Kelanjutan dari cinta untuk wisyah.
Buku diary ku, Apakah kamu tahu.
Kini kesabaran ku telah diuji kembali setelah aku tahu tentang rahasia kenapa kedua orang tuaku berpisah. Kini aku harus dihadapkan dengan pernikahan yang tidak aku inginkan berkesan pemaksaan.
Pernikahan yang didasari perjodohan karena sahabat yang baru aku kenal dua bulan terakhir. Menikahkan aku dengan pria yang selalu menatap ku dengan tatapan kebencian, tanpa aku tahu apa sebabnya.
Apa karena masa lalu nya yang pernah di khianati oleh wanita, makanya setiap wanita pasti akan ditatap dengan kebencian termaksud diriku.
Sanggupkah aku bertahan atau aku harus berpisah seperti kedua orang tuaku yang tidak bisa mempertahankan rumah tangga nya.
Apakah aku bisa menghapus masa lalunya dengan kesabaran ku ini yang pada akhirnya akan membawa Cinta untuknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amira Jia Berend Lian
"Tuan Ardian Natan Ronaltan." Panggil keduanya yang masih memalingkan pandangan mereka kearah lain.
Orang yang mereka panggil mengehentikan kegiatan kurang berfaedahnya itu. Lalu melihat kearah pintu yang terdapat Fazar dan sekretaris nya yang sedang melihat kearah lain.
"Ternyata kalian sudah datang." Ucap pria itu sambil menampilkan senyumannya. Pria yang tidak lain adalah Ardian Natan Ronaltan. Pria yang berusia tiga puluh satu tahun. Pemilik perusahaan di kota B, Rekan bisnis Fazar yang terkenal akan kelicikannya dan suka bermain dengan wanita.
Adrian menyudahi kegiatan kurang berfaedah nya itu."Pergilah, nanti aku akan memanggil mu kembali." Suruh Adrian melihat kearah wanita nya itu yang dari tadi bersamanya.
Mendengar permintaan dari Adrian, Wanita itu langsung menyudahi kegiatan nya, lalu turun dari ranjang untuk mengambil satu persatu bajunya yang sudah terhambur di lantai." Jika tuan membutuhkan saya. Tuan bisa langsung memanggil saya, karena saya akan langsung datang kesini untuk menemani anda tuan." Ucap wanita itu sambil mengedipkan matanya dengan genit, yang langsung di balas dengan senyuman yang tidak kalah genitnya dari Adrian.
Wanita itu keluar dari ruangan itu, melewati Fazar dan Zain. Di Saat Wanita keluar, Wanita itu melihat kearah Fazar lalu mengedipkan matanya genit. Fazar yang melihat wanita itu keluar dari ruangan itu sambil mengedipkan matanya genit kearahnya, membuat Fazar merasa jijik.
"Dasar wanita *******! Menjajakkan tubuhnya hanya demi uang, Padahal dia masih bisa mengunakan tangan dan kakinya untuk berkerja!" Gumam Fazar yang merasa jijik saat melihat wanita tadi. Fazar begitu sangat tidak suka saat melihat wanita seperti tadi. Menurut Fazar, setiap melihat wanita yang selalu menjajakkan tubuhnya ke orang, ingatannya akan tertuju kepada masa lalunya.
"Kalian sudah datang?" Tanya Adrian melangkah kearah keduanya. Adrian juga sudah rapi dan tidak seperti tadi, saat dia sedang melakukan hal yang tidak senonoh. Entahlah sejak kapan pria itu rapi, tapi dengan menggunakan kemeja dan celana bahan kain, membuat pria terlihat tampan." Duduklah!"
Fazar menatap rekan bisnisnya itu dengan tajam."Apakah tidak ada tempat lain, selain tempat menyeramkan ini?" Tanya Fazar menatap kearah Adrian tanpa melangkah untuk duduk.
"Ck, Kamu seperti tidak tahu seperti apa aku saja Zar." Jawab Adrian yang sudah duduk di sofa yang berada di ruangan itu lalu mengambil bir yang memang sudah berada di atas meja.
Fazar yang melihat itu rasanya ingin menunjukkan amarahnya. Hanya saja Fazar masih bisa mengendalikan amarahnya itu.
Fazar melangkahkan kakinya untuk duduk dihadapan Ardian dan disusul oleh Zain. Mereka mendekati sofa lalu duduk berhadapan dengan Adrian. Ketiganya hanya di pisahkan sebuah meja kecil, yang membuat Fazar dan Ardian saling menatap.
"Minumlah!" Adrian memberikan satu gelas bir kearah Fazar, tapi dengan sigap Fazar menolaknya.
"Aku tidak meminum-minuman seperti itu!" Tolak Fazar tegas. Walaupun Fazar dulu pernah merasakan bagaimana rasanya minuman itu, tapi itu hanya sekali dan Fazar tidak pernah merasakannya lagi sampai sekarang.
"Tidak usah sok polos kamu Zar. Karena kamu pasti pernah merasakan minuman seperti ini, walaupun hanya setetes." Ejek Adrian membuat Fazar mengepalkan tangannya.
