"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.
"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.
Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.
Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Siang
Ghina hanya bisa terpaku mendengar pembicaraan orang tua membahas pernikahan mereka.
“Papa, saya mau ajak Ghina keluar dulu,” ujar Edward tiba-tiba kepada Papa Thalib.
“Silakan, sepertinya memang harus seperti itu biar kalian berdua lebih mengenal,” jawab Papa Thalib.
“Ayo Ghina,” ajak Edward yang telah beranjak dari duduknya. Gadis itu mengikuti langkah Edward dan turut masuk ke dalam mobil pria itu.
Hening ... belum ada yang membuka suaranya.
Edward menyetir mobilnya menuju salah satu resto yang terkenal di wilayah Jakarta.
Masih dalam diamnya, Ghina kembali mengikuti langkah Edward. Sebenarnya kakinya terasa berat untuk masuk ke resto tersebut, secara pengunjungnya terlihat gayanya high class, dan rasanya tidak sesuai dengan pakaian yang di kenakan Ghina sekarang.
“Duduk!” titah Edward.
Ghina menurut perintah Edward yang sudah duduk di hadapannya.
Pelayan resto menghampiri mereka dan memberikan daftar menu.
“Mau makan apa?” tanya Edward sambil melihat daftar menunya.
“Terserah ...,” jawab Ghina malas.
“Pesan 2 beef steak, 2 cream sup, 1 calamary, 2 orange jus,” Edward menyebutkan pesanan makanannya.
“Tambah 1 air mineral,” sambung Ghina.
Selesai memesan makanan, netra Edward menatap Ghina yang ada di hadapannya.
“Saya tidak menyangka, kalau kamu berani menolak perjodohan kita.” Edward mulai buka pembicaraan.
“Ya, karena saya tidak mau menikah muda. Lagi pula saya belum lulus sekolah.”
Sebenarnya Ghina tinggal menunggu pengumuman kelulusannya saja, selanjutnya dia ingin melanjutkan pendidikannya ke bangku universitas.
“Saya juga menolak perjodohan ini,” ucap Edward.
“Kalau Om menolak kenapa tadi tidak bilang saat di rumah saya, biar tidak ada rencana pernikahan.”
“Saya pikir, kamu bisa di ajak kerja sama!”
Nah berasa kayak cerita di novel nih......batin Ghina.
“Kerja sama apa?”
“Sebenarnya saya sudah punya calon istri, tapi papa akan merestui jika aku menikahimu.”
“What ...!”
“Saya tidak mungkin menyukai anak kecil seperti kamu, apalagi ... lihat saja tubuhmu ... terlalu kurus dan lihat dadamu saja seperti baru tumbuh atau tidak bertambah besar. Tidak ada daya tarik sama sekali sebagai wanita,” kata Edward, terang terangan
“Ooooh terus sekarang Om ajak saya kesini buat menghina begitu!” Ghina berusaha menekan emosinya terhadap pria tampan di hadapannya sekarang.
“Bukan menghina, tapi memberitahu fakta kenyataan, dan saya tidak munafik sebagai pria dewasa.”
Iya sih ada benarnya, memang fakta ... tidak ada apa-apa kalau lihat tubuh gue ... rata!! Tinggi badan 163cm, berat badan 50kg 😔
“Jadi Om Edward mau kerja sama seperti apa?”
“Kita tetap menikah seperti yang papa minta, tapi dengan catatan kita hanya suami istri secara hukum. Tapi kamu jangan mengharapkan saya menjadi suami sesungguhnya, dan saya juga tidak akan menganggap kamu istri.”
“Maksud Om, kita hanya status di atas kertas begitu. Jadi saya tidak punya kewajiban mengurus suami, betulkan!”
“Ya seperti itu, saya tidak akan menyentuh kamu sedikit pun. Tapi perlu kamu ketahui setelah menikah dengan kamu. Saya akan menikah dengan kekasih saya, dan kamu harus memberikan izin nikah, agar bisa di daftarkan secara hukum.”
“Om Edward sudah gila, lebih baik kita tidak usah menikah. Dari pada menuntut izin dari saya agar om bisa menikah lagi. Pokoknya Om harus usahakan gagalkan rencana Kakek untuk menikahkan saya dengan Om!” suara Ghina agak meninggi, untungnya Edward memilih tempat di VIP.
“Jadi kamu berharap menjadi istri satu-satunya, begitu. Jangan bermimpi kamu, Ghina!” bentak Edward.
Butek lama-lama otak Ghina berhadapan dengan Om Edward. Dan baru pertama kali ini dia berbincang lama, sebelumnya dia hanya menyapa basa basi jika ada pertemuan atau acara keluarga besar.
