NovelToon NovelToon
Laila

Laila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Anak Yatim Piatu / Keluarga
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kuswara

Di usianya yang baru menginjak 17 tahun Laila sudah harus menjadi janda dengan dua orang anak perempuan. Salah satu dari anak perempuan itu memiliki kekurangan (Kalau kata orang kampung mah kurang se-ons).

Bagaimana hidup berat yang harus dijalani Laila dengan status janda dan anak perempuan yang kurang se-ons itu?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Hari ini Laila hanya menerima pesanan saja yang akan dikirimkan Keesokan harinya. Karena hari ini fokusnya untuk merubah lay out rumah sederhana Laila. Akan dibuat semakin rapi dan bersih.

Kompor empat tungkunya sudah dipindahkan ke dapur dengan bantuan Mang Dadang dan Mang Iwan. Dapur Laila dibuat sedemikian rupa guna kenyamanan penggunanya. Di. area teras depan dikhususkan untuk jualan saja, ada etalase bertingkat yang cukup besar untuk menampung beberapa kue.

Mang Iwan yang merupakan suami Teh Yayuk begitu semangat membantu menata halaman depan rumah. Kini dipenuhi bebatuan guna menutupi tanah kotor saat musim penghujan dan supaya tidak terlalu berdebu saat musim kemarau.

Kedua pasangan suami istri itu baru pulang dari rumah Laila saat sudah sore. Laila melanjutkan lagi pekerjaannya, menyiapkan bahan-bahan untuk kue baru yang akan dijual besok.

Sampai jam dua belas malam Laila baru bisa menyelesaikan semuanya. Bolu pisang toping keju, toping choco chips, toping almond. Ada juga pisang bolen rasa cokelat, keju, mix cokelat keju. Ada yang jual satuan ada juga yang satu box isi enam dan dua belas potong. Karena ini baru mau dijual jadi Laila membuatnya hanya terbatas saja.

*****

Pagi-pagi buta Arman sudah di rumah Laila, mengantar handphone untuk Laila yang dibelinya dengan menggunakan uang dari bantuan PKK. Cukup dengan harga Rp.2.799.900,00. Laila sudah bisa memiliki handphone bagus yang sesuai dengan kebutuhannya.

Arman mengambil gambar semua kue yang sudah terpanjang di dalam etalase.

"Insya Allah laris manis." Ucap Arman sembari memasukkan lagi handphonenya.

"Aamiin."

"Kue yang saya buat mau makan di sini atau makan di pabrik?."

"Maunya sih di sini, tapi aku sudah ada janji. Jadi aku makan di pabrik saja."

"Iya."

"Nanti aku telepon kamu untuk memberikan penilaianku."

"Iya."

"Aku berangkat."

Laila hanya mengangguk.

Pembeli sudah mulai berdatangan, ada yang membeli beberapa kue baru yanh dibuat Laila. Ada yang beli dan makan di tempat juga setelah tahu rasanya sangat enak, membeli lagi untuk dibawanya pulang. Ada juga yang dipesannya untuk besok pagi.

Laila masuk ke dalam rumah saat handphone barunya berdering. Nama Arman yang tertera pada layar handphone.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Semua kuenya aku suka, sangat enak. Teman-teman aku ada yang pesan untuk besok pagi. Sudah aku kirim pesan untuk pesanannya apa saja."

"Alhamdulillah kalau enak, terima kasih."

"Oh iya, spanduknya mungkin nanti siang datang. Kalau ada Mang Dadang bisa minta tolong langsung pasang."

"Iya."

"Kalau ada perlu apa-apa telepon saja, tidak perlu menunggu sampai aku ke rumah kamu."

"Takut mengganggu."

"Tidak."

Hening untuk sementara waktu sampai akhirnya Laila buka suara lagi.

"Sudah dulu ya, saya harus membuat adonan lagi. Kuenya yang di etalase sudah mau habis."

"Makanya buat yang banyak."

"Iya."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Arman masih betah menatap handphone. Rasanya semakin dekat bila bicara dengan Laila seperti ini. Seakan tidak ada jarak yang membentang. Sedangkan Laila tidak bisa berlama-lama dengan handphonenya. Perempuan berhijab putih itu harus segera membuat kue lagi.

"Bu, mau ikut Teh Linda" rengek Salwa.

"Jauh, Kak. Nanti pas antar yang dekat saja."

"Aku sendiri yang ikut, Adik lagi main di depan sama Teh Yayuk. Boleh ya, Bu?."

"Nanti saja ya, Kak. Pesanan yang mau diantar juga banyak." Ibu Laila sampai harus berdiri memegangi Salwa.

"Aku mau ikut, Bu!." Sambil menghempaskan tangan Ibu Laila.

"Teh Linda tidak akan pergi, Kak." Kemudian Ibu Laila memeluknya. Salwa pun tidak lagi bicara. Lambat laut mengerti dan membiarkan Teh Linda untuk mengantar pesanan Ibunya.

Salwa masih dalam pelukan Ibunya, anak itu pun bermanja. Memegangi ujung hijab sang Ibu sembari memainkannya.