Ya, Fazar mengakuinya kalau dulu dirinya pernah merasakan minuman itu. Tapi hanya sekali dan sampai sekarang Fazar belum pernah merasakan minuman itu lagi.
"Apakah kita bisa membahas soal lain?!" Tanya Fazar yang mengalihkan perbincangan mereka kearah yang lebih serius daripada mendengar ocehan Ardian yang tidak jelas.
"Oh, oke. Baiklah, Tapi sebelumnya aku harus memesankan minuman untuk kamu dengan sekretaris mu itu." Ucap Ardian sambil mengambil ponselnya yang berada di dalam saku celananya.
"Tidak perlu!" Tolak Fazar ketus.
"Hey, Zar. Aku hanya menawarkan mu minuman biasa, bukan bir." Jawab Adrian terkekeh membuat Fazar semakin kesal dengan tingkah Adrian."Tenanglah aku tidak akan menawarkan minuman bir kepada kalian, selain kalian yang memintanya." Faza yang mendengar ucapan Ardian langsung mengebrak meja didepannya dengan sangat kuat. Karena Fazar merasa kalau dirinya sudah dihina. Zain yang melihat kalau bos nya itu akan marah, langsung memegang tangan Fazar, agar bosnya itu bisa menahan amarahnya. Karena sekarang mereka sedang berhadapan dengan rekan bisnis yang terkenal akan kelicikannya.
"Tenanglah tuan, Muhammad Yusuf Al Fazar. Aku hanya bercanda." Ucap Adrian kembali dengan tersenyum mengejek.
Fazar memejamkan matanya, berusaha untuk mengendalikan amarahnya hanya karena rekan bisnisnya itu, yang selalu membuatnya emosi saja. Jika sedang tidak membicarakan hal penting, lebih baik Fazar pergi meninggalkan Rekan Bisnis nya itu."Apakah anda tidak bisa membuang buang waktu saya dengan yang begitu sangat berharga hanya untuk meladeni anda! Saya jauh-jauh datang kesini hanya untuk menemui anda! Bukan untuk meladeni kelakuan anda tuan Ardian!" Ucap Fazar dengan tegas."Jika anda hanya ingin membuang buang waktu saya! Sebaiknya saya pergi!" Ucap Fazar yang ingin berdiri dari duduknya tapi sudah dihentikan oleh Adrian.
Fazar begitu sangat kesal, Karena berurusan dengan Adrian dan membuat ia tidak jadi mengantarkan keluarganya hanya karena berurusan dengan kelicikan rekan bisnis nya itu.
"Tenanglah Zar, Aku hanya bercanda. Baiklah aku tidak akan membuang buang waktu mu, kita akan membicarakan hal serius." Jelas Adrian sambil menghentikan Fazar yang ingin pergi. Fazar yang mendengar ucapan Ardian memutuskan untuk tidak berdiri dari duduknya.
Adrian menelfon sekretarisnya untuk naik keruangan nya."Jidan pergi lah kekuranganku, bawah surat kerjasama kita dengan tuan Fazar."
"Baik Tuan." Jawab pria di sembarang sena.
Adrian mematikan ponselnya lalu melihat kearah Fazar dan sekretarisnya itu."Sebentar lagi dia akan datang."
Tidak berapa lama, masuklah seorang pria kedalam ruangan mereka, pria yang masih terlihat muda mungkin berusia sekitar dua puluh tiga tahunan.
Adrian dan Fazar melihat kearah pria mudah itu."Dia sekertaris baruku. Namanya Jabir Jidan Taufiq ." Ucap Adrian memperkenalkan sekertarisnya itu.
Fazar dan Zain hanya mengangguk menatap datar kearah sekertaris baru dari Adrian. Lalu Fazar melihat kearah Adrian."Apakah kita bisa langsung membahas proyek yang kamu curangi?!" Tanya Fazar menakan kata terakhirnya. Fazar Langsung membahas ke intinya karena Fazar tidak mau berlama-lama berurusan dengan rekan bisnisnya itu.
Adrian yang mendengar itu langsung terkekeh geli."Bukan aku yang mencurangi kamu, Fazar. Tapi orang lain. Jika aku menyebutkan namanya pasti kamu akan mengenalnya."
Mendengar jawaban dari Adrian membuat Fazar mengerutkan keningnya bingung, karena Fazar tidak percaya dengan perkataan sang rekan bisnisnya itu."Lalu siapa?" Tanya Fazar bingung. Karena yang dia tahu dari Rido kalau Adrian lah yang membuat kecurangan, tapi disini Adrian menolak tuduhannya.
"Kevin Arlio dari keluarga Berend Lian." Mendengar nama yang Ardian sebutkan seketika membuat Fazar membulatkan matanya karena terkejut.
"Amira Jia Berend Lian." Gumam Fazar yang mengingat satu nama yang sampai sekarang masih ada di pikirannya.
🍁🍁🍁🍁🍁
Di sisi lain.