Ghina beranjak bangun dari duduknya, bermaksud untuk pergi dari resto tersebut.
“Duduk, kamu tidak sopan dengan orang yang lebih tua!” tegur Edward sambil mencengkeram lengan Ghina.
“Tidak ada yang harus kita bicarakan Om Edward, sebaiknya Om membujuk Opa agar membatalkan perjodohan kita!” ucap Ghina masih dalam posisi berdirinya.
“Auw ...!” pekik Ghina kaget, badannya telah ditarik Edward untuk duduk kembali.
“Tidak usah belaga dewasa, kamu masih kecil. Jangan sok sok mengatur!”
Makanan yang di pesan telah datang, dan sudah berada di meja mereka. “Makan dulu!” ucap Edward mulai menyantap makanannya.
Sayang kalau gak dimakan, marah itu butuh tenaga juga, batin Ghina.
Ghina segera melahap makannya, mmm pantesan resto ini buat kalangan high class.......makanannya enak banget. Gadis itu kembali menikmati steaknya perlahan-lahan seakan-akan esok hari belum tentu menikmati makanan semewah ini.
Mereka berdua makan dalam hening.
“Sayang ...,” sapa seorang wanita yang terlihat anggun dari pintu ruangan. Edward langsung menghampiri wanita tersebut. Dan memberikan kecupan di kedua pipi wanita tersebut.
“Halo Ghina ...,” sapa wanita tersebut, yang sudah duduk di samping Edward.
“Eeeh halo juga Mbak Kiren.”
“Honey ... kamu sudah makan?” tanya Edward kepada kekasihnya.
“Sudah sayang,” ujar penuh kelembutan dari Kiren.
Oh pasangan bucin sudah ada di depan mata gue.
“Sayang, kamu sudah bicarakan dengan Ghina?”
“Sudah.”
“Ghina, Mbak harap kamu mengerti keadaan aku dengan Om kamu. Kami sudah lama berhubungan, tapi nyatanya kekasih hatiku dijodohkan dengan kamu.” Mata Kiren mulai berkaca-kaca.
“Aku sudah mengalah Kak Edward menikahi kamu sebagai istri pertama, tapi kamu juga harus bisa ngertiin ... Kak Edward akan menikahiku juga,” Kiren mulai menghela napas.
Sudah kayak di sinetron ikan terbang nih, dikiraiin cuma ada di sinetron aja. Ternyata ada di depan mata gue sendiri.
“Honey ... tidak perlu mengemis dengan Ghina. Apa pun yang terjadi aku tetap menikahi kamu. Dan istriku hanya kamu seorang,” ucap Edward dan memberikan kecupan di pipi Kiren, di hadapan Ghina.
“Huft ..!” Ghina menarik napas panjang.
“Sudah drama queennya!” celetuk Ghina.
“Kalau sudah selesai, saya pamit dulu. Silakan dilanjutkan lagi.” Ghina bergegas keluar.
“Aaauww ... lepasin Om tangannya!” Ghina meringis kesakitan, tangannya telah di cengkeram Edward saat akan membuka pintu.
“Kita belum selesai bicara!”
“Saya rasa sudah selesai diskusi kita, intinya silakan Om menikah dengan pacarnya. Dan tidak mesti menikah dengan saya terlebih dahulu,” celetuk Ghina.
Aku sangka anak ini penurut dan takut dengan orang tuanya, ternyata salah besar ...!”
“AAWWW ...!” pekik Edward, ternyata Ghina menggigit tangannya, agar lepas dari cengkeramannya.
BRAK!!!
Dibantingnya pintu ruangan VIP tanpa dosa oleh Ghina.
“Tak disangka Om Edward, orangnya seperti itu. Mentang-mentang gue masih kecil, seenaknya aja ngatur-ngatur gue. Dikiranya gue gak ngerti apa,” gerutu Ghina sambil keluar dari resto.
.
.
“Ghina, kok pulang sendiri ke mana Om Edwardnya?” Mama Sarah menengok ke arah luar rumah.
“Lagi sibuk pacaran,” jawab Ghina sambil lalu.
Ghina melirik ke ruang tamu, bersyukur kalau keluarga Thalib sudah tidak berada di rumahnya.
“Loh bukannya tadi kalian hanya berdua saja perginya?”
“Pergi berdua, tapi di jalan bisa dong janjian ketemu.”
“Oooh!” membulat mulut Mama Sarah.
.
.
bersambung
Jangan lupa tinggalin jejaknya ya, like, love, komen, vote, plus di kasih hadiah juga boleh 😍. Terima kasih
Love you sekebon 🌹🌹
n