NovelToon NovelToon
Belenggu Cinta Pria Bayaran

Belenggu Cinta Pria Bayaran

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Misteri / Tamat / Cintamanis
Popularitas:16.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN, PASTIKAN UDAH PUNYA KTP YA BUND😙

Bosan dengan pertanyaan "Kapan nikah?" dan tuntutan keluarga perihal pasangan hidup lantaran usianya kian dewasa, Kanaya rela membayar seorang pria untuk dikenalkan sebagai kekasihnya di hari perkawinan Khaira, sang adik. Salahnya, Kanaya sebodoh itu dan tidak mencaritahu lebih dulu siapa pria yang ia sewa. Terjebak dalam permainan yang ia ciptakan sendiri, hancur dan justru terikat salam hal yang sejak dahulu ia hindari.

"Lupakan, tidak akan terjadi apa-apa ... toh kita cuma melakukannya sekali bukan?" Sorot tajam menatap getir pria yang kini duduk di tepi ranjang.

"Baiklah jika itu maumu, anggap saja ini bagian dari pekerjaanku ... tapi perlu kau ingat, Naya, jika sampai kau hamil bisa dipastikan itu anakku." Senyum tipis itu terbit, seakan tak ada beban dan hal segenting itu bukan masalah.

Ig : desh_puspita

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4

“Murahan, dasar boddoh!! Apa kata Gibran jika dia tau kamu sesinting ini, Kanaya!!”

Sudah pukulan kesekian kali, Kanaya benar-benar mengutuk diri. Menatap hina dirinya di kaca, Kanaya memilih untuk menghampiri apartemen Siska. Sahabat yang akan mengunci rapat semua rahasia dan hal ini terpaksa dia lakukan lantaran tas serba guna miliknya tentu saja masih di tangan Ibra.

“Naya!! Lama banget, ngapain?”

Pintu kembali Siska ketuk untuk kesekian kalinya, kedatangan Kanaya sama sekali tak membuatnya curiga. Toh memang anak itu kebiasaan datang tak diundang dan menganggap tempat tinggal sahabatnya sebagai tempat pulang selain rumahnya.

“Bentar!! Kamu pergi aja kalau udah siap, Sis … aku masih mandi.”

“Yaudah, jangan lupa makan ya, udah aku siapin di meja,” teriak Siska memastikan sebelum dia benar-benar pergi.

Hari ini dia kencan, dan datangnya Kanaya tak membuat rencana Siska batal. Baginya pacar utama walau sahabat juga sama pentingnya.

“Iya, nanti aku makan.”

Suaranya masih setegas itu, tapi air mata semakin deras membasahi wajahnya. Kanaya seakan tak jua merasa bersih walau dirinya sudah menggosok tubuhnya dengan sekuat tenaga. Menatap rendah dirinya, Kanaya memejamkan mata kala kembali mengingat bagaimana dia dengan sombongnya menawarkan harga pada pria pilihannya.

Flashback

Kemarin, Sabtu pagi, 07:00 WIB

“Kamu yakin? Yang sebelahnya aja nggak sih, Nay?” Lorenza memastikan, pasalnya pria yang Kanaya pilih terlihat bukan pria sembarangan yang mau dibayar untuk menjadi kekasih settingan.

“Tapi itu tipe Mama, Za, dewasa dan tampangnya lumayan.”

Memang, alasan Kanaya memilih pria yang tak lain adalah Ibra adalah karena penampilannya memang mantu-able yang diincar mamanya sejak lama. Dan tipe pria yang Lorenza maksud sama sekali bukan kriteria mama Kanaya.

“Yaudah terserah, kalau dia nolak aku pura-pura nggak kenal kamu aja ya? Malu coy.”

Jujur saja Kanaya sedikit ciut sebenarnya kala Lorenza mengatakan hal sedemikian rupa. Tapi tidak, demi pengakuan keluarga besar terkait pesonanya, Kanaya nekat mengutarakan niatnya pada pria tampan yang sama sejak masuk café ini menyita perhatiannya.

