NovelToon NovelToon
Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Meindah88

Asmaralda, seorang gadis buta yang penuh harapan menikah dengan seorang dokter. Suaminya berjanji kembali setelah bertemu dengan orang tua, tapi tidak kunjung datang. Penantian panjang membuat Asmaralda menghadapi kesulitan hidup, kekecewaan dan keraguan akan cinta sejati. Akankah Asmaralda menemukan kebahagiaan atau terjebak dalam kesepian ???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.15

"Mas, mohon, jangan meninggalkanku sendirian. Tunggu!"

" Untuk apa saya menunggu, Mas? Bukankah selama ini mas Abrisam pergi sudah jauh dariku. Lantas apa lagi yang kuharapkan. Semuanya tinggal kenangan pahit yang tak ingin kuingat kembali."lirih seorang wanita cantik menatap sendu pria tampan itu.

Ingin meraih tangannya tapi wanita itu tak ingin mendekat.

" Saya mohon, Mas baru sadar, dunia ini terasa hampa tanpa dirimu." ucapnya memohon mengatup ke-dua tangannya.

Wanita itu menggeleng pelan lalu tersenyum tipis namun di wajah melukiskan betapa terlukanya dia selama ini.

" Sudahlah, Mas. Berhenti memanggilku, semuanya sudah terlambat, dunia kita sudah berbeda." ucapnya.

" Ralda, jangan pergi! Jangan pergi ! Tolong maafin mas." tangan mungil wanita itu tak mampu ia raih hingga menghilang begitu saja.

" Tidak, tolong kembali," teriaknya.

Suara mengigau disalah satu kamar  membuat seorang pembantu dengan nada penuh kekhawatiran memanggil tuanya, langkahnya terhenti di depan pintu kamar putra majikan yang tampak tertutup rapat. Suara mengigau itu seolah menjadi sinyal bahaya, mendorongnya untuk bertindak cepat. Dengan hati yang berdebar, ia mengetuk pintu kamar itu berkali-kali. "Ada apa, Den? Apakah Anda baik-baik saja?" serunya, suara penuh kepanikan mencoba menembus keheningan yang membeku di balik pintu tersebut.

" Den, tolong buka pintunya!" ia masih menggendor pintu kamar sang majikan demi membangunkannya.

" Astaghfirullah," desah Abrisam, tiba-tiba terbangun dari mimpi buruk yang mengguncang relung hatinya. Ia duduk dengan nafas terengah-engah, ketukan keras di pintu membuat jantungnya berpacu. Segera mengusap wajahnya yang gusar, ia mencoba menenangkan gejolak di dalam dada. "Ternyata hanya mimpi," katanya pada diri sendiri dengan suara yang bergetar. "Mimpi itu begitu nyata, seakan menyentuh jiwa, apakah mungkin Ralda benar-benar telah pergi meninggalkan saya selamanya seperti yang dikatakan orang-orang?" ucapnya dengan nada yang lirih, penuh kekhawatiran yang mendalam.

Masih terdengar ketukan pintu, namun ia hanya berucap," saya baik-baik aja kok, Bi." teriaknya lalu menarik kembali selama hangatnya.

Mata sulit terpejam, pikiran terus terganggu oleh arti sebuah mimpi yang begitu nyata. Mimpi tentang wanita yang pernah di sia-siakan. Ia merasakan sakit yang begitu mendalam, bagai menusuk jantung setiap kali mengingat Ralda yang kini takkan bisa kembali bersama. "Semua harapan untuk bersama Ralda sudah tak ada lagi. Dia sudah pergi jauh... di alam yang berbeda," ucapnya dalam hati, meratapi kegagalan kami untuk menjalin cinta abadi bersama. Ia menarik nafas panjang, mencoba mengatasi perasaan yang mulai menyesakkan. 

Kenangan akan Ralda dan kebersamaan singkat mereka saat bertugas di pulau itu tiba-tiba menghantui di benak. Ia mencoba menutup matanya, tapi air mata itu seakan tak mampu terbendung lagi, jatuh membasahi pipi. "Oh Ralda, mengapa saya begitu bodoh waktu itu? Tak bisa menghargai cinta sejatimu dan kebaikanmu padaku," gumamnya sambil memandangi langit malam yang tak berbintang, berharap dapat mendapatkan jawaban atas kesedihan yang menjerat sejak kepergian Ralda.

