Setelah sekian lama Nathan berusaha menghindari Nadira—gadis yang melukai hatinya. Namun, pada akhirnya mereka dipertemukan kembali dalam sebuah hubungan kerjasama yang terjalin antara Nathan dan Rendra yang merupakan atasan Nadira di Alfa Group.
Sebuah kecelakaan yang dialami Davin dan Aluna dan menyebabkan mereka koma, membuat Nathan akhirnya menikahi Nadira demi untuk melindungi gadis itu dari bahaya yang mengancam keluarga Alexander.
Siapakah sebenarnya yang mengintai nyawa seluruh keluarga Alexander? Mampukah Nona Muda Alexander meluluhkan hati Nathan? Atau justru ada cinta lain yang hadir di antara mereka?
Simak kisahnya di sini.
Jangan lupa follow akun sosmed Othor
Fb : Rita Anggraeni (Tatha)
IG : @tathabeo
Terima kasih dan selamat membaca gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04
Rendra menatap gelagat aneh dari Nadira dan Nathan. Dia bisa merasakan ada sesuatu di antara mereka, tetapi Rendra mencoba bersikap biasa saja dan berpura-pura tidak mengetahui apa pun. Dia pun mencoba mengalihkan perhatian mereka dengan mengajak Nathan membahas tentang kerjasama antara Saputra dan Alfa Group.
Sepanjang pembahasan berlangsung, baik Nathan maupun Nadira tidak ada yang bisa berkonsentrasi sama sekali. Sampai akhirnya satu jam berlalu, kerjasama itu akhirnya sama-sama disetujui dan selama satu bulan ke depan Nathan akan tinggal di Bandung untuk mengawasi semuanya.
Sebenarnya Nathan hendak menolak dan akan mengganti dirinya dengan perwakilan Saputra Group, tapi melihat bagaimana Rendra, membuat Nathan mau tidak mau tetap terjun langsung menangani kerjasama ini sesuai perjanjian awal. Dia sangat berharap semoga pertahanan yang selama ini susah payah dia bangun, tidak akan runtuh. Mengingat kalau dirinya akan sering bertemu dengan gadis yang selama ini coba dilupakannya.
Begitu perjanjian selesai, mereka pun kembali. Nathan berpamitan untuk pergi dari sana. Tujuannya saat ini adalah La Grande Apartemen. Karena Cacha tinggal di apartemen itu selama di Bandung.
"Kak, apa kamu memiliki hubungan dengan gadis cantik tadi?" tanya Jasmin memecah keheningan yang sejak dari restoran menemani perjalanan mereka.
"Tidak, aku hanya sebatas kenal karena dia adik Al," sanggah Nathan.
"Kamu yakin?" tanya Jasmin lagi. Namun, Nathan tidak menjawab, dia berpura-pura terlihat fokus dengan jalan di depannya. Jasmin pun kembali diam, meski hatinya menebak kalau mereka berdua mempunyai sebuah hubungan.
Begitu sampai di apartemen, Nathan dan Jasmin segera menuju ke lantai 16, di mana unit apartemen Cacha berada. Tepat saat Nathan hendak membunyikan bel, pintu apartemen itu terbuka dan kepala Cacha menyembul keluar. Membuat Nathan menjadi begitu gemas dengan adik perempuannya.
"Kamu kenapa bisa tahu kalau Kakak sudah sampai?" tanya Nathan.
"Tentu saja, aku sudah hapal bau Kak Nathan. Kak Jasmin ayo masuk," ajak Cacha. Dia membuka pintu itu sedikit lebih lebar dan membiarkan dua orang itu untuk masuk.
Mereka bertiga pun duduk di sofa. Saling mengobrol dan bertukar kabar. Setelah puas berbincang, Nathan menyuruh Cacha untuk menemani Jasmin ke unit sebelah, karena Nathan sudah menyewa selama satu bulan ke depan untuk Jasmin, sedangkan dirinya akan tinggal bersama Cacha, karena kebetulan hunian Cacha ini memiliki dua kamar.
Setelah pintu tertutup, Nathan segera masuk ke kamar. Merebahkan tubuhnya di atas kasur dan menatap langit-langit kamar, tetapi tiba-tiba setetes airmata membasahi sudut matanya saat teringat pertemuannya dengan Nadira tadi.
"Kenapa kita harus berjumpa lagi? Padahal selama ini aku selalu berusaha menghindarimu." Nathan mendesah kasar. Berusaha menghilangkan rasa sakit yang terasa mencabik hatinya dan menjadikan serpihan kecil.
Nathan beranjak bangun lalu bergegas menuju ke kamar mandi. Tanpa melepas pakaian, dia berdiri di bawah shower yang menyala. "Aaahhhh!" teriaknya sembari memukul tembok kamar mandi dengan kencang. Bahkan dia tidak peduli saat kepalan tangannya terasa sakit. Karena hatinya lebih terasa sakit. Namun setelah itu, tubuh lelaki itu luruh ke lantai. Tangannya beralih memukul dada yang terasa begitu sesak.
"Apa aku tak boleh melupakanmu?" Nathan menjambak rambutnya dengan kuat. Airmatanya mengalir bersamaan dengan air shower yang membasahi tubuhnya.
"Aku mohon ... jangan mendekat lagi. Aku benar-benar ingin menjadi orang asing untukmu." Nathan mengusap wajahnya dengan kasar.
sm anak kambing saya...caca marica hay..hay