Hidung bangir, rahang tegas dan ah sepertinya pria ini jauh lebih baik dari pada Gibran, mantan kekasihnya yang tak tahu diri itu. Sempat menarik napas dalam-dalam, karena jika sampai ditolak, malunya sampai 7 turunan.

“Ehem, permisi … boleh gabung?”

Pria itu tak menjawab pertanyaan Kanaya, justru yang peduli pada Kanaya adalah pria muda yang tadi Kanaya anggap bukan tipe mamanya. Pria tampan berkulit putih, bermata sipit dan bisa dipastikan ini adalah tipe pasangan hidup Lorenza.

“Boleh, silahkan,” tuturnya memberinya senyuman terbaik, jauh berbeda dengan Ibra yang justru tetap fokus dengan benda pipih di tangannya.

“Maaf sebelumnya kalau aku lancang, tapi boleh nggak kasih waktu bentar buat ngobrol sama temennya.” Sedikit malu, karena sejak tadi Ibra sama sekali tak memedulikan kedatangannya.

Ibra hanya menggerakkan alis dan pria itu pergi tanpa banya basa-basi, cepat juga prosesnya pikir Kanya berseru yes dengan tangannya. Dapat Lorenza tangkap betapa bahagianya Kanaya kala Ibra meletakkan ponselnya demi mendengar maksud dan tujuan Kanaya.

“Waktuku tidak banyak, katakan secepatnya.”

Suaranya terdengar berwibawa, Lorenza memantau dari meja sebelahnya. Kanaya gugup namun berusaha biasa saja demi bisa membawa pria ini di depan keluarga besarnya nanti.

“Mau jadi pacarku? Eh enggak, maskudnya gini … bayar aduh gimana sih, kenapa jadi grogi.” Kanaya merremas jemarinya yang tiba-tiba dingin padahal tadi dia biasa saja. Apa yang membuatnya menjadi tremor tiba-tiba, pikir Lorenza panik duluan dan mulai menyembunyikan wajah dibalik daftar menu itu.

“Bisa kau ulangi? Aku tidak akan menggigitmu, Nona.”

Di luar dugaan, pria ini tak sedingin yang Kanaya kira. Dia bahkan sudi membuka pembicaraan walau sejak tadi Kanaya persis orang gagu. Sementara Lorenza, benar-benar seakan tak kenal dan bisa-bisanya dia memanggil waiters dan sibuk memesan minuman.

“Apa gunanya dia ikut kesini,” batin Kanaya menatap kesal Lorenza, nyatanya sahabatnya itu tidak berbohong. Padahal saat ini Kanaya belum resmi menerima penolakan, akan tetapi Lorenza sudah berbuat demikian.

“Ehem, jadi?” tanya pria itu lagi, menyadarkan Kanaya dengan senyuman yang entah kenapa mengalihkan dunia Kanaya tiba-tiba.

“10 juta!! Aku butuh seseorang untuk aku kenalkan kepada keluargaku nanti malam, dan kau adalah tipe mamaku … apa kau mau?”

Tidak, transparan sekali. Lorenza sudah wanti-wanti untuk kabur dalam hitungan detik. Bisa-bisanya Kanaya berbicara sefrontal itu tanpa disaring sama sekali. Ketahuan sekali jomblo ngenesnya, pikir Lorenza.

“10 juta? Berapa jam yang kau butuhkan? Tarifku per-jam, Nona,” tegas pria itu sempat membuat Kanaya mati kutu, tak ia duga jika dunia semacam ini benar adanya. Dia pikir hanya wanita saja yang rela menjual diri, nyatanya pria lebih gila bahkan tarifnya melebihi harga endors influencer, pikir Kanaya.

“Tidak lama, kira-kira 2 jam total dari awal pergi, tidak lama bukan?” tawar Kanaya begitu santai, seakan enggan finansialnya terlihat lemah di mata pria ini.

“Ngok? 10 juta 2 jam?” Lorenza hampir tersedak kala mendengar jawaban pria yang belum dia ketahui namanya itu.

