Walau hanya sebatas wanita simpanan bagi James, Silvia sangat mencintai pria itu. Namun, Silvia harus menelan pil pahit ketika James memutuskan mengakhiri hubungan mereka. Akhirnya, Silvia pergi meninggalkan James karena banyak tekanan yang memintanya menjauh dari pria yang amat dicintainya. Dia pergi dan menyembunyikan kehamilannya dari James.
Akankah Silvia dan James bertemu dan bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Apa yang harus aku katakan pada putraku saat pertama kali aku bertemu dengannya?" gumam James pada dirinya sendiri.
Selama ini yang James impikan hanyalah saat bertemu dengan Silvia. Dia ingin meminta maaf dan berusaha untuk memperoleh hari suaminya. Namun, dia tidak pernah sama sekali bermimpi untuk bertemu dengan putranya.
Terlihat seorang bocah lelaki yang mirip sekali dengan dirinya. Bocah itu menoleh ketika James menghampiri dirinya. Nathan terlihat antusias ketika James menghampirinya.
"Halo, Boy. Ehm... Apa perjalananmu menuju tempat ini lancar?" tanya James yang tidak terbiasa berhadapan dengan anak kecil.
Di luar dugaan, Nathan langsung berdiri kemudian berhadapan dengan James. "Apa benar Om adalah papaku?" jawab Nathan dengan mata yang berbinar.
"Ya! Aku adalah papamu, Nathan," ucap James kemudian menggendong putranya. Dia memeluk bocah kecil itu dengan penuh haru.
Tidak menyangka telah menjadi seorang ayah. James menitikkan air mata bila mengingat dia pernah memperlakukan Silvia dengan tidak adil. Seharusnya, dia dapat mencari tahu terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu.
James membayangkan ketika Silvia harus menahan semuanya seorang diri. Perempuan itu harus melalui masa kehamilan dan melahirkan seorang diri. Belum lagi, pasti banyak cacian dan hinaan karena dia tidak memiliki seorang suami.
"Kenapa Papa tidak pernah datang ke rumah kami? Kenapa baru sekarang Papa datang? Berarti aku memiliki seorang Papa, Kan?" ucap Nathan sambil menangis.
"Maaf, maafkan Papa. Saat itu, Papa salah pada mamamu. Hingga membuat mamamu pergi dari Papa. Sekarang kita akan selalu bersama. Kamu mau 'kan pindah ke tempat tinggal Papa di Jakarta. Kita akan memulai semuanya dari awal," balas James sambil menghapus jejak tangis di wajah Nathan.
Silvia menyaksikan pertemuan dua yang yang dia sayangi itu dengan penuh haru. Air mata kembali mengalir ketika dia mengingat harus meyakinkan orang-orang kalau dia adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya.
Beberapa orang tak jarang memberikan cibiran pada Silvia. Bahkan, beberapa ibu-ibu sering kali menyindir statusnya yang tidak jelas. Mereka melakukan itu semua karena khawatir dengan keadaan perempuan cantik seperti Silvia. Takut kalau keberadaan Silvia menyebabkan suami mereka berpaling.
"Papa janji akan selalu bersama kami, kan?" ucap Nathan yang kini duduk di pangkuan James.
Untuk kesekian kalinya, putranya itu mempertanyakan ucapannya. "Iya, Nathan. Papa janji kita akan tinggal bersama. Kalau begitu Nathan harus membujuk Mama agar mau ikut bersama kita," balas James melirik Silvia yang sedari tadi diam ketika bergabung dengan kedua lelaki berbeda generasi itu.
"Ma, aku mau kita pindah ke Jakarta dan tinggal bersama Papa. Mama mau 'kan?" tanya Nathan dengan tatapan memohon pada sang ibu.
Silvia melirik pada James sebelum menjawab ucapan pria itu. Dia belum dapat memutuskan semua hal tersebut. Butuh waktu untuk pindah dari kota S. Kota yang selama ini menjadi persinggahan hatinya itu sudah merupakan tempat ternyaman baginya.
