Sinopsis
Caca, adik ipar Dina, merasa sangat benci terhadap kakak iparnya dan berusaha menghancurkan rumah tangga Dina dengan memperkenalkan temannya, Laras.
Hanya karena Caca tidak bisa meminta uang lagi kepada kakaknya sendiri bernama Bayu.
Caca berharap hubungan Bayu dan Laras bisa menggoyahkan pernikahan Dina. Namun, Dina mengetahui niat jahat Caca dan memutuskan untuk balas dendam. Dengan kecerdikan dan keberanian, Dina mengungkap rahasia gelap Caca, menunjukkan bahwa kebencian dan pengkhianatan hanya membawa kehancuran. Dia juga tak segan memberikan madu untuk Caca agar bisa merasakan apa yang dirasakan Dina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 SEMAKIN DEKAT
Mas Bayu mulai merasa lebih nyaman, meskipun masih ada kegugupan di wajahnya. "Mungkin saja... Saya suka ide itu. Kita bisa bicarakan lebih lanjut."
Di situlah aku melihat peluang untuk memperdalam hubungan mereka. Semakin Mas Bayu merasa dihargai dan semakin terpesona dengan Laras, semakin besar kesempatan untuk meruntuhkan ikatan rumah tangganya dengan Mbak Dina. Semua berjalan sesuai dengan apa yang aku harapkan.
Aku tahu, ini baru permulaan. Mas Bayu semakin terjebak dalam pesona Laras, dan aku semakin mendekatkan diri pada tujuanku. Namun, aku tetap harus berhati-hati. Jangan sampai ada yang menyadari bahwa aku sedang merencanakan sesuatu yang besar.
Laras benar-benar memainkan perannya dengan sangat sempurna. Dia terus-menerus memuji Mas Bayu, seolah-olah dia adalah pria paling luar biasa yang pernah ada. Setiap kata yang keluar dari bibir Laras membuat Mas Bayu semakin terbang tinggi, merasa seolah-olah dia adalah pusat perhatian, seorang pria hebat yang layak mendapatkan segala pujian.
"Mas Bayu, saya sangat kagum dengan semua yang Anda capai. Tidak banyak pria yang bisa sejauh ini dalam karier mereka. Anda benar-benar luar biasa," kata Laras dengan senyum yang menggoda, matanya menyiratkan rasa kekaguman yang mendalam.
Mas Bayu yang sebelumnya merasa canggung, kini mulai tersenyum lebih lebar, merasa dihargai dan diperhatikan. "Ah, terima kasih, Laras. Sebenarnya, semua itu bukan hanya karena saya. Saya juga mendapat dukungan dari orang-orang di sekitar saya," jawabnya, meskipun wajahnya menunjukkan bahwa dia mulai merasa bangga.
Laras tidak berhenti memuji, bahkan menambahkan, "Tentu saja, Mas Bayu. Tapi saya bisa melihat dari cara Anda berbicara, Anda memang seorang yang penuh visi. Pasti banyak orang yang merasa beruntung bisa bekerja sama dengan Anda."
Aku yang melihat dari kejauhan tidak bisa menahan rasa puas. Semakin banyak Laras memuji Mas Bayu, semakin besar egonya. Aku bisa merasakan bahwa dia merasa sangat dihargai dan penting, sesuatu yang mungkin mulai dia rindukan dalam hubungan dengan Mbak Dina. Laras berhasil membuat Mas Bayu merasa istimewa, bahkan lebih dari sebelumnya. Ini adalah bagian dari rencanaku untuk membuatnya semakin tergoda dan terikat pada Laras.
Mas Bayu mulai semakin percaya diri, merasa dirinya semakin hebat dan lebih berharga. "Kamu terlalu baik, Laras. Terima kasih atas pujianmu," ujarnya dengan sedikit terengah, seakan-akan dia baru menyadari seberapa besar dirinya di mata Laras.
Aku tahu ini adalah titik balik, saat Mas Bayu benar-benar terperangkap dalam pesona Laras dan merasa terangkat dari rutinitasnya yang membosankan bersama Mbak Dina. Setiap kata pujian yang Laras berikan semakin membuat Mas Bayu merasa jauh lebih tinggi dari yang sebelumnya, dan aku tahu, dalam hati kecilnya, dia mulai merindukan perasaan dihargai dan dipuja.
Pujian Laras berhasil membuatnya semakin terbang tinggi, dan aku semakin mendekati tujuan besar dalam rencanaku.
...****************...
Malam itu, suasana makan malam terasa berbeda dari biasanya. Suamiku, Danu, tampak terkejut melihat Laras yang tiba-tiba ada di meja makan kami. Awalnya, dia hanya berdua dengan aku, tapi sekarang Laras ikut bergabung, menambah keramaian dalam suasana yang sudah terbilang mewah ini. Makanan mewah yang terhidang pun seperti menjadi latar belakang yang kontras dengan kehadiran Laras yang begitu memukau.
