Dipertemukan di sebuah masjid dengan kejadian memalukan membuat Galexia Adhara, gadis berumur 18 tahun ini menyukai sosok dokter muda.
Namun, masalahnya dokter muda yang ia sukai itu adalah kakak dari musuh bebuyutannya di sekolah.
Galexia maupun dokter muda itu pun tak sadar jika sudah mengenal sejak dulu, hanya saja jarak dan waktu memisahkan keduanya menjadi dua orang yang asing. Hingga suatu hari kebenarannya terungkap, jika dulu mereka pernah saling mengenal.
Bagaimana perjuangan Galexia mendapatkan hati si dokter muda, apakah masa lalu akan menjadi penghalang keduanya untuk bersatu ? Dan ujian apa yang datang menghampiri keduanya ? Ikuti kisah si gadis natckal ini yuk !
Sequel ISTRINYA PAK GURU ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesialan dr.Fatur
"Bun, bunda abis makan apa sih. Kenapa darahnya bisa naik lagi ? Kadar gulanya juga sama ?" tanya Shania.
💐 Di rumah sakit yang sama
Di ruangan lain, bunda Lia sedang berbaring di ranjang pasien. Dan ayah, Shania juga Arka tengah berada di sana.
"Bunda mu ini nih, suka bandel kalo udah ketemu sama temen-temen arisannya. Lupa kalo sekarang udah tua, punya pabrik gula sama pabrik darah !" jawab ayah Shania.
"Neng, anak-anak ?" tanya bunda.
"Di rumah bun, sama ibu," jawab Arka.
"Assalamualaikum, malam pak..bu," sapa seorang dokter perempuan.
"Dok," gumam mereka.
"Ibu Lia, di cek dulu ya bu.." senyumnya.
Di ruangan lain.
"Suster Oline," panggil Fatur.
"Iya dok ?"
"Dokter Seli ?"
"Oh, dokter Seli sedang mengecek pasiennya dok, mau saya panggilkan dok ?"
"Oh, ga usah biar saya tunggu saja. Oke terimakasih !" jawab Fatur melirik jam di tangannya lalu berjalan menuju ruangannya.
Dari kejauhan ia melihat dua gadis yang tengah memapah seorang pemuda dengan kepayahan, dan seorang lainnya memegang barang-barang.
"Ck, anak muda sekarang !" Fatur tersenyum mengingat jika dulu seseorang tak menggapai dan membawanya, mungkin masa mudanya akan hidup bebas seperti itu dalam artian bebas yang negatif.
Ia masih memperhatikan mereka dengan intens, tapi kemudian keningnya berkerut.
Tunggu !
Ia hafal dengan wajah salah satu dari ketiga gadis itu.
"Itu !" ia kemudian tersenyum miring.
Tempo hari ia ketiban sial menghadapi sifat absurd Galexia, jika sampai malam ini ia kembali dipertemukan kembali dengan gadis yang dalam pikirannya Gale memang anak jalanan yang bandel lengkap sudah kesialannya, ia menyayangkan wajah secantik itu tapi kelakuan liar. Bagaimana tidak, sudah malam begini malah keluyuran dengan pemuda yang tampilannya seperti berandal.
Irvan datang lagi dengan membawa kresek hitam, berisi minuman. Teman-teman lain ikut mengambil dan meneguk minuman yang dibeli.
"Pasien Faisal !" panggil suster.
"Sama loe aja !"
"Engga ah, sama loe aja !" mereka malah saling menuduh.
"Biar aman barengan aja, semua ikut !" usul Faisal.
"Oke !" seru keempatnya, alhasil mereka beranjak bersama masuk ke ruangan dokter, tapi baru saja akan masuk, jidat Gale ditahan oleh Irvan.
"Bontot tunggu aja di luar. Jagain tas, minum, sama dompet !" ujar Irvan membuat bibir Galexia mengerucut seperti kerucut jalanan.
"Ko gue lagi sih yang harus ngalah !" cebiknya.
"Gue ga mau sendirian !" tolak Gale.
"Ini rumah sakit rame, Le. Loe ga sendirian. Lagian ga akan ada yang berani nyulik loe, kalo ada yang jahat, loe teriak aja, nanti gue keluar," Irvan menghilang di balik pintu ruangan.
"Ishhh, loe semua masuk. Ini sebenernya mau periksa apa mau tawuran sih !" Gale kembali duduk di kursi depan ruangan, melirik ke samping dan meraih minuman dari dalam keresek dengan sembarang.
Membuka penutup kalengnya dan...
Glekkk...glekkk...glekk....
"Ko rasanya aneh ?!" Gale terdiam merasa-rasai mulutnya, tapi karena haus, ia meneguknya hingga tandas.
"Ini softdrink macam apa ?!" Gale kini mengamati kaleng minuman yang barusan diminumnya.
Matanya membola saat mengetahui merk minuman yang tertera di kaleng.
"Amsyonggg si Irvan, beli beginian !" ia bersendawa beberapa kali, lalu mulai merasakan ulu hati yang terasa panas, perutnya seperti dikocok.
"Ampuni hamba ya Allah !" ucapnya.
Ia beranjak ingin mencari toilet. Sepertinya ia ingin memuntahkan makan sorenya tadi,
"Maaf mas, toilet sebelah mana ya ?" tanya Gale pada Fatur saat tak sengaja berpapasan.