"Uang Ibu sudah banyak belum?. Aku mau sekolah. Kemarin waktu ikut sama Teh Linda, aku melihat anak-anak menggunakan seragam."

Kini Ibu Laila paham, kenapa Salwa begitu mau ikut.

"Jadi karena hanya ingin melihat anak-anak sekolah, Kakak mau ikut sama Teh Linda?."

Salwa pun mengangguk semangat. "Iya, Bu."

"Tapi pensanan kali ini, Teh Linda tidak melewati sekolah. Karena bukan ke sana tujuannya."

"Aku mau sekolah seperti yang lain, Bu."

"Iya" Laila mengangguk.

Hari semakin sore, pesanan semakin banyak. Teh Linda dan Teh Yayuk yang menyelesaikannya karena Salwa masih belum mau lepas dari Ibunya. Menyisakan kue baru yang menjadi pekerjaan Laila karena Teh Linda dan Teh Yayuk belum ada yang diajarinya. Mereka pun pamit pulang.

Mungkin kehadiran Arman sangat tepat waktu, karena Salwa langsung berlari menyambutnya.

"Pak Arman" kemudian duduk di sampingnya. Halwa pun yang baru selesai mandi langsung bergabung.

Ketiganya bercerita banyak, hanya sekilas saja Laila mendengar karena fokusnya pada pekerjaannya. Sampai pukul delapan malam Arman masih di sana, anak-anak baru saja masuk ke kamar. Karena satu hari ini tidak ada tidur siang jadi tidur lebih awal.

"Kamu mau pulang?" tanya Laila dari pintu.

Arman menggeleng.

"Bolunya sedang saya oven kalau mau bawa buat cemilan di rumah."

"Iya."

"Berapa lama mengovennya?."

"Dua puluh lima menit."

Arman melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya lalu menatap Laila.

"Boleh aku bicara tentang Salwa?."

"Boleh" Laila duduk di sebelah Arman.

"Kamu sudah tanya ke sekolah?."

"Sudah tapi di tolak."

"Kemarin les bagaimana?."

Laila menggeleng.

"Masih belum bisa apa-apa."

Arman diam sejenak, mengeluarkan handphone lalu mengotak-atiknya.

"Di sini tidak ada SLB."

Laila menggeleng.

"Di kota ada, tapi jauh."

"Di mana?."

Arman menujukkan handphonenya pada Laila.

"Coba besok kita telepon."

"Iya."

Laila meninggalkan Arman ke dapur, mengeluarkan bolu-bolu dari oven. Memotong sebagian untuk diberikan pada Arman, dibawanya pulang.

"Ini sudah matang."

"Terima kasih."

"Jangan lupa besok pesanan teman-teman pabrik."

"Siap."

"Aku pulang." Arman bangkit lalu merapikan jaketnya.

"Terima kasih."

Laila mengangguk lalu masuk ke dalam rumah setelah Arman sudah tidak terlihat.

Laila sibuk sampai malam, handphonenya kembali berbunyi. Ada pesanan yang masuk untuk besok pagi dan minggu depan. Laila baru ingat, kalau spanduk baru sudah dipasang oleh Mang Dadang.

Laila merapikan uang yang didapatkan, rencananya besok ingin membelikan seragam untuk Salwa. Menyenangkan anaknya yang begitu ingin bersekolah.

Laila merebahkan tubuhnya di atas bale-bale. Handphonenya yang di atas meja berbunyi, pesan masuk dari Arman. Menambah pesanannya untuk besok pagi.

Keesokan paginya.

Arman sudah tiba di pabrik setelah mengambil pesanannya di rumah Laila. Bagian pengelola kantin mendatangi ruangannya.

"Yang kamu posting itu jualan orang yang sama?."

"Iya."

"Nanti kan pabrik mau ada acara, saya mau kue-kuenya dari tempat Laila. Bisa 'kan?."

"Oh bisa banget. Mau berapa? Apa saja? Nanti saya bantu list."

"Oke, ini list pesanannya."

Arman cukup kaget dengan banyaknya yang dipesan pengelola kantin.

Bersambung.....

1
Watini Salma
jadi penasaran kelanjutannya Laila sama Arman apa berjodoh ya
La Rue
semoga ikhtiar Laila berhasil demi kebaikan anak-anaknya
La Rue
Laila tetaplah kuat buat kedua anakmu
Sadiah Suharti
lanjut thor
Watini Salma
cerita nya ringan enak dibaca nya mudah dipahami menarik dan menginspirasi, lanjut kakak /Good//Pray/
Watini Salma
Alhamdulillah up lagi, semoga Laila jadi orang sukses dan bahagia dengan kedua anak nya
Watini Salma
lanjut kakak, cerita nya menarik tetap semangat ya
La Rue
Ditunggu kelanjutannya
La Rue
pasti mau memfitnah Laila ni
seftiningseh@gmail.com
semangat buat up nya kak
jangan lupa dateng aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia
La Rue
Alhamdulillah rezeki Laila dan anak-anaknya
QueenRaa🌺
lanjut thorr! semangat up💪

jangan lupa mampir di beberapa karyaku ya😉
La Rue
ceritanya bagus ditunggu kelanjutannya...🥰👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!