Xiao Chen selalu dianggap murid terlemah di Klan Xiao.
Tidak punya bakat, selalu gagal dalam ujian, dan menjadi bahan ejekan seluruh murid.
Namun tidak ada yang tahu kebenaran sesungguhnya bahwa tubuhnya menyembunyikan darah naga purba yang tersegel sejak lahir.
Segalanya berubah saat Ritual Penerimaan Roh Penjaga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Cakar yang Terhunus
Waktu seakan melambat.
Bagi mata orang biasa, serangan kedua pengikut Xiao Long terlihat cepat dan mematikan. Pedang besi mereka menyayat udara, mengarah ke bahu dan paha Xiao Chen.
Namun bagi Xiao Chen, yang indranya telah dipertajam oleh darah naga, gerakan mereka penuh celah.
"Kiri, turunkan bahu tiga inci. Kanan, geser kakimu setengah langkah," instruksi Yao Huang terdengar bosan di kepalanya.
Xiao Chen tidak berpikir, tubuhnya bergerak secara insting mengikuti arahan itu.
Wush! Wush!
Dua bilah pedang itu menebas ruang kosong, hanya menyentuh ujung baju Xiao Chen. Kedua penyerang itu terbelalak kaget karena serangan mereka meleset. Keseimbangan mereka goyah karena momentum yang tertahan.
"Sekarang. Hancurkan rusuknya," perintah Yao Huang.
Mata Xiao Chen berkilat dingin. Dia tidak mundur, melainkan maju ke dalam jangkauan serangan lawan. Bahunya menghantam dada pengikut di sebelah kiri seperti seekor banteng yang mengamuk.
DUGH!
"Ugh!"
Pengikut itu terlempar mundur, dadanya serasa dihantam palu godam. Tulang rusuknya retak seketika, dan dia jatuh berguling di tanah, memuntahkan darah segar.
Pengikut yang satu lagi panik. "Kau—!" Dia mencoba menarik kembali pedangnya untuk menebas leher Xiao Chen.
Tapi Xiao Chen lebih cepat. Tangannya bergerak seperti kilat, mencengkeram pergelangan tangan si penyerang.
"Lepas!" desis Xiao Chen.
Dengan satu putaran kasar, dia memelintir tangan itu.
KRAK!
"ARGGHHH!"
Jeritan kesakitan kembali terdengar. Pedang besi itu jatuh ke tanah. Sebelum pria itu sempat memulihkan diri, Xiao Chen mendaratkan tendangan keras tepat di perutnya. Pria itu terlipat seperti udang dan terlempar menabrak pohon di belakangnya, pingsan seketika.
Hening.
Hanya butuh tiga detik. Dua kultivator Tingkat 5 Pengumpulan Qi telah dilumpuhkan oleh seorang "sampah" Tingkat 3.
Xiao Chen berdiri tegak, napasnya sedikit memburu, tapi matanya tenang. Dia menoleh ke arah Xiao Long yang kini berdiri kaku, kipas lipatnya berhenti berputar di tangannya.
"Giliranmu, Sepupu," ucap Xiao Chen datar.
Wajah Xiao Long berubah dari kaget menjadi merah padam karena amarah dan penghinaan. Dua bawahannya dikalahkan dalam sekejap mata di hadapannya? Ini tamparan keras!
"Sampah sialan... Rupanya kau belajar sedikit trik bela diri jalanan," geram Xiao Long. Dia membuang kipasnya dan memasang kuda-kuda.
Aura biru muda meledak dari tubuhnya, jauh lebih padat dan tajam daripada dua pengikutnya tadi. Angin di sekitarnya berputar, mengangkat daun-daun kering.
"Jangan samakan aku dengan dua budak tidak berguna itu. Aku berada di Puncak Tingkat 9! Satu langkah lagi menuju Pembentukan Fondasi!" teriak Xiao Long.
"Teknik Telapak Angin Puyuh," gumam Xiao Long.
Dia menerjang maju. Kecepatannya dua kali lipat lebih cepat dari pengikutnya. Telapak tangannya diselimuti pusaran angin tajam yang bisa menyayat kulit.
Xiao Chen menyipitkan mata. "Guru?"
"Dia lebih cepat darimu," kata Yao Huang tenang. "Tapi fondasinya rapuh. Jangan hindari. Terima serangannya, dan tukar dengan pukulan fatal. Kulitmu sekarang cukup keras untuk menahan goresan angin tingkat rendah itu."
Gila. Menerima serangan Tingkat 9 secara langsung?
Tapi Xiao Chen percaya pada Yao Huang. Dia tidak menghindar. Dia justru membuka dadanya, membiarkan Xiao Long memukulnya.
Xiao Long menyeringai melihat kebodohan itu. "Mati kau!"
BAM!
Telapak tangan Xiao Long menghantam dada kiri Xiao Chen dengan telak. Energi angin meledak, merobek baju Xiao Chen dan meninggalkan luka sayatan merah di kulit dadanya. Darah merembes keluar.
Xiao Chen terbatuk, rasa sakit menyengat dadanya. Tapi... dia tidak terlempar. Kakinya menancap kuat di tanah seperti akar pohon tua.
