Karena mabuk, Viona, wanita yang sudah memiliki suami itu melakukan cinta satu malam dengan pria tampan dengan sejuta pesona.
Viona, wanita berusia 25 tahun itu merasakan kejenuhan dalam rumah tangganya, awalnya hubungan dia dan suaminya begitu mesra dan harmonis namun tiba-tiba suaminya berubah menjadi sedikit tempramen dan jarang pulang, apalagi sudah dua tahun mereka tidak pernah melakukan hubungan suami istri lagi, tentu saja Viona sangat tersiksa dalam hubungan yang jenuh seperti ini.
Namun, malam itu malah mengubah segalanya, dia seperti tersesat dan tak tau arah jalan untuk kembali, dengan pesona pria yang bernama Daniel Gilbert.
"Lupakan tentang semalam, anggap saja tidak terjadi apa-apa. Aku sudah memiliki suami."_ Viona Maharani.
"Itu pertama bagiku, karena itu kamu tidak bisa menyuruhku seenaknya untuk melupakan apa yang terjadi pada kita."_ Daniel Gilbert.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sangat Menginginkan Kamu
Pagi ini, Daniel terbangun dari tidurnya, hal yang pertama dia lakukan adalah melihat ponselnya, mungkin saja siapa tau saat dia tidur Viona membalas pesan darinya.
Namun rupanya tidak ada balasan dari Viona, hanya ada banyak pesan dari beberapa wanita teman sekolahnya waktu dia SMA, juga teman dia semasa kuliah di Belanda.
[Hai Daniel apa kabar?]
[Selamat pagi Daniel, semoga harimu menyenangkan. Aku akan lebih senang jika kita bisa bertemu lagi.]
[Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Daniel]
[Ik hou van je, Daniel] (aku cinta kamu, Daniel)
[Goedemorgen Daniel, Hoe gaat het met je?] (Selamat pagi Daniel, bagaimana kabar kamu?)
Seramahnya dia, tapi dia juga memiliki privasi tersendiri, merasa terganggu oleh mereka yang terlalu blak-blakan mengejar dirinya. Karena itu Daniel tak pernah merespon mereka. Entah dari mana mereka tau nomor ponselnya, padahal dia tidak bergabung ke grup WA.
Setelah melakukan malam panas bersama Viona, perasaan cinta itu malah semakin tumbuh dihatinya, setiap bangun tidur yang dia pikirkan adalah Viona, bahkan Viona selalu saja ada di dalam mimpinya. Pokoknya nama itu kini telah bertahta merajai pikirannya.
Bagaimana bisa dia melupakan wanita itu?
Setiap pagi Daniel selalu menyempatkan diri berolahraga diatas treadmill, Daniel mulai berlari mengikuti kecepatan yang telah dia atur, berlari dan terus berlari sampai keringat itu mulai bercucuran di tubuhnya yang sixpack, bahkan dia sengaja tidak memakai bajunya. Hanya memakai celana panjang saja.
Namun bayangan Viona masih saja terlintas dipikirannya, membuat dia tidak fokus untuk berlari, hampir saja dia terjatuh, Daniel segera mengatur kecepatan treadmill dengan kecepatan rendah.
Daniel berhenti berlari, dia nampak ngos-ngosan karena kelelahan. Daniel mengecek ponselnya lagi, berharap mungkin Viona membalas pesannya.
Daniel ingin mengirim pesan pada Viona, dia masih mengkhawatirkan keadaan wanita itu.
[Selamat pagi Viona, jangan lupa minum obat_
Daniel berhenti mengetik, dia takut bagaimana jika suaminya membaca pesan darinya. Viona pasti akan mendapatkan masalah yang besar gara-gara dirinya.
Dia segera menghapus pesan yang ingin dia kirim pada Viona, lagian dia sudah dua kali mengirim pesan padanya tapi tidak pernah dibalas Viona. Padahal banyak sekali wanita yang menungu untuk dia balas pesan olehnya, tapi kenapa tak ada satupun yang bisa menarik perhatian Daniel.
Viona oh Viona... kenapa wanita itu yang harus aku cintai?
Mengapa aku tidak bisa membuang perasaan aku?
Aku malah semakin mencintai kamu.
Aku malah ingin menginginkan kamu.
