DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM9
AUTHOR POV
"Hey, mandul ... omong kosong apa yang kau katakan? Rumah mu? Kau itu hanya menumpang di sini, ini tanah ku, dasar tak tau diri. Sekarang juga, kau kerjakan semua pekerjaan yang terbengkalai itu! Jika kau masih menolak, silahkan angkat kaki dari rumah ini! Aku gak butuh wanita mandul tak berguna seperti mu!"
Kalimat itu meluncur mulus dari bibir Jumiah. Wanita itu tengah naik darah, seluruh amarah terpancar jelas dalam ekspresi nya menatap Hana.
Sedangkan Hana? Wanita itu sangat lihai menyembunyikan keterkejutan nya, wajah tenang itu minim akan ekspresi.
"Bu, udahlah, tidak perlu sampai seperti ini. Nanti biar Damar saja yang-"
"Angkat kaki dari rumah ini?" Hana membuka mulutnya, ia tak sudi lagi dilindungi oleh Damar.
"Enak saja Ibu bicara! Orang-orang yang wajib angkat kaki dari sini itu, seharusnya orang-orang yang tak punya andil apapun dalam pembangunan rumah ini, lalu dengan tak tau dirinya dengan sesuka hati malah ongkang-ongkang kaki!" Hana melemparkan tatapan dinginnya pada Tuti.
"Ya kamu orangnya, Hana!" Telunjuk Jumiah mengacung tepat di depan wajah Hana, membuat Tuti nyaris tertawa.
Istri pertama Damar tertawa terbahak-bahak, membuat wajah Jumiah, Dinar dan Tuti langsung petak-petak.
"Ah, Ibu ... anda lucu sekali! Apa Ibu lupa? Atau Ibu tidak tau? Rumah ini dibangun pakai uang siapa? Segala isi perabotan rumah ini dibeli pakai uang siapa? Termasuk one set ranjang impor yang di pakai madu ku itu, memangnya dibeli pakai uang siapa?" urai Hana tegas.
"Kok pakai nanya segala?! Ya uang anak ku lah, D-A-M-A-R." Jumiah sengaja mengeja nama putra nya dengan nada sombong.
"Bu, sudah, Bu ... sudah!" Damar meraup kasar wajahnya.
Hana kembali tergelak melihat wajah frustasi Damar, sampai-sampai air bening keluar dari sudut mata wanita itu.
"Mas, kamu ngibul apa sih ke Ibu? Kasian loh, bikin malu," Hana terkekeh.
Jumiah dan Dinar terlihat bingung, meskipun begitu, mereka berdua tetap mempertahankan wajah angkuh nya.
"Eh, Hana, to the point aja deh! Ini maksudnya apa?" tanya Dinar tak sabar.
"Maksudnya adalah ...." Bola mata Hana kembali melirik Damar yang terus-terusan menggelengkan kepala.
"Okay, aku akan mempersingkat nya saja ya? Ibu memberikan tanah ini pada Mas Damar sebagai hadiah pernikahan kami, lalu ... Mas Damar berkhayal membangun sebuah rumah minimalis yang indah di atas tanah ini, tapi, sepeserpun dia tidak memiliki uang. Kebetulan aku ini istri yang baik hati dan saat itu pas banget memiliki tabungan yang lumayan. Udah bisa ketebak belum? Masa pada belum? Dungu ya? -- Okay, okay, aku jelasin lagi. Aku membangun rumah indah ini menggunakan uang ku, aku juga mengisi rumah yang tadinya kosong melompong ini dengan seluruh perabotan mewah nan mahal menggunakan uang ku. Daaan ... sertifikat rumah ini atas nama ku. Sekian, gak usah terimakasih," jelas Hana.
Kepala Jumiah pusing mendengarkan penjelasan Hana. Tubuh gempal yang tadinya berdiri tegap, kini lemas terhuyung. Meskipun ia membenci Hana, wanita baya itu memilih percaya akan setiap kalimat yang menantu nya katakan. Enam tahun ia mengenal sifat sang menantu, Hana bukan lah tipe orang yang akan mengada-ada.
"Kamu bohongin Ibu, Damar? Benar begitu? -- Jadi selama ini, yang mengeluarkan uang adalah Si Mandul ini?" lirih Jumiah sedih.
"Ya, anda benar wahai ibu mertua penggila rahim subur! So, buat yang tidak berguna sama sekali di sini, silahkan angkat kaki!"
