku berbohong. " Ujar Ana yang lagi-lagi tentu harus jujur.
" Satpam! "
Ana membulatkan matanya terkejut, satpam? Ini artinya dia akan di seret keluar kan? Ah, benar saja! Satpam sudah datang kesana, dan bersiap menyeretnya keluar dari rumah mewah itu.
" Tunggu, Nyonya! Ada hal yang sangat penting mengenai putra anda yang harus kita bicarakan, itulah mengapa saya berbohong demi menemui Nyonya dan Tuan untuk bicara secara langsung! "
" Kau pasti hanya gadis gila yang mengagumi putraku kan? "
" Bukan! Bukan! Sumpah! Boleh lihat sendiri buktinya ada di ponselku. Putra Nyonya dan Tuan, dia berselingkuh dengan Ibu tiri ku! "
Kedua orang tua Jordan jelas terkejut parah, dia bahkan sudah hampir tak tahan dan meminta satpam untuk menyeret Ana pergi dari sana dengan segera. Benar saja, satpam itu meraih kedua lengan Ana untuk dia bawa keluar.
Ana, gadis itu sudah susah payah untuk datang dan bicara malah akan di usir? Tentu saja tidak boleh! Dia harus menyelesaikan ini agar Ayahnya bisa hidup dengan bahagia.
" Nyonya, Tuan, jangan usir saya dulu! Saya bersumpah saya tidak berbohong, lihat dulu saja buktinya, setelah itu saya akan pergi tanpa di usir. "
Ayahnya Jordan mengangguk kepada satpam itu agar melepaskan Ana, sungguh lega karena tidak lagi di cengkram lengannya oleh satpam yang sepertinya memiliki kekuatan super.
Ana kembali duduk dengan tenang, lalu menyerahkan ponselnya demi menunjukkan bukti yang dia punya. Ah, benar-benar bersyukur karena dia masih menyimpan ponsel lamanya jadi bisa ia gunakan sekarang ini.
" Ini, Nyonya dan Tuan. " Ana menyerahkan rekaman video dari kamera pengawas, dan juga bukti photo yang dikaitkan temannya saat Raya dan Jordan makan malam bersama di restauran, lalu photo wajah Jordan saat berada di atas ranjang bersama dengan Raya.
" Tidak mungkin. " Ibunya Jordan menutup mulutnya tak kuasa melihat itu lebih lama. Jelas sekali kalau bukti yang diberikan Ana kepada mereka adalah bukti nyata, jadi ingin membela anaknya tentu saja dia tidak bisa.
" Ayah, kenapa Jordan kita melakukan ini? Kenapa? " Ibunya Jordan menangis di pelukan suaminya. Sebenarnya Ana benar-benar tidak tega melihat bagaimana Ibunya Jordan menangis, tapi dia juga tidak memiliki pilihan lain selain mengadukan apa yang dilakukan Jordan kepada orang tuanya sendiri.
" Sejak kapan ini terjadi? " Tanya Ayahnya Jordan kepada Ana.
" Tidak tahu, Tuan. Menurut penjaga vila mereka sudah sering menggunakan vila Ayahku untuk berduaan seperti itu. "
Ayah dan Ibunya Jordan nampak semakin kecewa dan sedih. Memang sih, kalau melihat rumah milik orang tua Jordan mereka terlihat seperti bukan orang sembarangan, atau mungkin bisa disebut orang yang berpendidikan.
" Kami benar-benar meminta maaf, kami akan menasehati Jordan nanti. "
" Tidak yah! Aku yakin wanita itu lah yang sering Jordan ceritakan kepada Ibu. Ibu sudah minta Jordan untuk mempertemukan kita dengan wanita itu dan meminta mereka untuk segera menikah, tapi Jordan selalu beralasan ini dan itu. Aku yakin dia tidak bisa membawanya menemui kita karena dia adalah istri orang lain, dan Ibu yakin Jordan sangat mencintai wanita itu jadi apapun yang kita katakan dia hanya akan mengatakan iya tapi tetap tidak akan menjalankannya. "
Ayah menghela nafas.
Ana jadi ikut pusing memikirkan nya, padahal dia datang kesini agar bisa memisahkan Jordan dan Ibu tirinya agar Ayahnya dan Ibu tirinya bisa hidup dengan bahagia tanpa gangguan pria itu, eh malah orang tua pria itu juga tidak tahu harus melakukan apa.
Ana menghela nafas, lalu tak sengaja melihat kedua orang tua Jordan yang menatapnya lekat seperti sedang memikirkan rencana yang sama. Ana tentu saja bingung hingga ikut menatap dengan maksud bertanya apa arti dari tatapan itu.
" Menikah lah dengan Jordan. " Ucap Ayah dan Ibunya Jordan dengan kompak.
" Apa?! " Ana ternganga setelahnya, menikah? Dengan Jordan si pria hidung belang yang menjadi selingkuhan Ibu tirinya? Hah?! Boleh tendang dia saja tidak sampai ke bulan?
" Kau sampai datang kesini pasti bukan hanya karena ingin mengadu saja kan? " Tanya Ibunya Jordan.
Ana menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
" Ayahku itu sangat mencintai Ibu tiri ku, aku tidak ingin Ayahku kecewa. Ayahku baru kali ini bisa jatuh cinta lagi setelah ditinggal Ibu ku meninggal melahirkan ku. "
" Ayahmu benar-benar pria yang setia ya? Pria seperti itu pasti akan sangat frustasi, bisa jadi dia akan melakukan tindakan di luar akal sehat. " Ujar Ayahnya Jordan yang membuat Ana Mulai merasa waspada.
" Iya, seperti tetangga kita dulu ya yah? Bunuh diri karena istrinya selingkuh. " Timpal Ibunya Jordan yang sebenarnya mengada-ada saja.
Ana, gadis itu hanya bisa menelan salivanya karena negeri sendiri. Bunuh diri? Benar-benar bisa gila dia kalau sampai Ayahnya mati bunuh diri. Di dunia ini dia kan hanya punya Ayahnya saja?
" Kau pasti datang demi Ayahmu kan? " Tanya Ibunya Jordan yang langsung mendapatkan anggukan dari Ana.
" Kalau begitu, Ayo kita bekerja sama. Kau berjuang untuk membuat hati Jordan beralih padamu, dan kami akan berjuang menekan Jordan untuk melupakan Ibu tiri mu, tapi kalian harus menikah terlebih dulu. "
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget