Di tengah kota yang selalu bising, ada sebuah arena rahasia tempat para petarung dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menguji kemampuan mereka dalam pertarungan tanpa aturan. Riko, seorang pemuda biasa dengan masa lalu yang penuh dengan kesulitan, tiba-tiba terjun ke dunia yang keras ini setelah menerima tantangan yang tak bisa ditolak. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Riko siap menghadapi musuh-musuh terberatnya, termasuk Kuro, legenda petarung yang namanya sudah terkenal di seluruh arena.
Namun, hidupnya tak semudah itu. Selain fisik yang harus terus dilatih, Riko harus belajar bagaimana mengendalikan emosinya, memahami strategi pertarungan, dan yang terpenting—mengenal dirinya sendiri. Dalam dunia yang keras ini, setiap kekalahan bisa menjadi pukulan besar, tapi setiap kemenangan juga membawa tantangan yang lebih berat.
Dengan dukungan sahabat sejati, Tatsu, dan berbagai teman baru yang ditemuinya di sepanjang jalan, Riko berusaha untuk bertahan hidup, mengatasi rasa t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duel Kocak dan Rahasia Bayangan
Sosok berjubah hitam itu mendekat, menimbulkan aura dingin yang menusuk tulang. Ruangan terasa semakin gelap, seolah bayangan di sekitarnya menyerap cahaya. Riko dan Ryo berdiri dengan kuda-kuda siap tempur. Namun, Tatsu malah maju satu langkah, masih dengan martabak mini di tangannya.
“Gue serius, bro. Ini martabak enak banget. Lo nggak bakal nyesel nyoba,” kata Tatsu dengan nada santai, menawarkan martabak seperti sales yang kehabisan akal.
Sosok itu berhenti sejenak, menoleh sedikit ke arah Tatsu, seakan mempertimbangkan. Tapi kemudian, suara rendahnya menggema lagi. “Kalian tidak akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup.”
Riko mendesah. “Tas, gue rasa dia nggak tertarik martabak. Fokus dong!”
Tatsu mengangkat bahu. “Lo nggak tahu, bro. Kadang musuh cuma butuh cemilan biar mood-nya balik.”
Tanpa peringatan, sosok itu mengangkat tangannya, menciptakan pusaran bayangan yang mulai berputar di tengah ruangan. Angin dingin berhembus kencang, membuat lilin-lilin yang tersisa padam.
“Ini dia!” seru Ryo sambil menarik pedang kecil dari sarungnya.
Tatsu, masih tenang, malah melipat tangan di dada. “Oke, kalau gitu gue serius.” Dia menghabiskan martabak terakhirnya dan mengeluarkan benda kecil dari saku jaketnya—sebuah koin emas kecil yang berkilau.
“Koin ajaib?” tanya Riko, mengerutkan kening. “Sejak kapan lo punya itu?”
Tatsu tersenyum. “Sejak gue dapet dari vending machine yang ngasih kejutan. Lo nggak akan ngerti rahasianya.”
Dengan gerakan tiba-tiba, Tatsu melempar koin itu ke tengah pusaran bayangan. Koin itu memantul beberapa kali di udara sebelum akhirnya berhenti tepat di pusat pusaran, berkilau terang. Seketika, bayangan mulai terpecah dan menghilang satu per satu.
Sosok berjubah hitam tampak terkejut. “Apa yang…?!”
Tatsu mengangkat alis. “Bro, lo nggak tahu, ya? Koin ini simbol keberuntungan. Dan keberuntungan gue hari ini lagi bagus banget.”
Pusaran bayangan akhirnya lenyap, meninggalkan ruangan terang kembali. Sosok itu jatuh berlutut, tampak lemah dan kehilangan kekuatan.
“Lo ngalahin dia pake koin keberuntungan?” Riko menatap Tatsu dengan ekspresi campur aduk antara kagum dan bingung. “Seriusan, Tas?”
Tatsu mengangguk santai. “Kadang hidup butuh trik kecil. Lo nggak bisa selalu pake kekuatan brute force.”
Ryo mendekati sosok yang kini tak berdaya. “Siapa lo, dan kenapa penduduk desa ini hilang?”
Sosok itu, dengan suara lemah, menjawab. “Aku hanya penjaga. Penduduk desa… mereka dikurung di dimensi lain, untuk melindungi dunia ini dari kekuatan yang lebih besar.”
Tatsu menoleh, penasaran. “Dimensi lain? Ini kayak film sci-fi banget. Gimana cara kita ke sana?”
Penjaga itu mengangkat tangannya yang gemetar, menciptakan sebuah portal kecil di tengah ruangan. “Kalian bisa masuk lewat sini. Tapi hati-hati… tempat itu penuh dengan bahaya.”
Riko menghela napas panjang. “Gue tau ini bakal ribet.”
Tatsu, tanpa ragu, melangkah mendekati portal. “Ayo, bro. Petualangan nggak pernah nunggu.”
Ryo menepuk pundak Riko. “Kita nggak punya pilihan. Yuk, kita selesaikan ini.”
Mereka bertiga melangkah masuk ke portal, meninggalkan ruangan gelap di belakang mereka. Cahaya terang menyelimuti pandangan mereka, dan seketika, mereka merasa seperti melayang di antara dimensi.
Saat mereka membuka mata, mereka berada di sebuah dunia yang berbeda—sebuah padang luas dengan langit berwarna ungu dan bangunan melayang di kejauhan.
“Ini… keren banget,” Riko berkata dengan takjub.
Tatsu mengangguk sambil tersenyum lebar. “Gue yakin kita bakal nemu tempat makan epik di sini.”
Petualangan mereka baru saja dimulai.