Danu menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya, mencoba memahami situasi yang tak biasa ini. “Caca, ada apa ini? Kenapa ada orang lain?” tanya Danu dengan nada sedikit bingung, matanya mengarah pada Laras yang duduk dengan percaya diri di sampingku.
Aku mencoba untuk tetap tenang, menjaga agar tidak terlihat ada yang janggal. “Oh, itu Laras, suamiku. Dia sedang menjalankan pekerjaan sebagai model di sini, dan kebetulan kita bertemu di kota ini. Jadi aku ajak dia makan bersama. Tidak ada salahnya, kan?” jawabku dengan senyum yang manis, berharap Danu tak terlalu curiga.
Danu mengangguk perlahan, meskipun aku bisa melihat bahwa dia masih merasa aneh dengan kehadiran Laras. “Oh, begitu ya. Kalau begitu, selamat datang, Laras,” kata Danu dengan sedikit ragu.
Laras, dengan senyum menawan dan percaya diri, membalas, “Terima kasih, Danu. Senang bisa bertemu dengan Anda,” sambil memberikan senyum yang membuat Danu merasa lebih nyaman meskipun masih ada ketegangan di udara.
Aku tahu bahwa kehadiran Laras di sini adalah bagian dari rencana besar. Aku ingin Danu melihat betapa memukaunya Laras, dan bagaimana dia bisa menarik perhatian semua orang di sekitar, termasuk Mas Bayu. Setiap kata dan tindakan Laras adalah bagian dari permainan yang aku susun, agar dia semakin terlihat sempurna di mata Mas Bayu dan menciptakan celah dalam hubungan Mas Bayu dengan Mbak Dina.
Namun, aku juga sadar bahwa aku harus berhati-hati. Danu bisa saja mulai merasa tidak nyaman jika Laras terus berada di sekitar kami. Aku berusaha menjaga suasana tetap santai dan nyaman, sembari terus memantau hubungan antara Laras dan Mas Bayu. Ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar, dan aku harus memastikan semuanya berjalan lancar tanpa ada yang mencurigai niatku.
Tiga hari perjalanan pulang terasa penuh dengan kepuasan yang tak bisa aku sembunyikan. Aku melihat Mas Bayu dan Laras semakin dekat, kedekatan mereka tak lagi bisa disembunyikan. Mereka berbicara dengan akrab, sering kali tertawa bersama, dan aku bisa merasakan bagaimana perhatian Mas Bayu kini lebih banyak tertuju pada Laras daripada pada aku atau suamiku.
Sesampainya di rumah, aku langsung menuju ruang tamu dan duduk di sofa, menyandarkan punggungku, sambil menyaksikan suasana yang tenang. Danu, suamiku, terlihat cukup lelah setelah perjalanan, sementara Mas Bayu dan Laras berbincang-bincang di pojokan. Aku mendekati mereka dengan senyum yang tak bisa aku tahan.
"Mas Bayu, Laras, senang bisa melihat kalian begitu menikmati perjalanan kemarin," kataku, berusaha terdengar santai meski hatiku berdebar. "Laras, kamu benar-benar berhasil membuat perjalanan ini terasa lebih hidup, ya?" tambahku dengan nada sedikit menggoda, memancing perhatian mereka.
Mas Bayu tersenyum lebar, namun ada kilatan di matanya yang tak bisa aku abaikan. "Iya, Caca, perjalanan kali ini sangat menyenangkan. Laras benar-benar seru diajak ngobrol, banyak yang kita bicarakan, membuat semuanya jadi lebih ringan," jawab Mas Bayu dengan nada yang lebih santai, seolah-olah dia benar-benar merasa nyaman.
Laras hanya tersenyum manis, matanya penuh perhatian pada Mas Bayu. "Senang bisa menemani Mas Bayu, saya juga belajar banyak. Kalian benar-benar pasangan yang menyenangkan," kata Laras dengan senyum memikat, menatap Mas Bayu dengan cara yang hampir intim.
Aku bisa merasakan ketegangan di udara. Danu yang berada di sampingku, terlihat agak bingung dengan interaksi mereka berdua. "Kenapa kalian berdua terlihat begitu akrab? Baru ketemu beberapa hari, kok bisa langsung ngobrol seperti sudah lama kenal?" tanya Danu, seolah merasa ada yang aneh.
kadang kasian Ama Caca, tp kenapa dia ngga mikir y gimana perasaan Dina. yg skg dia alami.
apa Caca ngga sadar ini ulahnya.
makin merasa terzolimi padahal dia sendiri pelakunya