Keluarga kecil Haidar sedang melakukan makan malam dengan berkumpul bersama.
Masih seperti malam kemarin, mereka masih makan bersama dengan Wiyah. Walaupun Wiyah sudah menikah tadi pagi, Tapi keluarga itu masih bisa berkumpul bersama, karena Wiyah belum ikut bersama dengan suaminya walaupun dia sudah menikah.
Haidar melihat kearah Wiyah."Dek, Suami kamu mana? Apa dia ngga pulang?" Tanya Haidar bingung karena merasa ini sudah malam hanya saja suami dari adiknya itu belum pulang ke rumahnya sekadar untuk menjemput istrinya atau makan malam bersama. Padahal malam ini adalah malam pertama mereka.
Wiyah yang mendengar pertanyaan dari Haidar seketika langsung tersedak oleh makanannya sendiri. Sedangkan Rafi yang berada di sebelah acil nya itu dengan sigap memberikannya air minum dan dengan cepat Wiyah meminum air yang Rafi berikan.
"Apa Acil ngga apa-apa?" Tanya Rafa dan Rafi bersamaan, dengan nada kwartir mereka.
Wiyah hanya mengangguk."Iya, Acil ngga apa-apa." Jawab Wiyah tersenyum kearah kedua anak keponakannya itu.
Lalu Wiyah melihat kearah Haidar dan Windi yang memang duduk bersebelahan." Kak Fazar lagi ada urusan kak, mungkin larut malam baru pulang." Jawab Wiyah berasalan karena sekarang Wiyah bingung mau menjawab apa. Karena kepergian Fazar saja Wiyah tidak tahu akan kemana, karena sehabis mengantarkan keluarganya di bandara. Fazar juga ikut meninggalkannya di bandara dengan sebuah rasa sakit karena hinaan.
"Padahal kalian baru saja menikah dek, tapi suamimu sudah meninggal mu sendiri." Batin Haidar menatap kearah adiknya itu. Haidar tidak tahu akan seperti apa hubungan Wiyah dengan suaminya, Apalagi mereka menikah tanpa adanya cinta. Haidar hanya takut kalau pernikahan Adiknya itu, hanya akan di permainkan oleh Fazar dan akan berakhir jika mereka mengikuti ego mereka masing masing, dan akan berlangsung seperti kisah cinta ibu dan Ayahnya.
"Wiyah, nanti kalau suamimu pulang larut malam, Segera bikinkan minuman hangat. Tawarkan apakah dia sudah makan atau belum." Nasehat Windi membuat Wiyah mengangguk.
"Aku ngga tahu kak, Apakah tuan Fazar mau memakan makana yang aku masak atau tidak, karena melihat diriku saja dia sudah begitu sangat membenciku." Batin Wiyah.
🌾🌾🌾🌾🌾
Malam begitu sangat larut membuat suara kendaraan melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi, Apalagi sekarang sudah menunjukkan pukul dua belas malam membuat mobil itu dengan leluasa berkendara dengan sesuka hati, jalan juga tidak seramai saat di siang hari yang begitu sangat padat akan kendaraan.
Di dalam mobil. Kedua orang itu hanya terdiam dalam pikiran mereka sendiri. Dua orang yang tidak lain adalah Fazar dan sekertarisnya Zain.
Ya. mereka baru saja kembali dari kota B dan sekarang mereka menuju ke kota S.
Padahal rencananya tadi mereka berdua akan menginap di hotel karena sudah larut malam.
Hanya saja Fazar mengingat kalau dia sudah menikah tadi pagi dan hal itu membuat Fazar harus Kembali.
Bukan karena istrinya tapi karena tidak mau membuat Kakak iparnya itu berpikir kalau Fazar tidak bertanggung jawab dengan istrinya karena meninggalkan istrinya yang baru saja sah beberapa jam yang lalu.
Padahal rasa lelahnya membuat Fazar ingin beristirahat tapi harus di urungkan karena harus kembali ke kota S.
Pertemuan dengan Adrian yang dilanjutkan dengan mengecek proyek yang berada di kota B. membuat rasa lelahnya itu semakin berlipat ganda dari yang biasanya.
Sedangkan Zain yang melirik tuan nya lewat kaca spion."Tuan apakah anda akan kembali kerumah tuan atau ke rumah nona Wisyah." Tanya Zain melirik Fazar dari kaca spion mobil.
Fazar yang mendengar pertanyaan dari sekretaris nya itu melihat kearah Zain."Aku akan kembali ke rumah wanita itu." Jawab Fazar yang kembali melihat kearah jendela.
Mendengar itu membuat Zain tersenyum kecil."Padahal sudah menikah tapi tuan masih saja memanggil nona Wisyah dengan sebutan wanita itu." Batin Zain yang merasakan aneh dengan sebutan dari tuannya itu. Karena Zain belum tahu apa yang terjadi dengan hubungan keduanya.
...----------------...
semoga Anknya cewek.....
Fazar psti bahagia bngt....
gmna jga dgn Nadila....