"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps20. Mencari Malaikat Penyelamat.
David memarkirkan mobilnya dengan kasar, wajahnya terlihat kesal. Macet kali ini benar-benar membuatnya tertahan di tengah jalan.
David keluar dari mobilnya, pria itu melangkah lebar masuk ke rumah sakit.
"Dimana Dokter Irwan?" tanya David pada resepsionis.
"Sedang memeriksa kondisi Tuan Winston" sahut suster jaga yang telah mengenali David.
Pria pemilik tinggi badan hingga 172cm itu pergi begitu saja setelah mendapatkan jawaban dari petugas resepsionis.
"David" ucap Dokter Irwan sedikit kaget. Saat keluar dari ruangan Alex, David telah berdiri menunggunya di depan pintu.
"Bagaimana kondisinya?" tanya David.
"Sudah membaik, tinggal menunggu kapan dia akan sadar" jelas Dokter Irwan.
"Lalu, dimana pendonor itu?"
"Sudah pergi"
"Kenapa? Bukankah aku memintamu untuk menahannya?"
"Ya, tapi orangnya mengatakan ada urusan penting yang harus dia selesaikan, saya tidak punya wewenang untuk menahannya lebih lama disini"
"Cih, dasar tidak becus, menyingkirlah dari sini." David merasa kesal.
"Salah Anda sendiri, Tuan. Kenapa perginya begitu lama?" ucap Dokter Irwan pelan. Namun, masih bisa didengar oleh David.
"Apa katamu?"
"Tidak ada, Tuan David. Permisi saya mau melanjutkan pekerjaan saya"
"Kau …." David mengambil ancang-ancang hendak meninju Dokter Irwan.
"Dokter Irwan, pasiennya sudah siuman"
Ucapan suster yang baru keluar dari ruangan Alex itu langsung mengalihkan perhatian David dan Irwan.
Keduanya saling pandang dan berebutan ingin masuk melihat Alex.
"Menyingkirlah, saya mau lihat kondisi Bos saya." ucap David, kedua masi dengan posisi tarik menarik.
"Saya juga mau lihat kondisi, Alex" sahut Dokter Irwan tak mau kalah.
"Siapa Anda?"
"Saya sahabatnya, Anda yang siapa?"
"Saya Asistennya, saya berhak masuk!"
Kedua pria itu terus saja berdebat, tidak ada satupun yang mau mengalah.
Suster tampak bingung melihat kelakuan dua pria di hadapannya itu.
"Maaf, Dok. Pasiennya harus segera diperiksa"
Lagi-lagi ucapa suster menghentikan aksi kedua pria itu.
Irwan merasa dirinya bodoh, mengapa ia harus berebutan dengan David? Bukankah dirinya yang lebih berhak masuk?
"Minggir nggak? Atau Elu mau kondisi Alex drop lagi?" ancam Dokter Irwan.
David mundur teratur dan memberi jalan untuk Irwan.
"Hubungi Tante Vero, bilang Alex sudah siuman. SEKARANG!" Irwan merasa puas bisa membentak dan menyuruh David. Pria itu melangkah masuk ke ruang Alex dengan ekspresi wajah mengejek.
Sementara, David ingin sekali meninju wajah songong Irwan.
Entah kenapa, dua pria itu tidak pernah akur.
Dimanapun mereka bertemu, pasti akan
selalu ada perdebatan dan tarik menarik seperti bocah.
*****
Waktu terus berjalan, tanpa terasa satu bulan telah berlalu. Operasi Nenek Uti berjalan dengan lancar, masa pemulihan pun dilalui dengan baik. Tinggal mengkonsumsi beberapa obat-obatan lagi, Nenek Uti akan terlepas dari penyakit yang menyiksanya selama ini.
Viona telah mengantar sang nenek ke kampung, menurutnya, dimasa-masa penyembuhan seperti itu, suasana kampung lebih cocok dan makannya pun lebih higienis untuk dikonsumsi.