"Kamu lagi, kamu lagi ! Kenapa harus ketemu kamu lagi, dosa apa saya ketemu kamu !" Gale tak dapat membalas perkataan Fatur, karena sedari tadi menahan mualnya, kepalanya juga terasa berat, dan keringat yang bercucuran.
Melihat keadaan Gale yang mengkhawatirkan, membuat hati Fatur tak tega untuk terus memarahinya, apalagi profesinya seorang dokter.
"Toilet sebelah..." baru saja Fatur berucap, Gale yang tak bisa menahan lagi rasa tak enak di perut memuntahkan isian lambungnya ke arah jas dokter Fatur.
"Huwekkkk !"
"Argghhhh !" Fatur meng3_rang.
Fatur sempat memundurkan diri, tapi Gale mencengkram sisi jasnya, seakan mencari pegangan. Jiwa seorang dokternya mengatakan jika ia harus menolong gadis ini. Mau tak mau ia menepuk punggung Gale demi menuntaskan muntahnya.
Beberapa orang yang melintas melihat adegan menjijikan itu. Hingga membuat Fatur tak tega dan menutupi wajah Galexia.
"Sudah selesai ?" tanya Fatur, saat Gale sudah tak lagi muntah, dan pakaiannya yang sudah penuh dan kotor. Bukan lagi, Galexia malah sudah mengelap mulutnya dengan ujung jas dokter milik Fatur, membuat Fatur berdecak.
"Kenapa ga sekalian aja kamu muntahin juga muka saya ?" kesal Fatur.
"Mas," panggil Fatur pada office boy.
"Maaf minta tolong, bersiin bekas ini. Dan ini tips buat kamu !" pinta Fatur lantas merogoh uang di saku celananya.
Si office boy itu mengangguk.
"Iya dok, makasih !"
Baru saja Galexia mendongak, matanya terasa kabur dan berbayang, seakan jiwanya melayang entah kemana karena sekarang ia sedang tertawa-tawa pada Fatur, entah apa yang ia tertawakan. Karena sangat jelas Fatur sedang menatapnya tajam sekarang. Apa dimatanya wajah menakutkan Fatur malah terkesan seperti minion ?
"Ha-ha-ha. Biasa aja dong mukanya. Asem banget kaya ketek mang Obar tukang cilor !" racaunya.
"Wah, teler nih bocah !" tak tau kesialan apa lagi yang dialaminya di pertemuannya dengan Gale kali ini.
"Hey abang ganteng, loe kaya idola gue. Cium gue dong bang ! Peluk dong !" pinta Gale ingin memeluk Fatur dan sudah memajukan bibirnya, sontak Fatur menekan dan memundurkan jidat Gale.
"Loe mabok ya ?! Ck, udah tau kalo minuman kaya gitu ada batasan umurnya. Malah loe minum lagi, bocil...bocil !" decaknya.
"Awas ! Ini baju saya kotor ! Udah muntahin, sekarang malah nyusahin !" omel Fatur. Malu karena tingkah Gale, Fatur berniat melepaskan cengkraman Gale dan pergi meninggalkannya.
"Brukkkk !"
"Awwww !" Gale mengaduh saat badannya ambruk terjatuh ke lantai, ia mengusap-usap pan_tatnya dan berusaha bangun, tapi sayang tenaga dan keseimbangannya sudah hilang tergerus efek minuman luknut.
"Ini badan gue kenapa berat banget, kaya badan raksasa? Apa dosa gue tak termaafkan ya ?!" racaunya lagi.
Fatur yang ingin pergi tak tega meninggalkan gadis ini jadi bahan tontonan pengunjung rumah sakit.
Akhirnya ia menggendong Galexia ke salah satu ruang inap di rumah sakit ini.
"Abis ini kamu harus ganti rugi, cil ! Udah pernah nimpuk, nuduh, muntahin, bikin malu, dan sekarang ?? Nyusahin saya !" decak kesal Fatur.
Fatur memanggil seorang suster dan membaringkan Gale di ranjang rumah sakit.
"Sus, tolong urus gadis ini. Saya mau ganti pakaian !" ujarnya melepas jas miliknya dan mengelap-lap kemejanya.
"Baik dok,"
Lalu Fatur masuk ke ruangannya untuk bersih-bersih dan berganti pakaian.
Shania dan Arka memutuskan untuk pulang.
"Iya bu, malu-maluin banget. Kalo anak gadis saya kaya gitu, udah saya uyel-uyel !!" obrolan pengunjung rumah sakit.
"Masa mabuk, terus muntah-muntah disini. Mana muntahnya ke orang lagi, dokter sini pula !"
"Ada apa sih mas ?" tanya Shania pada Arka saat berjalan di koridor menuju pintu keluar.
Arka menggidikkan bahunya acuh, "ga tau."
"Loh, si bontot mana ?!" tanya Faisal, karena kini disana hanya ada barang-barang tanpa kehadiran Gale.
"Tadi disini, apa pulang ya ?" tanya Andini.
"Coba telfon Lo !" pinta Irvan khawatir.
Mata Irvan tertuju pada sebuah kaleng minuman yang sudah tandas isinya.
"Ini siapa yang minum ?!" tanya Irvan dengan suara lantang bertanya dengan menunjukkan kaleng.
"Gue engga,"
"Apalagi gue,"
"Gue ga minum itu !"
"Terus ?!" tanya Irvan.
"Gale !!!" seru mereka.
.
.
.
.
bingung koment apa
saaaaa kingggg candu nyaaa sama karya author 👏👏👏💃💃💃
hehe pisss