Apa dia sudah sudah makan?
Apa dia sudah minum obat?
Sedang apa dia sekarang?
Mungkin dia sekarang lagi sarapan bersama suaminya.
Pasti enak sekali masakan Viona, betapa beruntungnya pria itu bisa menikmati sarapan pagi bersama Viona.
Pagi ini Daniel hanya membuat sandwich buatannya sendiri, dia membayangkan jika Viona duduk di sampingnya, di meja makan. Setiap pagi Viona ada bersamanya, membantu Viona memasak dan sarapan berdua dengannya, rasanya pasti sangat menyenangkan. Bukan pagi saja, tapi siang dan malamnya, alangkah bahagianya hari-hari dia jika selalu bersama Viona.
Rasanya begitu sesak mencintai orang yang sulit untuk dimiliki.
Drrttt...Drrttt...
Daniel mendapatkan pesan dari Tuan Anderson.
[Sebelum pergi ke kantor, papa ingin kamu mampir dulu ke mansion]
Daniel menghela nafas, dia sebenarnya malas sekali pergi ke mansion, mengingat bagaimana mamanya mati secara mengenaskan yang katanya jatuh dari tangga, tapi CCTV disana mendadak rusak. Jika mengingat itu, dia malas untuk datang ke Indonesia lagi dan ingin secepatnya pulang ke Belanda.
Ya pulang, baginya Belanda adalah tempat untuk dia pulang.
...****************...
Daniel menemui sang papa yang sedang sarapan pagi, dia masih memakai kursi rodanya, tentu saja disampingnya ada seorang wanita yang sangat dia benci.
Daniel tersenyum sinis memperhatikan Miska yang sok begitu perhatian kepada sang papa, "Mas mau aku bawakan apa?"
"Udah gak apa-apa sayang, kamu sekarang fokus makan buat diri kamu. Sebentar lagi kamu kerja lho, nah ikut saja sama Daniel."
Daniel rasanya ingin muntah jika dia harus berada dalam satu mobil dengan wanita itu. "Kebetulan aku mau mampir dulu ke rumah teman."
"Oh ya udah gak apa-apa."
Sebenarnya Tuan Anderson ingin membicarakan masalah pertunangan dia dengan Alexa yang ingin dia selenggarakan bersamaan dengan pesta penyambutan dia di perusahaan, tapi Tuan Anderson rasa dia lebih baik tidak membahas itu dulu.
"Daniel, ayo kita sarapan bersama." perintah Tuan Anderson.
Baguslah jika dia ikut makan, aku bisa menyingkirkan mereka sekaligus dengan perlahan. seru hati Miska sambil tersenyum puas.
"Tidak, pah. Aku sudah sarapan barusan di apartemen."
Senyuman Miska seketika menghilang saat mendengar jawaban dari Daniel.
"Sebenarnya apa yang ingin papa bicarakan sama aku?" jawab Daniel, pandangannya beralih ke Miska memandanginya dengan tatapan sinis.
"Bagaimana Alexa menurut kamu?" tanya sang papa sambil memakan masakan buatan istri tercinta.
"Dia pintar, cantik, dan juga ceria. Memangnya kenapa Pah?"
Tuan Anderson tersenyum begitu mendengar jawaban dari Daniel. Dia masih ingat dulu Daniel menolak dijodohkan dengan Alexa, tapi sayangnya dia tidak bisa membatalkan perjodohan itu. Dia yakin dengan berjalannya waktu Daniel bisa mencintai Alexa.
"Tapi bagiku Alexa adalah teman, tidak lebih dari itu." Daniel menambahkan perkataannya.
"Itu karena kamu tidak begitu mengenal Alexa dengan baik. Papa sudah mengatur jadwal makan malam kamu bersama Alexa."
"Gak usah, Pah. Kalau papa menyuruh aku datang kesini untuk membahas perjodohan itu, lebih baik aku pergi." Daniel segera beranjak dari duduknya.
"Papa belum selesai bicara."
Namun Daniel tidak mendengarnya. Daniel segera pergi meninggalkan Mansion itu.
Tuan Anderson mendengus kesal "Apa mungkin Daniel sedang menyukai seseorang?" tanya Tuan Anderson kepada Miska, dia jadi tidak berselera makan lagi.