Viona tak ingin membuang waktu, ia ingin segera kembali ke kota dan mencari pekerjaan.
"Vio kembali ke kota ya, Nek. Vio janji akan sering-sering pulang kesini" pamit Viona.
"Pergilah, kejar masa depanmu. Maaf karena nenek tidak bisa memberi kehidupan yang layak untukmu" Nenek tua merasa berat melepaskan cucunya. Namun, ia juga tidak punya pilihan, jika terus bersama, hanya akan menyulitkan Viona.
"Berjanjilah satu hal pada nenek, kamu harus selalu bahagia. Jika merasa lelah, kembalilah, nenek akan selalu menunggumu disini" Nenek Uti berusaha menahan diri agar tidak menangis didepan cucunya.
"Nenek" Viona memeluk erat neneknya, selama hampir sua puluh tahun bersama, ini kali pertamanya ia akan benar-benar jauh dari sang nenek.
Viona pun kembali ke kota dengan segala kesedihannya.
********
Sementara, Alex sendiri telah pulih dan sudah kembali beraktivitas seperti biasa, walau bekas luka di kepalanya belum hilang, Alex menutupinya dengan plester luka.
David telah menceritakan semua kejadian saat Alex kecelakaan, tentang masa kritisnya, tentang kepanikan semua keluarga dan tentang malaikat penyelamat yang muncul tiba-tiba dan meminta imbalan sebesar seratus juta.
Alex tampak penasaran, siapa orang itu? . Tak ingin menunggu lama, pagi itu juga Alex mengajak David menuju alamat rumah yang tertera dalam nomer rekening yang dikasih viona waktu itu.
Sedan hitam milik Alex berhenti tepat di depan sebuah rumah minimalis, Alex dan David keluar dari mobil, pandangan keduanya menyapu sekitaran area perumahan itu.
"Vid, benar ini alamatnya?" tanya Alex memastikan.
"Benar, Bos" sahut David pasti.
Kedua pria itu melangkah menuju pintu rumah tersebut, beberapa kali mengetuk namun tak ada seorang pun yang membukakan pintu.
"Sepertinya tidak ada orang didalam, Bos" ucap David, setelah memastikan rumah tersebut tak berpenghuni.
Selang beberapa detik kemudian, Alex tak sengaja melihat seorang ibu-ibu sedang menyapu teras rumahnya. Alex pun bergegas menghampiri ibu tersebut.
"Permisi, Buk. Numpang tanya" ucap Alex sopan.
"Iya, silakan?" sahut si ibu.
"Apa Ibu kenal Sri Utari yang tinggal di rumah sebelah?"
"Sri Utami? Maksudnya Nenek Uti?" Ibu tersebut balik bertanya.
"Nenek?" Alex sedikit kaget ketika mendengar sebutan nenek. Menurut info yang mereka dapat dari Irwan, si pendonor adalah seorang gadis muda.
"Iyah, Nenek Uti. Yang tinggal di rumah itu hanya Nenek Uti dan dua orang pengasuhnya" jelas si ibu.
Alex terdiam, ia merasa Irwan telah mempermainkannya.
"Terima kasih banyak atas infonya, Buk. kami permisi pulang" David menggantikan Alex berpamitan pulang.
Melihat ekspresi Bosnya, sepertinya Irwan dalam masalah besar.
Dalam perjalanan pulang, hingga tiba di kantor, Alex tidak berucap apapun, entah karena marah terhadap Irwan atau karena kecewa tidak berhasil menemukan penyelamatnya.
.
.
"Bawa bajingan itu ke hadapanku" ucap Alex setelah mereka tiba di kantor.
David yang paham akan maksud Bosnya, langsung memutar balik kemudi dan menjemput bajiangan yang dimaksud oleh Alex.
.
.
.
Jangan lupa dukungannya Guys.
Happy reading, 😍😍 satu lagi nyusul kalo Author nggak ketiduran.😅😅
banyak kerananya