Senyum Xiao Long lenyap. "A-Apa? Bagaimana kau masih berdiri?"
Kekuatan serangannya seharusnya cukup untuk menghancurkan tulang dada Xiao Chen!
Xiao Chen mengangkat wajahnya. Matanya menyala buas, pupil vertikalnya kembali muncul sesaat. Dia menyeringai, menampilkan gigi yang berdarah.
"Giliranku."
Tangan kanan Xiao Chen, yang sudah terkepal sejak tadi, melesat lurus ke wajah Xiao Long. Tidak ada teknik cantik. Hanya kekuatan brutal murni dari otot yang telah ditempa oleh darah naga.
Xiao Long panik. Dia mencoba mengangkat kedua tangannya untuk memblokir.
DUARR!
Pukulan Xiao Chen menghantam pertahanan Xiao Long. Kekuatan ledakannya begitu besar hingga lengan Xiao Long terhempas menghantam wajahnya sendiri.
"Uakh!"
Xiao Long terhuyung mundur lima langkah, darah mengucur dari hidungnya yang patah. Matanya berkunang-kunang.
Sebelum dia bisa menyeimbangkan diri, Xiao Chen sudah ada di depannya lagi. Xiao Chen menyapu kaki Xiao Long, membuatnya jatuh terlentang, lalu segera menindih tubuh sepupunya itu.
Tangan Xiao Chen mencengkeram leher Xiao Long, menekannya ke tanah lembap hutan.
"Le... pas..." Xiao Long meronta, wajahnya pucat pasi karena tercekik. Qi-nya berantakan, tidak bisa dikumpulkan karena panik.
Xiao Chen menatapnya dingin. Niat membunuh yang nyata terpancar dari tubuhnya. Untuk sesaat, Xiao Chen benar-benar ingin meremukkan leher ini.
"Ingat rasa takut ini, Xiao Long," bisik Xiao Chen di telinga sepupunya. "Ingat saat kau berbaring di tanah, tak berdaya di bawah tangan 'sampah' yang kau hina."
Cengkeraman Xiao Chen menguat sedikit lagi, membuat Xiao Long membelalak ketakutan, air mata mulai keluar dari sudut matanya.
"Kau beruntung kita masih satu klan. Dan kau beruntung aku tidak ingin mengotori tanganku sebelum masuk hutan," lanjut Xiao Chen.
Dia melepaskan cengkeramannya, lalu berdiri. Dia mengambil kantong uang yang terikat di pinggang Xiao Long.
"Anggap ini biaya pengobatan untuk dadaku."
Xiao Chen menimbang kantong itu cukup berat, mungkin ada 50 koin emas. Lumayan untuk modal awal.
Tanpa menoleh lagi, Xiao Chen berbalik dan berlari masuk ke dalam kegelapan Hutan Kabut Hitam, meninggalkan Xiao Long yang terbatuk-batuk di tanah, dikelilingi oleh dua pengikutnya yang masih pingsan.
Di dalam hutan, cahaya matahari sulit menembus kanopi pohon yang rapat. Kabut tipis yang berbau lumut dan bahaya melayang di udara.
Xiao Chen melambat, lalu bersandar pada batang pohon besar. Dia meringis, memegang dadanya yang terluka.
"Ssshh..."
Luka akibat Telapak Angin Puyuh itu tidak dalam, tapi rasa sakitnya menyengat.
"Jangan cengeng," suara Yao Huang muncul. "Itu hanya goresan. Darah nagamu akan menyembuhkannya dalam satu jam."
"Kau bilang kulitku keras," protes Xiao Chen sambil mengoleskan sedikit bubuk obat murah yang dia bawa.
"Memang. Kalau kau manusia biasa, serangan tadi sudah membuat jantungmu berhenti berdetak," jawab Yao Huang santai. "Tapi pertarungan tadi membuktikan satu hal. Kau punya naluri pembunuh, tapi teknikmu nol besar. Kau bertarung seperti preman pasar."
Xiao Chen tersenyum kecut. "Aku menang."
"Kau menang karena lawanmu idiot yang tidak pernah melihat darah sungguhan. Di dunia luar, musuh tidak akan memberimu kesempatan untuk memukul balik."
Kabut hitam dari manik itu keluar lagi, kali ini membentuk jari yang menunjuk ke arah kedalaman hutan.
"Sekarang, latihan yang sebenarnya dimulai. Ada aura binatang buas tingkat rendah di depan sana. Serigala Angin. Cepat dan lincah. Target yang sempurna untuk melatih refleksmu."
"Dan satu lagi, Xiao Chen..."
Bayangan Yao Huang menatap muridnya serius.
"Di dalam hutan ini, lupakan kau adalah manusia. Jadilah predator. Makan atau dimakan. Itulah satu-satunya hukum naga."
Xiao Chen mengangguk. Dia menyimpan belatinya dan mengepalkan tinjunya. Rasa sakit di dadanya perlahan mereda, digantikan oleh sensasi panas yang menjalar darahnya bersemangat menyambut tantangan.
Dia melangkah lebih dalam ke dalam kabut, di mana auman binatang buas mulai terdengar bersahutan.
kan si YAO HUANG itu gurunya.....🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