Menyesal? Tentu saja, mungkin inilah alasan mengapa hingga kini ia tidak berani menikah dengan Hana. Saat bersama Ralda dulu, ia sering teringat dengan Hana, namun ironisnya, kini keadaan berbalik, ia justru merindukan wanita yang tak mungkin bisa bersamanya lagi. "Kenapa dulu aku tidak bisa menghargai Hana saat dia masih ada di sisiku? " Ini semua adalah salah ku," bisik hatinya, menggerutu atas keputusan yang telah dijalani. Kini, ketika bersama Hana, kenangan-kenangan indah bersama Ralda malah menghantui. Terasa seperti karma yang harus ku tanggung untuk kesalahan masa lalu. "Apakah aku pantas bahagia bersama Hana setelah yang telah kulakukan pada Ralda? Ataukah ini hanya sekedar perasaan bersalah yang membuatku ragu untuk menjalin ikatan pernikahan?" begitu kuat konflik dalam hatiku. Tapi apapun itu, saya harus menentukan keputusan terbaik agar tak ada lagi yang terluka seperti aku dan Ralda dulu. Aku hanya berharap, suatu saat nanti aku bisa berdamai dengan hati dan masa laluku.

***

Abrisam tak bisa menahan kegelisahannya dalam beberapa waktu ini. Ia bertanya-tanya apakah itu semua disebabkan oleh desakan dari mamanya yang inginnya segera menikahi Hana atau mungkin ada sesuatu yang mengganggu pikirannya lebih dari itu. 

"Kenapa saya merasa begitu gelisah? Bukankah menikahi Hana seharusnya merupakan hal yang membahagiakan terutama mama? Atau saya belum bisa terima kalau Ralda sudah ti4da." Sambil meneguk kopinya yang panas, Abrisam merenung sejenak. Pikiran dan perasaannya bercampur aduk, terkadang ia merasa bahagia dan yakin akan masa depan dengan Hana, namun pada saat yang lain ia merasa ada sesuatu yang membuatnya ragu, yaitu Ralda.

Dada Abrisam terasa hancur setiap kali mengingat luka yang telah saya berikan pada Wanita yang pernah mengisi relung hatinya meski itu hanya sesaat. 

"Sekarang, saya tidak ingin menyakiti Hana seperti yang kulakukan pada Ralda. Saya bersumpah untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Saya tak mampu menanggung beban perih lainnya, tidak hanya kepada diri sendiri tapi juga kepada Hana yang tulus mencintaiku." gumam Abrisam dalam hati. Ia pun mencoba menyelami perasaannya, mencari tahu apakah ada sesuatu yang terlewat atau terabaikan dalam perjalanan hidupnya. Mungkin Abrisam perlu berbicara dengan seseorang yang dipercayainya agar ia bisa memahami dirinya lebih dalam lagi dan menyadari apa yang sebenarnya membuat dirinya gelisah. Tapi ia harus bercerita pada siapa ?"

"Bagaimanapun, aku harus menghadapi kenyataan ini dan menemukan jawabannya, agar tidak menjadi beban di masa depanku bersama Hana." pikirnya.

" Kamu tidak masuk bekerja hari ini, Nak?" sahut seorang ayah tiba-tiba menghampiri.

Abrisam meletakkan kopi yang baru saja ingin diminum kala melihat sang ayah duduk di samping.

" Abi merasa tidak enak badan, Ayah," jawabnya dengan nada lemah dan tak bersemangat.

"Apakah kamu sedang menghadapi masalah, Nak? Ayo ceritakan saja pada Ayah. Ayah siap menjadi pendengar setia yang selalu mendukungmu," ucap Ayah, berusaha memberi keyakinan pada putranya. Abrisam menggeleng kecil, mencoba menyembunyikan kegalauan yang tengah dirasakannya saat itu.

"Bukan itu, Ayah. Abrisam tidak pernah meragukan kasih sayang Ayah... Tapi... sekarang ini, Abrisam merasa sulit untuk berpikir jernih dan membuka hati." Pikiran Abrisam saat itu berkecamuk, kehilangan arah dan tak tahu apa yang harus dia lakukan. "Apakah ada yang salah denganku? Mengapa saya merasa tak mampu berbagi masalahku pada Ayah? Bukankah Ayah selalu menjadi tempatku bermanja dan bercerita sejak dulu?" gumam Abrisam dalam hati.

"Bagaimana hubungan kalian ?" tanyanya.

" Hubungan kami baik-baik saja. Tapi Abrisam belum bisa memberi keputusan pada ." ungkapnya lalu tertunduk merasa bersalah.

" Kenapa sulit sekali ? Apakah kamu punya wanita lain?"

Abrisam tersentak mendengar penuturan sang ayah, ia bingung cara memberitahunya.

1
Rayta Nya Firman
double up thor
Desi Ragiel Nst
br eps ¹ . uda lgsung nusuk jatung thor..
Meindah88: terimakasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!