“Cash! Aku tidak menerima transfer,” ujar pria itu lagi, dengan wajah datar dan sama sekali tidak memperlihatkan jika dia seorang pria bayaran sungguhan di mata Kanaya.

Memang benar, pada nyatanya semua manusia sama. Uang harus didahulukan dan sepertinya ini juga berlaku untuk pria yang memang wajar saja bayarannya sebesar itu, pikir Kanaya seakan tak masalah. Yang penting batinnya tak tertekan seperti sebelumnya, hanya itu yang Kanya pikirkan saat ini.

“Deal!!” Tanpa Lorenza duga, Kanaya benar-benar sudah menyiapkan uang cash di tasnya, pintar juga dia meramal rupanya.

Kanaya sadar!! Itu gajimu satu bulan lebih kau gunakan hanya untuk sewa pria dalam waktu 2 jam. Lorenza menelan salivanya pahit, rasanya gelas di depannya juga ingin ia telan sekalian. Kenapa bisa punya teman sesinting itu yang rela mengeluarkan uang sebesar itu hanya untuk kencan dua jam.

“Aku suka wanita yang tidak banyak berpikir, jam berapa kau membutuhkanku?”

Pria itu bertanya sembari menatap intens Kanaya, tatapan yang sama sekali tak Kanaya sadari lantaran sibuk meratapi 10 juta yang akan melayang dalam waktu sekejap.

“Jam 07 malam, ballroom Megan Hotel … cukup hubungi aku jika kau sudah tiba di sana, aku akan menunggumu nanti.” Kanaya memberikan nomor ponselnya, seserius ini dan ia anggap ini adalah misi dalam sebuah pekerjaan yang harus berjalan dengan mulus.

“Ah iya, tolong berpakaian yang rapi karena Mamaku sangat selektif dan aku tidak ingin 10 juta yang kuberikan tidak memberikan hasil yang memuaskan,” ungkap Kanaya menatap tajam Ibra, sedari tadi baru detik ini pandangan keduanya bertemu.

“Kanaya?” tanya pria itu, lupa jika sejak tadi mereka belum berkenalan. Sungguh pertemuan yang sedikit aneh.

“Ah iya, aku lupa … namamu siapa? Aku takut nanti lupa.”

“Nanti saja, jam 07 malam kan? Aku akan datang tepat waktu.” Terserah, yang penting nanti malam bisa dipastikan Kanaya takkan tertekan dengan banyaknya tuntutan yang mempertanyakan perihal pasangan hidupnya.

1
nadya_hime
Kadoin bunga buat beib authornya aja gpp yee.. hehehe..
nadya_hime
aaah suer gw mau baca ini tuh awalnya mau baca 2 generasi setlah Ibra klo ga salah, krn ada spill an novel sebelumnya, jadi gw runut balik regresi dulu sblom baca cucunya Ibra. wkwkwk../Smirk/
my
lumayan lah
Dita Suriani
pusing lu kan
Dita Suriani
sak karepmu toor selagi autoornya nyaman kami senang😂😂
Agus Muliani
Biasa
Agus Muliani
Buruk
Dita Suriani
luar Biasa ,aku suka karya2mu toor amazing,wow,,,lope lope se-pulau sumateralah toor❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Dita Suriani
aduh toor,,,,panasss,,,,
Diandra Kirana
ngakak, Lorenza mati kutu ..Ibra memang tegaaaa wkwkwk
anik purwanti
Luar biasa
mawar putih
Lumayan
Irma Wangsa
Luar biasa
Irma Wangsa
dari huzai mampir k sini ... blum tau ini cerita tentang siapa
Fani Indriyani: ini cerita kakek moyangnya hdzai kak,aku pernah baca tp lupa,jd nyoba baca ulang deh
total 1 replies
aryuu
rameeee
D_Mayanti
Luar biasa
Anonymous
Luar biasa
Anonymous
Lumayan
Rafina Rasya Sabrina
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Nursani
/Rose/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!