BLAM! Hana membanting pintu, membuat semua yang ada di ruangan itu terpaku.
Sementara itu, Damar hanya bisa menunduk, ia sangat malu. Kedua tangannya terkepal erat, pria itu benar-benar kesal pada Hana.
'Hana, kau terlalu ku manja hingga berujung besar kepala. Lihat saja malam ini, kau akan ku buat lelah!' batin Damar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hana : Guys, info lowongan kerja dong, urgent!
Sebuah pesan Hana kirim pada grup whatsapp 4 sekawan yang beranggotakan Monica, Gavriil, David dan juga dirinya sendiri.
Grup whatsapp yang baru Hana buat tepat di saat Damar menikah lagi, tanpa sepengetahuan sang suami.
Monica : Buat siapa, Sistahhh?
Hana : Gue dong, ha ... ha ...!
David : Cailaaah, mau meniti karir lagi kah?
Hana : Wajib! Harta gue cuma 150juta doang, coookkk!
Monica : Jadi asisten gue, mau?
Hana : Ogah, mulut lo bawel, Mon!
Monica : Sialan lo!
David : HA HA HA, saya sedang mentertawakan fakta!
Monica : Berisik lo, Nyet!
Gavriil : Mau balik jadi influencer lagi gak? Gue ada kenalan yang bisa diajak kerja sama nih, kalian bisa kolaborasi. Apalagi, followers lo juga udah banyak, Han. Udah ada pondasinya.
David : Rumah kali ah, pondasi pondasian wkwkwk!
Gavriil : Berisik lo, djingaaan!
Hana : Boleh juga saran lo, Gav! Gue mau dong!
Gavriil : Ok, gue atur jadwal dulu!
David : Sok sibuk lo, anjhaaaaay!
Hana menutup ponselnya dengan secercah harapan baru. Mulutnya merapal doa, berharap jalannya untuk kembali meniti karir dipermudahkan yang ESA.
'Masa depan gak ada yang tau, entah bagaimana hubungan ku dengan Mas Damar kedepannya. Namun, yang pasti, aku harus menyediakan payung sebelum hujan kan? Setidaknya, aku harus memiliki tabungan yang cukup untuk menopang harga diriku yang setinggi gunung Everest!' Hana bermonolog di dalam hati.
Hana duduk di tepi ranjang, otaknya tengah fokus memikirkan rencana-rencana untuk menata masa depan. Saking fokusnya, wanita itu sampai tak sadar Damar sudah duduk tepat di sampingnya.
GREP! Damar menyambar ponsel hitam metalik yang digenggam Hana. Pria itu mencoba membuka akses benda pipih itu, akan tetapi, selalu gagal.
"Kamu ganti sandi?!" tanya Damar dengan suara kasar.
Hana menggangguk singkat, hanya isyarat yang ia berikan sebagai jawaban.
"Apa sandi nya?!"
Hana mengedikkan kedua bahu. Respon wanita itu membuat darah Damar mendidih, apalagi sudah sejak pagi pria itu kesal pada sang istri.
"Kamu nyembunyiin sesuatu dari Mas?! Sudah berani kamu, Yank?!"
Damar beranjak dari duduknya, berdiri tepat di hadapan sang istri. Ponsel Hana ia banting di atas ranjang, kasar Damar mendorong tubuh Hana hingga terlentang menantang di atas ranjang.
Dengan nafas memburu, Damar mengukung tubuh sang istri. Hana berontak, akan tetapi, tenaga nya tak sebanding untuk mendorong tubuh sang suami.
"Lepasin!" teriak Hana, ia gusar.
"Lepas?!" Damar menyeringai.
"Lepas -- Emmmh ...!" Kalimat Hana tenggelam, tepat saat bibir Damar menyelam.
Damar mencekal kedua tangan sang istri tepat di atas kepala, dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya, berusaha membuka paksa baju tidur Hana.
SREEKK! Piyama seksoy nan tipis itu robek. Buah dada sintal milik Hana menyembul begitu saja, membuat Damar semakin menggila dan melancarkan aksinya.
"Le ... pas!!!"
BUGH!
"ARRRGGGHHH ...!"
*
*
*
Author dengan segenap hati mengucapkan turut berduka cita atas gepeng nya lato-lato Damar 🙏🏼
Sekian, Babhaaaay!
tapi tetap semangat y Thor buat cerita ny yg lbih bagus lgi👍😘
lanjutkan pokoknya😆😆😆
bener tuh kata David🤭😆😆😆