"Apa ada yang kamu pikirkan? Kamu tidak ingin kembali ke Jakarta? Atau kamu lebih suka tinggal di kota ini?" cecar James yang menunggu jawaban dari Silvia.
Sebelumnya, James yakin bila Silvia telah memaafkan dirinya. Mereka pun sudah sepakat untuk memulai semuanya dari awal. Namun, Silvia bisa saja berubah pikiran. James tidak ingin kembali kehilangan wanita yang dicintainya. Tidak ketika dia telah menemukan Silvia dan putranya.
"Aku hanya mengkhawatirkan sesuatu. Apa Nyonya Sonia akan menerimaku dan Nathan?" jawab Silvia dengan pelan.
Masih teringat dalam ingatannya, Sonia yang tidak menyukai Silvia. Wanita itu beberapa kali memberikan peringatan pada Silvia untuk tidak mendekati James. Bahkan, terakhir kali mereka bertemu Sonia tetap menampilkan wajah tidak menyukai Silvia.
Hidup seorang diri membuat Silvia telah menjadi pribadi yang mandiri. Dia tidak ingin bergantung pada siapa pun termasuk pada James. Banyak yang dia khawatirkan bila menjalin hubungan kembali bersama James.
Pria itu tidak menawarkan menjadi simpanan seperti dulu. James menginginkan dia untuk menjadi istrinya. Menjadi istri James berarti dia akan selalu bertemu dengan Sonia. Silvia takut Sonia menolaknya karena dia tidak pantas menjadi menantu keluarga Davis.
James terperangah dengan ucapan Silvia. Ternyata, wanitanya itu memikirkan penerimaan Sonia terhadapnya. James sebenarnya tidak terlalu memikirkan tentang Sonia. Ibunya itu tidak lagi mencecarnya untuk menikah semenjak kejadian Wilona yang ternyata merupakan wanita yang tidak memiliki perilaku sesuai dengan keinginan Sonia.
"Apa sebenarnya yang ada dalam pikiranmu, Via? Kamu sudah setuju untuk memberikan aku kesempatan agar kita dapat kembali bersama. Nathan sudah menyetujui bila kita menjadi keluarga yang utuh. Jadi, tidak ada alasan bagimu untuk menolak keinginanku untuk membina rumah tangga bersamamu. Soal Mama kamu tidak perlu khawatir. Mama sudah mengatakan akan menyetujui hubungan kita bila aku berhasil menemukanmu," ucap James menggenggam tangan Silvia.
Ingin rasanya dia memeluk Silvia, berusaha meyakinkan kembali wanita di hadapannya. Akan tetapi, ada Nathan di antara mereka. Dia harus bersikap baik di depan anak lelakinya itu.
"Tapi aku ta...."
"Bila kita belum mencobanya, kita tidak akan pernah tahu reaksi Mama. Kamu harus ikut pulang bersamaku, kita meminta restu kemudian segera meresmikan hubungan kita. Aku tidak ingin kamu terus mengkhawatirkan hal yang belum terjadi," potong James membuat Silvia terdiam.
"Baiklah, kita akan bertemu terlebih dahulu dengan Nyonya Sonia," balas Silvia.
"Jangan memanggil mamaku dengan Nyonya, mamaku akan menjadi mertuamu, Sayang. Sebut saja dengan Mama, seperti aku memanggil mamaku," tegur James dengan senyum di wajahnya.
"Aku akan mengubah panggilanku bila beliau menginginkannya," ucap Silvia yang sungkan mengganti panggilannya.
"Asyik! Berarti kita akan ke Jakarta, bertemu dengan Nenek?" tanya Nathan terlihat senang.
"Ya, Nak. Kita akan bertemu dengan nenekmu," jawab Silvia membalas ekspresi Nathan yang sangat gembira.
Semoga saja, Nyonya Sonia menerima kita, Nak. Bila tidak, aku tidak akan pernah mau menjadi istri dari papamu. Biar bagaimana pun, restu sangat penting dalam sebuah pernikahan, batin Silvia yang gelisah menantikan pertemuannya dengan calon mertua.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. ❤️